Lian || 4

3.4K 311 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Lian memakan cilok pemberian Rion dengan lahapnya

"Minum"

Mendapatkan arahan dari sahabatnya itu, dengan cekatan Laskar mendekatkan ujung sedotan dari minuman yang ada di genggamannya itu pada bibir ranum yang sedari tadi sibuk mengunyah bulatan kenyal tersebut

Lian mendesah lega, kemudian memakan kembali bulatan Cilok tersebut dan menghiraukan mereka berdua yang sedang menatapnya

Cilok It's so delicious! There's nothing better than this!

Netra coklat Lian mengamati mereka berdua yang masih menatapnya tersebut dengan bergantian

Apalah mereka ini

"Mau? "

"Beli aja sendiri"

Lelaki itu menyinyir sendiri, karena seorang ayah dan anak yang duduk di sampingnya itu menatapnya intens sedari tadi

"Boy? "

Laskar menoleh kearah Rion dengan satu alisnya yang di naikkan

"Kamu mau Daddy carikan ibu baru? " bisik Rion pelan, sebenarnya ia hanya berniat bercanda

Mata biru mereka berdua saling berpandangan dengan seksama, Seems serious?

"Maksud Daddy...

... Daddy pedofil? "

Jawab Laskar terkejut tapi masih mempertahankan bisikan nya

"Pedofil? dia bukan dibawah umur kali boy"

"Terus Daddy gay? "

Rion menggeleng "sebenarnya tidak sih, tapi kalau—

"Terserahmu Dad"

"Laskar, aku mau minum lagi "

Laskar dengan cepat mendekatkan kembali ujung sedotan itu pada bibir temannya

Lian kembali mendesah lega, Life is best eating cilok!

'Bentar, kalo ceritanya belum di mulai, berarti aku nggak boleh enak-enakan dong '

Netra nya melirik kearah Laskar 'aku harus bawa Laskar buat jauhin pemeran utama pihak atas itu ' tekatnya

Okay, kalau ini memang benar-benar mimpi, ia harus menjalankan mimpinya ini sebaik mungkin, That's right?

"Om"

Celetukan Lian membuat Rion yang awalnya fokus melihat kearah gadget langsung menoleh menatap sang empu

"What is it? "

"Om kan ganteng terus kaya nih" Lian berdehem bangga

"So what? "

"Beliin aku Cilok lagi "

Sudah Lian bilang kan, sebagai mahluk hidup yang baik kita dianjurkan untuk mengelola dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita

Termasuk om kaya dan anaknya ini

.

.

.

"Akhirnya aku bisa rebahan juga"

Setelah selesai berganti baju tidur milik Lian karakter di Novel yang asli,

Lian membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang masih melayang pada karakter yang menjadi ayah Laskar tadi sore

Om Rion? Hmmm, Not bad

"Pantesan mata Laskar warnanya biru, punya ayahnya aja biru ternyata"

"Tapi kok nggak di bahas di Novel ya"

"Masak orang ganteng gitu jadi karakter nggak penting "

Dan yang menjadi herannya lagi, kenapa wajah pemerannya ini malah mirip plek dengan wajahnya atau bisa dibilang duplikat wajahnya tanpa celah

Padahal penggambaran seorang yang menjadi tokohnya sangatlah berbeda dengan wajahnya yang sekarang menjadi figurnya

"Pusing banget hari ini full mikir"

Gerutunya mencak-mencak di atas kasur,

Kaki-kakinya menendang-nendang udara dengan frustasi

"Kak Aleza, aku mau pulang"

Lian merengek sendiri dengan menyebut-nyebut nama kakak perempuan satu-satunya sekaligus kesayangannya dengan dramatis—it's not dramatic but it's very Illogical

Okay, sebagai orang yang berpikir logis, ia harus berpikir menggunakan kepala dingin tanpa rengekan

Yeah harus!

Tapi...

"Nggak bisa hiks, kak Aleza mau pulang jemput aku"

"Kalo besok Belum juga pulang ke rumah asli, masak iya aku harus singgah disini? sendirian? di dimensi asing? yang bener aja! "

Gumamnya di saat ia baru saja akan memejamkan matanya dengan damai

Jujur karena kekenyangan makan Cilok ia sangat mengantuk, dibuatnya

"Good night"

Ujar Lian pelan, setelah itu tertidur pulas dan menelusuri mimpinya

Without limit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang