Happy reading 💗
Pagi hari Gabriel disambut dengan suara alarm yang keras.
Gabriel membuka matanya dengan perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata nya "Ah! anj*ing!." Gabriel bangun dari tidur nya.
"Eh! udah bangun?." Gabriel membalikkan badannya ke arah pintu terlihat Vina berdiri di depan pintu.
Gabriel bangun dengan keadaan tubuh yang masih lemas, mata yang masih mau tidur, dan rambut yang masih acak acakan.
ia menucek ucek mata nya sembari menguap. "Mah? hari ini masak apa?." tanya nya dengan lemas. "Ada deh. Udah gih mandi dulu."
Gabriel bangun dari tempat tidur, berjalan dengan malas ke kamar mandi.
.
.
.
."Mamah!!." pekik Gabriel dari atas tangga, terlihat Gabriel yang sudah menggunakan baju sekolah nya dengan jaket hitam yang menutupi lengannya, Gabriel menuruni tangga dengan berlari kecil.
"Masih pagi Gabriel! jangan teriak." Tegur Zitlan Agantra Ayah Gabriel. Ia duduk di sofa sambil membaca koran.
"Sini makan! mamah bikinin kamu jengkol rendang." Walaupun pun keluarga Zitlan orkay mereka masih sedikit orang kampung kok, bukti nya nenek sama kakek nya aja tinggal dikampung.
Gabriel dulu nya tinggal di kampung nenek sama kakek nya, tapi semenjak Lulus SD Gabriel dan orang tua nya pindah ke kota.
"Wihh tau aja kalo Gabriel pengen makan Jengkol." Gabriel yang awal nya pengen langsung berangkat berhenti karena mendengar kata 'Jengkol'.
"Tapi mah! aku udah sikat gigi." Gabriel menunjukkan gigi nya yang bersih.
"Nanti kan bisa di sikat lagi sebelum berangkat sekolah, Gabriel!."
"Oh iya." Gabriel menumpuk jidat nya.
"Yah! makan dulu!." Vina memanggil suaminya. Dan Zitlan langsung berjalan menuju dapur.
.
.
.
.Gabriel menggunakan motor nya untuk pergi ke sekolah. Sesampai di sekolah Gabriel disambut kedua teman nya Afgan dan Saka.
Pagi yang harus nya cerah menjadi mendung akibat melihat wajah Afgan dan Saka.
Ting.... Ting.... Ting....
"ya elah baru juga sampe udah masuk."
"Kantin yok!."
"Dah masuk anj*ing." peringat Saka.
"Ah elah lu, santai aja kali. Kaya gak pernah aja ngelakuin nya." Balas Gabriel.
Saka lagi mikir, antara mau atau enggak. Tapi kalo 'enggak' entar dia di kelas main sama siapa?, terus kalo 'iya' entar ketauan kena hukum, gimana dong?.
"Ya udah deh, ayok."
"Gas!!."
Gabriel Afgan dan Saka berjalan perlahan menuju kantin karena ada satpam yang berjaga di sekitar lokasi sekolah. Mereka mengendap endap dari belakang sekolah, mereka rela mutar demi ke kantin.
"Pelan pelan cok." bisik Saka karena Afgan dan Gabriel duluan dari nya.
"Lu yang lelet, Saka!." pekik Gabriel dengan suara kecil.
"Lu bedua bisa diam dulu gak! entar kita ketauan." Kesel Afgan.
Mungkin kalo Gabriel,Afgan dan Saka jadi detektif gak bakalan selesai misi nya.
uhuk..
"Anj*ing!."
"SSSSTT...."
Gabriel dan Afgan lagi fokus marahin Saka sampai gak fokus kedepan.