Three

401 22 4
                                    

Happy Reading.

.

.

.

.

.

Setelah kejadian tadi sore yang menimpa Haruto di rumahnya, mereka semua kini berada di ruang masing masing.

Haruto berada di kamarnya dengan memegang sebuah buku sembari menangis. Menangis tanpa suara di pojok kamar, dan tak lupa mengunci pintu kamar. Menurutnya itu sangat menenangkan.

"Mengapa banyak sekali orang yang membenciku? Apa aku pernah melakukan kesalahan besar? Aku takut..

Aku takut, jika aku kembali membuat kesalahan di mata mereka. Aku mengakui diriku bahwa aku salah. Aku salah, karena aku telah lahir di dunia.

Hiks..

Aku ingin aku dianggap manusia oleh mereka. Keinginanku sangat mudah sebenarnya untuk dilakukan, tetapi mengapa sangat sulit bagi mereka?

Tapi, perkataan mereka seakan membuatku sadar. Bahwa aku tak pantas untuk hidup dan mendapat kasih sayang.

Bunda.., Apa kau tidak ingin menjemputku untuk ikut bersamamu, dan pergi dari dunia yang kejam ini..?

Aku lelah bunda.

Hiks..."

Ujar Haruto lirih sembari menangis. Ia sekarang sedang membutuhkan sandaran dan pelukan.








*****

"Bang" panggil Mashiho kepada Yoshi.
Mereka kini sedang berkumpul di kamar milik Asahi.

"Kenapa?" Sahut Yoshi kepada Mashiho.

"Kita tadi keterlaluan gak sih? Bilangin Haruto kayak gitu." Tanya Mashiho.

Sebelum Yoshi menjawab ucapan Mashiho, Asahi langsung mengucapkan sebuah pertanyaan kepada Mashiho.

"Kok lu jadi gak tega sama dia sih anjay?" -Asahi

"Ya.. soalnya tadi gue liat tangan sama kakinyanya memar. Terus juga tadi dia mimisan" -Mashiho

"Yang bener aja? Njir gue jadi takut ntar nasibnya bakal sama kayak bunda.." -Yoshi

"Kenapa gue jadi inget janji kita sama bunda, ya?" Tanya Asahi kepada kedua saudaranya.

"Emang kita punya janji sama bunda, sa?"

Wajah Yoshi dan Mashiho kini terlihat bingung. Apakah benar mereka memiliki sebuah janji dengan sang bunda?

"Kalian lupa apa gimana? Kan kita punya janji sama bunda saat usia kandungan bunda tujuh bulan"

"Masa sih? Kok gue ga percaya ya?" - Yoshi

" nih gue ceritain" - Asahi












Anak BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang