Happy reading 💞
"Reenn~ pliss aku takut. gimana kalo reaksi mereka gak sesuai sama ekspektasi aku, aku takut."
Darren mengusap pelan rambut Gabirel dan menggenggam kedua tangan, "Jangan takut ada aku, tenang ya."
.
.
.
.Prangg.
kaca jendela rumah Afgan pecah akibat sebuah batu dengan kertas yang menutupi batu itu, Afgan yang terkejut langsung menghampiri suara.
Ia membuka kertas itu, terdapat tulisan Mourir!.
Dalam bahasa Prancis yang berarti 'Mati' kertas itu diremuk oleh Afgan.
Tulisan itu membuat Afgan semakin khawatir dengan Saka, entah apa yang sekarang terjadi pada Saka. Hati nya selalu negatif thinking.
"Sak tolong kasih gue petunjuk." Afgan keluar, mengambil helm nya menggunakan motor kesayangan nya dengan kecepatan rata-rata.
Ia pergi ketempat-tempat yang biasa Saka kunjungi, siapa tau ia bisa mendapatkan petunjuk hilang nya Saka.
Sudah tengah hari, Afgan belum menemukan petunjuk atau pun keberadaan Saka, Dirinya berhenti dipinggir trotoar, melamun.
Tes.
Satu air mata keluar dari sudut mata kanan nya, "Argghhhhh!." Afgan teriak dengan kencang sambil menarik rambut nya dengan kedua tangannya. Frustasi
Orang-orang melihat nya dengan aneh sampai ada yang menegurnya, tapi tidak dihiraukan oleh Afgan.
Sampai ia teringat dengan satu hal,
"Lo tau!, ini adalah tempat makan favorit gue. Gak ada yang bisa ngalahin."
"Halah!, cuma bakso cepirit doang kok."
Teringat dengan itu, Afgan langsung tancap gas menuju warung bakso favorit Saka dengan kecepatan yang lebih tinggi.
"Tunggu gue."
Sampai di warung bakso favorit Saka, Afgan dengan cepat menghampiri abang penjual baksonya.
"Bang!." Panggil Afgan membuat abang baksonya terkejut, "Bang beberapa hari yang lalu Saka ada beli bakso kesini gak!?." Abang bakso tampak berfikir, "Tiga hari yang lalu ada mampir kesini tapi setelah itu dia gak kesini lagi kayak biasa."
"Umm, waktu dia beli kesini ada yang aneh gak bang sama perilakunya?."
"Ada, biasanya dia itu makannya lama banget, tapi tiga hari yang lalu dia makan nya cepat' mungkin kurang dari dua puluh menit."
"Terus ada lagi gak bang?." Abang baksonya berfikir kembali.
"Ah! saya ingat, waktu dek saka lagi makan ada satu orang pake baju serba hitam dan pake masker. Dia ngeliatin dek Saka terus, dan pas dek Saka pergi dia ikut pergi juga."
"Ada lagi gak bang?."
"Cuma itu yang saya tau." Afgan berterima kasih kepada abang baksonya dan ia menitipkan motor nya di warung bakso tadi. Ia menyusuri jalan kerumah Saka, tepat dimana kejadian Saka diculik Afgan melihat gelang yang biasa Saka pakai.