──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ────
"Dan Feng, kau lihat celana dalam berpola beruang milikku?" Dan Feng yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh [name] langsung tersedak kopinya.
"Apa–?!"
Dan Feng menatap [name] dengan tatapan tak percaya. Tapi bukankah itu wajar bagi dua pasangan yang sudah menikah?
[name] mengangkat alis dan kembali bertanya, "Kenapa kamu kaget begitu?"
"Jangan jangan kamu yang mengambilnya, ya?" Sambung [name] dengan memasang wajah curiga.
Dan Feng mendengus. Dan membalas [name], "Celana dalammu tidak terlalu berharga. Untuk apa aku mengambilnya?"
[name] terdiam sembari berfikir. Masuk akal juga. Celana dalam seperti itu pasti tidak akan laku kalau dijual, pikirnya.
"Memangnya kamu tidak punya celana dalam lain?" Tanya Dan Feng dengan wajah tertekan.
"Itu celana dalam kesukaan ku, tau?!" Seru [name].
Yah, celana dalam berpola beruang itu sudah menjadi kesukaannya karena nyaman digunakan.
Dan Feng menghela nafas. "Terus? Aku harus apa?" Tanyanya.
[name] tersenyum lebar dan berkata, "Ayo beli yang baru. Tapi kamu yang bayar!"
Mau tidak mau, Dan Feng memilih untuk menuruti keinginannya. Dari pada ia harus adu mulut dengan [name] yang tidak pernah mau mengalah.
"Ganti baju, sana. Jangan lama." Perintahnya. [name] berseru senang dan langsung berlari menuju kamarnya.
Tidak sampai 20 menit, [name] keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. "Ayo!"
Dan Femg mendengus dan berjalan ke garasinya untuk mengambil mobilnya. [name] menunggu Dan Feng untuk datang dan membukakan pintu mobilnya, berharap diperlakukan seperti tuan puteri.
Nampaknya harapan tersebut lenyap begitu saja saat Dan Feng membuka jendela mobil dan manatapnya. "Tunggu apa lagi? Cepat naik."
[name] tersenyum jengkel dan langsung memasuki mobilnya.
──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ────
"Cari sana, aku yang bayar." Perintah Dan Feng saat ia terus mengikuti [name] setiap kali [name] berjalan ke tempat lain.
[name] mengambil salah satu set pakaian dalam untuk melihatnya, merah berrenda. Bukan kesukaannya sama sekali.
Dan Feng menunggu [name] memilih sembari melihat lihat sekitarnya, mungkin ada sesuatu yang menarik meskipun mereka berada di tempat pakaian dalam wanita.
Begitu ia menoleh untuk mencari keberadaan [name], [name] sudah tidak berada di sampingnya lagi.
Dan Feng menoleh kesana kemari untuk mendapati sosok istri pendeknya. Secara tiba tiba, ia didatangi pramuniaga yang ada di toko itu dan bertanya tentang apa yang ia cari.
"Ah...Mbak liat perempuan pendek yang pakai jaket?" Tanya Dan Feng.
Pramuniaga itu mengangguk sebagai jawaban, "Ada di ruang ganti, kak."
Dan Feng langsung berjalan pergi untuk menghampiri [name]. Sebelum hal itu terjadi, pramuniaga sebelumnya menghentikannya.
"Saya punya saran buat kakak. Mungkin bisa dijadikan hadiah buat istri kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐨𝐫𝐜𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 • 𝐃𝐚𝐧 𝐅𝐞𝐧𝐠
Fanfiction𝐀 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬. ──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ──── A marriage without feelings, huh? That's something that sounds strange. Are you really sure there are no feelings there? ──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ──── 𝑯𝒊𝒔 𝒆𝒚𝒆𝒔 𝒘𝒆𝒓𝒆 𝒂 𝒄𝒖�...