...
"Hah ini pelajaran sekolahnya? "
Jari-jarinya senantiasa menggaruk kepalanya dengan bingung
Matanya mengamati, barisan abjad dengan tulisan Jadwal diatasnya,
Bertujuan memastikan kembali, bahwa penglihatannya itu tidaklah salah
"Pelajaran apaan ini sih"
Kesal? tidak, lebih tepatnya frustasi,
Pagi-pagi buta ini, Lian terpaksa bangun karena ia tiba-tiba teringat tentang sekolah, yang tentu saja sekalian dengan pelajarannya
And...yeah, feeling-nya tidak meleset
Pelajaran sekolah di dimensi Novel ini sangatlah rumit,
Mana ada tulisan bahasa Mandarin sama bahasa jepang ikutan menyempil lagi di tengah-tengah pelajaran tersebut
"Oh ya, Lian kan udah kelas tiga, kalo aku baru kelas satu "
So what should he do?
Hmmm tetap berpikir dalam zona aman, pokoknya ia harus menjalani kehidupan di dimensi asing ini bak Lian asli
Itulah tekatnya
"Ganteng mirip aku udah, rapi mirip aku di dunia asli lagi juga udah "
"Apalagi yang kurang ya...oh ya biasanya Lian asli kelihatan kurang kasih sayang"
"Tapi karena sekarang aku yang jadi figurnya, aku bakal buat orang-orang haus kasih sayang aku" tawanya jahat
Ia berdehem membenarkan dasi yang terasa mencekik lehernya itu
Sebenarnya apa sih manfaat membawa dasi itu?, tanpa sadar ia dibuat merengut, perihal dasi yang sekarang ada di pikirannya ini
Lian menyambar ransel hitam yang tergeletak di atas spring bed berukuran sedang nya,
Cklekk
"Yan! Ayo berangkat! "
Lian yang baru saja keluar dari kamar berdehem heran, mendengar teriakan tidak pelan itu
Laskar? Seriously?
Lelaki itu sangatlah setia kawan pikirnya
"Iya bentar tungguin"
Lian berlari kecil, seraya menyeret ransel hitamnya menghampiri Laskar
Hingga ransel hitam yang diseret nya itu menggasruk lantai
"Lama amat lu Yan, tumben"
"Nggak bisa bangun ya" Tuding Laskar
"Kepo" sewot Lian
Laskar menggeleng heran seraya mengambil helm yang ada di dekapannya itu untuk ia berikan kepada Lian
"Helm gue pake, takutnya kepala lu ntar ke pontang-panting lagi pas kena angin"
"Kepala lu kan kecil"
.
.
.
Setelah setengah jam perjalanan menggunakan motor sport yang di modif milik Laskar itu
Akhirnya mereka berusaha sampai di depan gerbang bercat putih dengan tulisan Sma Garuda yang besar di sampingnya
Lian turun dari motor yang Laskar yang memboncengnya itu, dan mengamati sekitar keadaan yang sudah ramai ini
Jadi seperti ini bentukan sekolahan yang ada di novel...
Ia sedikit beruntung dan bersemangat, bisa melihat dan merasakan secara langsung latar belakang dalam Novel itu,
Apalagi sekolah ini menjadi latar belakang utama
Mengingat dirinya baru dua hari disini, ia jadi penasaran, kapan dialog serta naskah itu dimulai
"Aduh"
Helm yang sedari tadi melekat pada kepalanya itu tiba-tiba melayang dan terlepas dari kepalanya
"Laskar! jangan ngagetin dong"
Lian kan jadi kaget, oke jangan berlebihan
Kening Laskar mengernyit "lu napa jadi gini cok? Perasaan temen gue nggak gini deh"
Entahlah aneh saja, pikirnya
"Maksud kamu apa? aku tiap hari kayak gini kok" balas Lian ngotot
Laskar menggeleng "biasanya lu nggak pernah kelihatan lucu"
"Sumpah, gua nggak maksud ngejek lu ya, biasanya muka, ama kelakuan lu tuh berasa kayak mau ngemplok orang tau nggak"
Mulut Lian menganga, apa? Is it true that Lian is real like what the Laskar said?!
"Kamu yang bener aja deh"
Laskar mengangguk kembali "beneran cok nggak bohong"
Lian tersenyum lebar, otomatis gigi taring kecil serta dimple dalam-dalam di pipinya itu ikutan muncul menambahi pesonanya
"Lihat? Masa iya aku yang ganteng gini dikatain kayak mau makan orang" tuturnya
Kali ini gantian Laskar yang terperangah, wow apakah Lian memang secantik serta se-menarik ini
"Coba Yan lu senyum—
"Hei, boleh barengan nggak? gue murid baru soalnya"
Ehh tunggu...Dialog ini...
"Salken gue Narendra "
Benar! Dia Narendra sang pemeran utama pihak atas
Lian mendongak menatap lelaki berambut pirang itu, kemudian meneliti lelaki tersebut dari atas hingga ke kebawah, tanpa ragu ataupun tak enak kepada Naren, yang sedang menatapnya heran itu
"Padahal gantengan om Rion sama Laskar" gumam Lian kecil
"Apa? " Tanya Naren tak paham
Lian menggeleng cepat
"Boleh barengan kan? gue nggak tau jalan sekolah ini soalnya "
'Bener persis di Novel! ' pekiknya dalam batin
Laskar merangkul pundak Lian, dan menatap lelaki berambut pirang itu dengan sinis
"Tinggal bareng aje, ye nggak Yan " sahutnya
Lian menoleh kearah Laskar 'Laskar kenapa nggak kepincut Naren? '
"Oh berarti boleh"
Naren itu berujar, memastikan ucapan Laskar
'Kok dialog Naren bisa sama terus kayak di Novel ya, tapi kenapa Laskar nya enggak? '
"Yaudah ayok masuk, keburu bell bunyi soalnya "
Laskar mengajak mereka berdua untuk segera masuk ke dalam kelas, dengan cekatan
Apalagi mereka harus melewati koridor yang panjang, tentu saja nantinya akan sedikit memakan waktu
Orang ini aja sudah sedikit telat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without limit
Novela JuvenilNtah bagaimana caranya, tubuh Lion yang awalnya baru saja sedang berbaring tiduran di kamarnya, tiba-tiba berpindah tempat kedalam sebuah kamar di apartemen asing "Wow beneran mirip di novel punya temen kakak dong"