...
"Laskar, aku mau yang ini"
Laskar mengangguk, menghampiri penjual Cilok yang ditunjuk Lian itu kemudian memesan makanan jenis Cilok yang dijualnya tersebut
"Nih"
Laskar memberikan sebungkus Cilok tersebut yang di terima antusias oleh Lian
"Mau lagi? "
Lian mengusap-usap dagunya menatap dan meneliti Laskar
'Oh iya, Laskar kan latar belakangnya anak orang kaya'
Sebagai mahluk hidup yang baik, kita dianjurkan untuk mengelola dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita
Of course we must have to do that!
Seperti ini contohnya...
"Yaudah Karena kamu maksa, aku mau deh di traktir lagi"
Laskar mengataskan satu alisnya dan tertawa, sejak kapan sahabatnya ini bertingkah lucu, biasanya sahabatnya ini selalu menatap malas seolah-olah tidak berniat untuk menjalankan hidupnya
"Oke, lu mau jajan yang mana lagi? "
Sembari berjalan bersama, Laskar merangkul pundak Lian yang lebih pendek dari nya itu
Lian yang masih asik mengamati Cilok dihadapannya itu tak menggubris pertanyaan Laskar seolah-olah ia sudah menemukan dunianya
"Yan? lu jadi gua beliin kagak? "
Lian menolehkan kepalanya ke samping, dan tersenyum lebar menampakkan dua buah gigi taring kecil serta satu dimple di pipi kirinya
Laskar terperangah, what the—wow sejenak kapan lagi sahabatnya ini juga punya dimple dalam-dalam di pipi kirinya
"Lu sejak kapan punya dimple? "
Bukanya aneh? Sepertinya ia tidak pernah ingat jika temannya ini memiliki dimple serta taring mini di sepanjang pertemanan mereka
"Lah bu—
Brukk
Lian mengaduh memegangi kepalanya yang terasa seperti menghantam batu, ia mundur dua langkah kemudian mengamati jas hitam lelaki yang tadi bertabrakan dengannya
Yang kebetulan juga jas hitam itu kotor karena saos Cilok di cekalan nya
Matanya menatap nanar, Cilok yang telah jatuh tergeletak di tanah dengan bibir yang mengerucut
"Yahh cilok aku..." Ia mendongakkan kepalanya dan menatap lelaki dewasa itu dengan sengit
"Tanggung jawab om, Cilok aku jatoh" tunjuk Lian pada bulatan Cilok yang tergeletak di tanah itu
"Yan? "
Tanpa menggubris Laskar ia kemudian bersedekap dada seraya mendongak menatap lelaki dewasa yang sangat tinggi itu dengan kesal
"Pokoknya aku nggak mau tau! Om harus ganti Cilok nya aku"
"Kalo nggak ganti—
"Kalo nggak ganti kenapa? kamu sendiri yang menabrak saya seenaknya"
Lelaki dewasa itu menyahut datar ancaman Lian
Lian terdiam mendengar suara berat itu berujar, ia mundur dan mendekat kembali kearah Laskar
"Laskar bantuin Lian " bisik nya
Laskar menghela nafas gusar dibuatnya "Daddy ngalah aja, beliin lagi Cilok nya Lian"
"Nah bener om Daddy—eh Daddy? siapa? om ini Daddy nya Laskar? "
Plot twist macam apa lagi ini!
What the fuck! Sial! Lelaki dewasa yang menjadi orang tua Laskar ini kenapa tidak pernah di ceritakan di dalam Novel!
Lian mengutuk, menyumpah serapahi penulis dan penerbit dalam batin
.
.
.
Rion Valenc Degryliam menghela nafas panjang seraya mengamati arloji perak yang melingkar di pergelangan tangannya
"Bob? Sudah selesai? "
"Kau boleh pulang, saya akan pergi menuju taman kota untuk singgah sebentar "
Tutur lelaki dewasa yang berumur kisaran tiga puluh tiga tahunan itu dengan sarkas
Setelah keluar dari gedung pencakar yang tinggi, yang kebetulan menjadi miliknya itu
Ia dengan cepat mengendarai mobil sport putih yang terparkir rapi di garasi khusus miliknya sendiri
Netra biru milik Rion mengamati foto seorang anak lelaki di handphonenya
"Dimana anak nakal itu pergi bermain"
Ia memarkirkan mobilnya, dan beranjak keluar setelah sampai di tempat tujuan
Satu kata yang ada di benaknya ini, Ramai
Ia berjalan angkuh, menuju kearah bangku putih panjang yang sudah terletak di taman ini untuk merehatkan pikirannya yang sedikit suntuk berkutat dengan berkas-berkas putih itu setiap hari
"Lu sejak kapan punya dimple? "
Suara itu sepertinya ia tidak asing
"Lah bu—
Brukk
'Oh shit bocah ini mengotori pakaianku '
Mendengar ringisan sakit dari lelaki yang menabraknya itu, Rion menoleh menatap heran kearah anaknya yang juga menatapnya balik
"Yahh cilok aku..."
Lian, yang tadi menabraknya itu mendongak
"Tanggung jawab om, Cilok aku jatoh" Lian menunjuk-nunjuk pada bulatan Cilok yang tergeletak di tanah
"Yan? "
Laskar selaku anaknya itu berujar seraya menatapnya
"Pokoknya aku nggak mau tau! Om harus ganti Cilok nya aku" Lian mulai berteriak
"Kalo nggak ganti—
"Kalo nggak ganti kenapa? kamu sendiri yang menabrak saya seenaknya"
Karena kepalang kesal, Rion langsung menyahut
Yeah, ia akui lelaki yang berjalan bersama anaknya ini sangatlah menawan dan imut secara bersamaan, tapi...
"Laskar bantuin Lian " bisik lelaki itu yang membuat kening Rion mengernyit
"Daddy ngalah aja, beliin lagi Cilok nya Lian" Laskar yang menurut Rion terlihat jengkel itu ikutan berujar
"Nah bener om Daddy—eh Daddy? siapa? om ini Daddy nya Laskar? "
Rion menahan tawa melihat raut wajah heran, bingung sekaligus frustasi milik Lian yang berdiri di depannya itu
"Daddy ngapain kesini dah"
Laskar berujar malas yang di dengusi malas balik oleh Rion
Tanpa menghiraukan anaknya, Rion berujar seraya menatap Lian penuh minat
"Kamu mau saya belikan cilok lagi? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Without limit
Teen FictionNtah bagaimana caranya, tubuh Lion yang awalnya baru saja sedang berbaring tiduran di kamarnya, tiba-tiba berpindah tempat kedalam sebuah kamar di apartemen asing "Wow beneran mirip di novel punya temen kakak dong"