"Iya, nanti kalau udah sampe, Lessa kabarin. Iya~"
Menuruni tangga sembari membawa 1 backpag dipunggung, Lessa masih tersambung dengan sang mimi yang sekarang sudah berada di Berlin.
"Hm? Ah i-iya, Aku berangkat sama Riki kok."
Lessa terpaksa berbohong untuk menutupi dari sang mimi bahwa hubungan mereka baik-baik saja.
'Gimana mau bareng, orang dia gak dirumah.'
Tak mau mimi bertanya hal lain-lain lagi, Lessa akhirnya memutus panggilan dan segera menuju ruang makan untuk ngambil beberapa snak untuk menemani nya dalam perjalanan.
Ternyata mereka pergi gak pakai Bus atau truk seperti acara makrab atau kamping kebanyakan. Mereka membawa kendaraan pribadi masing-masing, kalau yang gak ada bisa nebeng sama yang bisa ngasih tumpangsn nanti. Dan rencananya Lessa mau bawa mobil, seenggaknnya nanti bisa numpangin banyak orang.
Memasuki ruang makan Lessa tidak menyadari bahwa sudah ada yang menunggunya.
"Bi, yang Ssa minta kemarin mana. Udah masukin ke paperbag belum?"
Gadis itu masih asik dengan gawainya meskipun saat ini ia sudah duduk dimeja makan, berhadapan langsung dengan seseorang yang masih memperhatikan gerak geriknya.
Tak mendapat jawaban dari sang bibi, akhirnya gadis itu mengangkat pandangan dari ponsel dan tersentak saat ternyata bukan bibi berada didepannya, melainkan Riki.
"Berangkat sama gue!"
Lessa masih mencerna dengan keberadaan Riki yang berdiri didepannya. Bukannya kemarin Riki masih mengabaikan dirinya, tapi kenapa sekarang cowok itu berdiri didepannya.
"Aden, paper bag aden sama non udah bibi taruh di bagasi mobil ya. Hati-hati dijalannya."
Lessa kembali dikejutkan dengan barang-barang yang ia minta ke Bi Teri kemarin, sudah dimasukan kemobil Riki."Ayo."
Riki dengan lembut menarik lengan gadis itu untuk pergi setelah meengucapkan terima kasih sekaligus pamit pada bi Teri.
"Tunggu. Gue mending naik mobil sendiri aja."
Lessa menahan langkah mereka didepan pintu. Akhirnya setelah berpikir sejenak, ia rasa ia tidak bisa untuk semobil dengan Riki.
"Kenapa?"
Lessa menghela nafas panjang, seiring dengan lengannya yang berusaha ia lepaskan dari genggaman Riki. Tidak, ternyata memang lebih baik Riki tak peduli dengan dirinya seperti kemarin. Setidaknya, rasa yang ia punya bisa padam dengan sendirinya.
"Gue naik mobil sendiri aja. Seenggaknya bisa nebengin yang lain juga."
"Bukannya lo bilang ke mimi kalau kita berangkat bareng? Lo mau boongin mimi?"
Lessa menegakkan pandangan menatap Riki yang berdiri didepannya. Darahnya berdesir saat menatap obsidian indah itu yang beberapa hari ini membuat pikirannya kacau. Tidak Lessa, jangan goyah.
"Gue cuma gak mau mimi mikir aneh-aneh ke kita."
"Emang kita udah aneh-aneh kan? Ngapain lo mesti boong segala ke mimi?"
"Itu beda, gue gak mau mimi khawatir kalau kita lagi berantem."
"Siapa yang berantem? Gue gak ngerasa berantem sama lo."
Rasanya Lessa mau jambak rambut orang didepannya ini. Mana muka nya kek gak merasa bersalah sama sekali, padahal udah bikin huru hara perasaan Lessa beberapa hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying step brother
FanfictionSetelah 3 tahun perceraian mimi sama pipi, siapa sangka Lessa malah dikejutkan sama berita mimi nya yang mau punya suami baru, mana duda lagi, punya anak 1 lagi. Awal kenal, Lessa pikir Riki tu kalem apalagi tampang nya dingin banget kek kulkas...