Bab 1

969 123 16
                                    

Kami tidak disatukan oleh cinta, melainkan kebencian lah yang mengikat kami menjadi satu.
—Prahara

Prahara mengakhiri masa pengembaraannya di pulau Sumatera, setelah selama bertahun-tahun ia melakukan perjalanan menuju puncak kedigdayaan, berpindah dari satu pulau ke pulau lain hingga akhirnya di pulau inilah— Sumatera, ia berhasil mencapai kesaktian yang sempurna. Bukan perjalanan yang mudah, butuh banyak pengorbanan, perjuangan yang kadang hampir mempertaruhkan nyawa. Tapi berkat ambisi yang ingin mengalahkan kerajaan Wijayakusuma,  ambisi mendirikan kerajaan di tanah Wulandira, Prahara teguh dan mampu melewati itu semua.

Dan kini Prahara telah tumbuh menjadi sosok lelaki dewasa yang tampan, mempunyai tatapan tajam yang mampu melemahkan lawan, serta kumis dan bewok tipis di bawah wajah yang membuatnya memesona. Ketampanan itu disempurnakan dengan tubuhnya yang tinggi besar, dada bidang yang terlihat sekeras baja dan lengan berotot yang dilingkari gelang kana. Kesempurnaan pada tubuh tinggi besar itu lantas diperindah oleh enam kotak yang menghiasi perutnya. Semuanya nampak terlihat nyata karena lelaki itu tidak mengenakan baju, hanya memakai celana rompang yang bagian pinggulnya dibalut dengan bengkung panjang.

Setelah dua belas tahun mengembara, Prahara akhirnya akan melakukan perjalanan pulang ke pulau Jawa, tepatnya di daerah Umbulwulan, dengan membawa sebuah dendam pada seorang Patih muda dari kerajaan Wijayakusuma, yang konon katanya kesaktiannya telah tersohor di seantero pulau Jawa. Informasi tentang patih muda bernama 'Pesona Dirgantara Pamungkas', yang katanya mempunyai kesakitannya tiada tanding, itu ia peroleh melalui pesan wangsit yang dikirim ayahanda nya, raja Prabu Beraja Seta. Di setiap kesempatan Prahara selalu bersemedi, berkomunikasi secara gaib dengan sang raja, bertanya perkembangan yang terjadi ditengah memperebutkan hak atas tanah Wulandira.

"Pulanglah putra ku, kerajaan sangat membutuhkan bantuanmu sebagai putra mahkota," pesan raja melalui wangsit ketika itu, satu tahun lalu ketika Prahara baru menginjakkan kaki di pulau Sumatera. Sang raja lantas melanjutkan. "Prajurit kita selalu dipukul mundur dengan kekalahan. Kerajaan Wijayakusuma memiliki seorang Patih muda bernama Pesona yang memiliki kesakitan tiada tanding. Entah harus dengan cara apa kami mengalahkannya, sebab tenaganya bisa kembali pulih meskipun dia dalam keadaan sekarat, luka separah apa pun di tubuhnya bisa sembuh dalam sekejap. Mungkin Cuma kamu yang mampu mengalahkannya. Pulanglah, Kerajaan Wijayakusuma sudah menguasai sebagian tanah Wulandira, sampai ke perbatasan Umbulwulan."

"Ampun ayahanda, hamba belum bisa kembali sebelum mencapai tujuan. Tapi hamba berjanji, sekalipun tanah Wulandira sudah dikuasai penuh oleh kerajaan Wijayakusuma, hamba akan merebut kembali tanah nenek moyang kita."

Tujuan Prahara dalam mengembara telah tercapai. Ia harus segera kembali ke pulau Jawa dan akan berjuang menguasai tanah Wulandira, mewujudkan ambisinya di sana, membangun kerajaan besar. Sekarang lelaki gagah itu dalam perjalanan menuju pesisir pantai pulau Sumatera, melewati hutan belantara sambil memanggul seekor Harimau loreng yang baru saja ia taklukan.

Itu benar, meski harimau itu tampak seperti seekor kucing di punggung Prahara, tapi itu benar-benar Harimau Sumatera yang besar, kuat dan ganas sebelum Prahara berhasil melumpuhkan dan mengikat ke empat kakinya. Namun telah terjadi perkelahian hebat antara Harimau dengan Prahara sebelum ia mengangkatnya ke punggung dan membuat Harimau itu meraung-raung ingin dilepaskan. Dalam perkelahian itu Prahara sempat berguling dengan Harimau, menangkis cakarannya, dan menghalau gigitan-gigitannya. Meski harimau itu sempat meninggalkan jejak cakaran di lengan Prahara, tapi satu harimau bukanlah lawan yang sepadan. Hanya memberi beberapa  pukulan di perut, Harimau itu meringkuk dan terkapar tak berdaya. Setelah Harimau itu lemah tak berkutik, Prahara sengaja mengikatnya dan berencana akan membawanya pulang sebagai oleh-oleh untuk istana.

PESONA PRAHARA {Legenda Tanah Wulandira}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang