──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ────
Belakangan ini, perusahaan milik Dan Feng mulai dikenal oleh banyak orang. Selain karena pemiliknya yang tampan, tetapi karena setiap karyawan melakukan tugasnya dengan baik.
Sementara itu, [name] duduk di pojok ruangan sendirian karena Dan Feng memintanya untuk duduk disana.
Memang kejam, tapi itulah keinginan Dan Feng yang harus ia turuti.
"Sombong sekali. Mentang mentang aku baru beberapa bulan di sini, aku diperlakukan secara tidak adil." gerutu [name] sembari mengunyah daging sapi yang baru matang.
"[name], kenapa di sana sendiri? Kemari." ajak Luocha. Baru baru ini hubungan mereka cukup dekat sebagai seorang rekan kerja.
[name] menolak. Bagaimana tidak? Begitu ia melirik Dan Feng, ia sudah memberinya tatapan dingin dan sinisnya itu.
Luocha tidak tau apa apa, jadi ia tetap pergi ke tempat [name] berada untuk menemaninya. Keringat dingin mulai membanjiri [name] disaat ia merasa sedang diawasi.
'Lupakan Dan Feng, mari berdoa yang terbaik untuk diriku sendiri.' Batin [name].
"Kenapa menyendiri?" tanya Luocha. [name] tersenyum dan menggeleng kecil.
"Hanya tidak terbiasa keramaian..." balasnya.
Luocha mengangguk paham. Tak lama kemudian, Dan Feng menghampiri mereka berdua. "Bersenang senang?" Celetuknya.
Luocha tersenyum dan menatap Dan Feng dengan tatapan sinis. Dari banyaknya karyawan, hanya ia seorang yang tau mereka sudah menikah. Tapi ia dengan berani terus mendekati [name].
Baginya, Dan Feng itu bukan pria yang baik.
Dan Feng menyipitkan matanya dengan sudut matanya yang berkedut. "Jingliu mencarimu." Ucap Dan Feng.
Luocha mengangkat alisnya. "Di mana dia?" Tanya Luocha.
"Meja sebelah kiri barisan ke lima." Balas Dan Feng.
Luocha berpamitan pada [name] dan pergi menghampiri Jingliu. Begitu Luocha pergi, Dan Feng duduk berlawanan dari [name]. [name] menatap Dan Feng dan bertanya, "Kamu berbohong?"
"Tidak." sanggahnya.
Dan Feng meminum anggur merahnya sembari menatapmu. Mata birunya entah mengapa terlihat menyeramkan, namun tatapan itu terasa lembut begitu tertuju padanya.
"Kamu tidak ikut minum?" Dan Feng bertanya. [name] menggeleng. Pasalnya ia tidak bisa menoleransi alkohol sama sekali dan bisa mabuk kapan saja.
"Mau ku pesankan apa? Aku tidak mau kamu kehausan." Dan Feng kembali bertanya. [name] menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya.
"Sejak kapan kamu peduli?" Tanya [name].
"Entah. Aku juga penasaran." Dan Feng mengangkat bahu.
[name] menghela nafas. Ia tidak menyukainya ketika seseorang mencoba mempermainkan perasaannya. Entah itu secara disadari atau tidak.
Ia tidak menyukai cara Dan Feng yang sekarang. Ia lebih terang terangan dan selalu melakukan sesuatu yang tidak ia pikirkan secara tiba tiba. "Jangan mempermainkan perasaanku." gumam [name].
"Aku tidak melakukannya. Maaf saja jika kamu merasa seperti itu." Sahutnya.
[name] memutar bola matanya dengan malas dan menghela nafas. "Jangan minum terlalu banyak. Aku tidak mau membawamu pulang jika kamu mabuk."
Dan Feng memberikan [name] senyuman sombong. "Aku tidak bisa menjaminnya."
──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ────
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐨𝐫𝐜𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 • 𝐃𝐚𝐧 𝐅𝐞𝐧𝐠
Fanfiction𝐀 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬. ──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ──── A marriage without feelings, huh? That's something that sounds strange. Are you really sure there are no feelings there? ──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ──── 𝑯𝒊𝒔 𝒆𝒚𝒆𝒔 𝒘𝒆𝒓𝒆 𝒂 𝒄𝒖�...