11. Riki harus tau

62 6 0
                                    

3 hari di Bandung, akhirnya mereka mutusin pulang. Masih seperti biasanya, Riki selalu mengganggu adiknya itu meski Lessa udah mencak-mencak karna perilakunya. Seperti pagi ini, awalnya Riki bilang diq gak mau nganterin Lessa ke kampus, alasannya ngantuk. Tapi, pas Lessa udah mesen taksi online, abang kurang ajarnya itu malah ngeluarin motor dan bilang berangkat sama dia aja.

"Gak! Kasian gue kalau abangnya di cancel."

"Ya kalau di cancel nanti dia dapat tip kali dari aplikasinya."

Mimi yang keluar dari rumah kaget liat Lessa nabokin Riki.

"Aduh adek, kenapa sayang?"

Lessa menoleh kearah mimi yang hari ini gak berqngkat ke kantor karna cuti nya masih ada.

"Bang Riki ngeselin, tadi bilangnya gak maunhgenterin, sekarang suruh aku batalin taksi nya, kan kasian."

"Tadi abang ngantuk, Mi."

Karina tersenyum kecil melihat perdebatan kedua anaknya itu. Ternyata seperti ini rasanya punya anak laki-laki, ada aja tingkahnya untuk bikin adiknya kesal.

"Batalin aja ya sayang, sama Bang Riki aja."

Karna udah Mimi yang ngomong, akhirnya gadis itu mengalah dan memilih berangkat sama abangnyanyang rese itu. Mengambil helm, segera ia pakaikan ke adiknya itu. Sampai naik motor adiknya itu masih mendumel karna kelakuan abangnya itu pagi ini.

"Pegangan!! Jangan salahin gue nanti lu nyium aspal."

Lessa nabokin helm abangnya itu, sebelum beralih memeluk pinggangnya. Emosi gadis itu ngeliat Riki, lama-lama bisa kena darah tinggi. Padahal kemarin saat di Bogor mereka sempat berdamai setelah insiden nyasar itu.

Memasuki pelataran parkir kampus, Lessa turun dan membiarkan Riki membuka pengait helm nya. Lagi, ini kenapa susah banget sih pengaitnya dibuka.

"Nanti gue kumpul organisasi dulu. Lo pulang duluan aja," Lessa pertama kali membuka suara setelah Riki berhasil meloloskan helm itu dari kepalanya.

"Samaan aja, gue juga ngumpul."

Lessa menghela nafas panjang, dan setelahnya pergi duluan dari parkir meninggalkan Riki yang masih melepas atribut motor nya.

"Lessa!" Echa memanggil nya memberi kode bahwa bangkungadis itu sudah ia tag.

Menghampiri sahabatnya itu, Lessa melihat ada yang berbeda dari sahabatnya itu.

"Gimana Bandung?"

"Lo ganti warna rambut?"

Echa nyengir dan ngibasin rambutnya yang berubah dibanding sebelumnya yang blonde full.

"Cantik gak? Gue terinspirasi dari rambut Eunchae Lesserafirm."

Lessa memindai tampilan bestienya itu yang terlihat lebih berani.

"Muka lu cocok diapa-apain sih," gadis itu berucap sambil menilik penampilan Echa.

"Tapi lo lebih cantik blonde, menurut gue. Like a barbie and hot in the same time." Lessa mengerling genit pada sahabatnya itu hingga memberi geplakan cukup keras.

"Sakit, tai."

"Wkwkw, makasi loh pujiannya, gue emang hot sih. Ah, nanti gue ganti blonde lagi ajalah." Gadis itu mengambil ponsel dan berkaca di sana. Emang sih, kemarin Samudra bilang bagusan blonde aja, aura Echa lebih kuat dan imut.

"Oiya, soal-"

"Gue gak mau bahas psikopat gila itu dulu. Nanti gue mau ke perusahaan Pipi. Pasti kalau dirumah gue bakal ketemu sama si pelakor itu."

Annoying step brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang