Bab 5

760 89 18
                                    

Fokus dan ketegasan Prahara saat melatih, mengecewakan banyak telik sandi berjenis kelamin perempuan yang ingin mencuri kesempatan ditengah latihan. Mulanya mereka mengira, hanya dengan sedikit sentuhan, sang putra mahkota akan mudah tergoda, tenggelam dalam pelukan lantas dapat menikmati tubuh gagahnya. Tapi ternyata Prahara sangat berbeda dengan laki-laki pada umumnya, ia tidak hanya kuat dan tangguh dalam ilmu bela diri, tapi juga kuat menahan birahi. Ia tidak akan menyia-nyiakan begitu saja keperjakaannya yang ia jaga selama belasan tahun sebagai syarat untuk menyempurnakan ilmunya. Kini setelah syarat itu selesai dan ilmunya sudah sempurna, ia hanya akan memberikan perjakanya pada perempuan yang benar-benar sudah menjadi permaisurinya. Dan Prahara juga tidak segan-segan mengeluarkan calon telik sandi perempuan yang ia rasa mempunyai maksud terselubung, berniat menjeratnya dengan godaan.  Prahara tidak pernah main-main dengan urusan penting, apalagi itu menyangkut kelangsungan kerajaan. Hal itu tentu saja menggugurkan khayalan telik sandi perempuan yang bermimpi  menjadi permaisuri, atau hanya sekadar merasakan dekapan hangat tubuh sang pangeran saja.

Berkat ketekunan dan ketegasan sang pangeran jugalah, para calon telik sandi sudah mampu menguasai teknik dasar ilmu bela diri meskipun baru beberapa hari berlatih. Bahkan Prahara juga berhasil menciptakan kode-kode rahasia, atau kata sandi untuk berkomunikasi bagi para telik sandi ditengah melakukan tugas. Dari tiga kelompok telik sandi yang akan disebar, Prahara lebih dulu memprioritaskan pelatihannya pada kelompok telik sandi yang terdiri sepuluh anggota yang semuanya berjenis kelamin laki-laki berbadan tinggi besar. Sepuluh telik sandi itu nantinya akan ia beri tugas penting, yakni memata-matai Pesona, menyelidiki apa saja yang dilakukannya dan mencari tahu apa kelemahan sang patih itu. Ia  yakin, setiap manusia berilmu tinggi pasti ada titik lemah atau semacam pantangan yang tidak boleh dilakukannya.

Di depan para anggota telik sandi yang  sedang berbaris, berlatih ilmu beladiri dan berteriak di tiap-tiap melakukan gerakan jurus, Prahara berjalan begitu gagah didampingi salah seorang panglima perang yang ikut membantunya melatih anggota telik sandi tersebut.

“Kapan telik sandi yang bertugas mengawasi patih Pesona kita kirim ke daerah Candiwulan, pangeran?” tanya seorang panglima ditengah langkah kakinya. “Sepertinya mereka sudah sangat siap?”

“Lusa kita kirim mereka.” Prahara selalu lebih dulu memikirkan dan mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan. Sehingga ia tidak pernah ragu dengan kalimat yang keluar dari mulutnya. “Aku masih harus beri mereka sedikit arahan.”

Panglima perang itu mengangguk-anggukkan kepala, begitu kagum dengan kecermatan sang pangeran. Bahkan sang pangeran tidak terburu-buru mengirim anggota telik sandi yang padahal menurutnya sudah sangat siap. Ia yakin Prahara akan menjadi seorang raja yang mampu memimpin kerajaan dengan baik dan mengatasi segalanya. Perang kali ini pasti akan dimenangkan oleh kerajaan Pujasera.

“Suruh mereka berkumpul di pendopo istana, nanti malam,” lanjut Prahara kemudian.

“Baik pangeran.”

Seorang laki-laki tinggi besar dan berbadan kekar yang tengah berjalan ke arahnya mengalihkan perhatian Prahara. Ia terdiam mengamati lelaki itu yang berpenampilan bak seorang raja, memakai celana sampai di atas mata kaki yang bagian pinggangnya diikat menggunakan bengkung panjang. Enam kotak di sekitar diperutnya terlihat jelas lantaran lelaki itu hanya bertelanjang dada. Pernak-pernik serba emas yang menghias di bagian-bagian tubuh seperti, gelang lengan, kalung, dan mahkota membuat lelaki terlihat megah.

Ketika lelaki itu sudah berdiri dekat di hadapannya, Prahara baru bisa mengenalinya meski terakhir melihatnya ketika ia masih kecil. Senyumnya langsung mengembang, kedua tangannya terulur meraih bahu lelaki itu yang tingginya sama persis dengannya itu.

“Kakang,” sapa Praha pada lelaki itu sambil menghamburkan tubuh lantas memeluknya erat. “Selamat datang, terima kasih sudah mau jauh-jauh kemari.” Melepaskan pelukannya, Prahara tersenyum menatap lelaki yang usianya satu tahun lebih tua darinya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PESONA PRAHARA {Legenda Tanah Wulandira}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang