...
Lian yang awalnya melongo terdiam langsung dibuat tertawa oleh celetukan Rion baru saja
Lelaki pemilik satu dimple yang sedari tadi memakan coklat itu mendongak menatap Rion heran
"Om...om..." Ia menggeleng heran dan berdecak ria
Rion menghampiri Laskar, berniat untuk duduk di samping anak semata wayangnya itu,
Pria tersebut menopang dagu dan melepaskan kacamata yang dipakainya seraya menatap Lian dengan senyuman kecil di bibirnya
Lian melongo kembali, apa ini? Maksudnya, kenapa ini, kenapa om Rion ini sangatlah tampan pikirnya.
"Om Rion... ganteng banget"
"Muka Naren kalah telak " puji nya antusias
Sudut mata Laskar berkedut melihat ayahnya menyunggingkan senyum bangga disampingnya duduk
"Alay Dad" ejek lelaki itu "kayak nggak pernah dipuji ganteng aja"
Jangan salah Laskar, pujian dari orang yang kita suka dengan orang biasa itu beda—eh loh
"Terserah Daddy dong, and...that's not your problem, son" jawab pria itu enteng
Lian sontak menyoraki mereka berdua "huuu malah tengkar"
"Ayo ah Laskar kerjain tugasnya, keburu ngantuk nih" ajak Lian kemudian
Seraya mengutak-utik buku tebal dihadapannya itu
Laskar mengangguk seraya berdiri dan beranjak duduk di depan Lian yang kini beralih tiduran secara tengkurap
Lian menoleh kembali kearah pria bermata biru yang masih setia menatap mereka berdua dari tempatnya duduk tersebut dengan cengiran kuda
"Om, om kalo nggak ngapa-ngapain mending buatin Lian sama Laskar minuman deh"
"Soalnya camilannya udah ada"
Laskar menahan tawa karena ucapan temannya itu, masa iya seorang Daddy nya di suruh?
Padahal kan ada banyak pembantu di sini pikirnya
"Percuma lu nyuruh Daddy buatin—
"Tunggu sebentar, biar saya buatin, buat kamu"
Berbeda dengan Lian yang mengangguk antusias, Laskar malahan dibuat mengernyit serta heran kembali oleh tingkah dari orang tua tunggalnya itu
'Hmm? ' ia mengamati wajah Lian yang sedang fokus kearah buku di depannya dan berganti menoleh, menatap kearah punggung Daddy nya penasaran
'Daddy...nggak bercanda? mau jadiin Lian istrinya? ' batinnya bertanya-tanya
Yeah sebenarnya ia tak masalah jika ayah nya ini gay maupun biseksual,
Asalkan ayah tunggal nya itu bahagia dengan pilihannya, ia juga akan turut bahagia dengan pilihan ayah nya tersebut
Apalagi kalau yang bakal menjadi calonnya itu Lian, ia sangat tau betul latar belakang serta sikap jutek tapi perhatian dari temannya itu.
"Nih, Om cuman bisa buat Jus jeruk doang"
"Maklum lah orang saya juga biasa pegang pulpen tidak pegang alat dapur " lanjutnya
Rion membawakan dua pasang gelas di atas nampan yang di bawanya
Lian menerima sajian tersebut dengan senang hati
"Makasih om, baik deh"
"Lain kali kalo aku mampir jangan lupa buatin lagi ya"
"Oh iya, jangan lupa lagi, kalo buat Jus jeruk itu dikasih gula "
Etdah, ngelunjak
.
.
.
Sebuah kamar besar dengan furniture yang mewah itu terlihat sunyi karena cahaya lampu yang menyinari nya sedikit dipadamkan oleh pemilik kamar
Cahaya bulan yang terlihat terang dari ujung jendela, menyala indah mengalahkan cahaya lampu yang masih menyala dari kamar tersebut
Gorden jendela yang di desain khusus itu berkibar-kibar di terpa semilir angin malam yang lewat
Penglihatan yang awalnya gelap itu sedikit terbuka, detik selanjutnya mata bulat itu berkedip-kedip
Mendapati sebuah puting coklat muda dengan dada besar di depan mata, seolah-olah sengaja dihadapkan kepada nya
'Payudara? '
Ia mendekatkan tubuhnya pada dada tersebut kemudian membuka mulutnya
'Kalo payudara besar, kata guru, kalo aku emut katanya bakalan ada air ASI nya'
'emang beneran '
Ia berperang dengan batin diambang kesadarannya
Hap
Bibirnya tanpa basa-basi langsung mengokop puting coklat muda tersebut tanpa permisi
"Emhh nggak ada rasanya"
Ia semakin mengemutnya dengan gencar karena geram, karena cairan ASI yang di nantinya itu tidak kunjung keluar.
Suara ringisan terdengar disela-sela emutan bibirnya
"Emmhh"
Mulut itu masih sibuk mengemut, dengan mata terpejam seolah tidak sadar
"Sshh kamu ngapain? "
Mata Lian terbuka mendengar suara berat yang membangunkannya tersebut
Ia mendongak menatap kearah Rion yang sedang menatapnya, ia melepaskan pangutannya
"Om kenapa disini? ngapain? "
Suara serak bangun tidur itu terdengar
"Lah, kamu kan memang tidur sama saya dari awal"
Lah kok iso?
KAMU SEDANG MEMBACA
Without limit
Fiksi RemajaNtah bagaimana caranya, tubuh Lion yang awalnya baru saja sedang berbaring tiduran di kamarnya, tiba-tiba berpindah tempat kedalam sebuah kamar di apartemen asing "Wow beneran mirip di novel punya temen kakak dong"