2.

19 3 0
                                    

Perkataan finalku menjadi jalan kami untuk bertemu sore keesokan hari di Cork n Screw. Kini aku datang lebih dulu, Arjuna mengabari kalau dia masih dijalan dan cukup padat merayap. Jadi ia meminta aku untuk pesan terlebih dahulu, bills on him.

Sore ini dengan memakai rok selutut dan blazer berwarna coklat muda, tampilanku persis seperti orang ingin melamar kerja. Untung tidak pakai hitam-putih. Dan tampilan Arjuna seperti borjuis selatan yang tiap weekend ada agenda golf dengan kolega. Celana pendek berwarna coklat dipadukan dengan kaos oversize boxy cut berwarna putih cocok sekali di badannya. Topi baseball polos menutup rambut panjangnya dan sepatu keluaran terbaru dari Nike Air Jordan mampu menghipnotis diriku. Sialan ganteng banget.

Memang sih, dari teman yang lain. Arjuna ini bisa dibilang lebih mapan dan paham style. Dari yang ia ingat, Arjuna memang sudah lahir di keluarga kaya raya dan harmonis. Jadi tidak memungkiri kalau beliau ini memiliki banyak mantan yang mampu membuat Wiwit tidak merestui diriku dan Arjuna menjadi suami-istri.

"So, let's begin." Perkataan Arjuna membuat aku menarik nafas panjang lebih dulu.

"Dua bulan lalu gue dan nyokap berantem karena masalah gue yang gak kawin-kawin," aku memutar sedotan di minumanku secara perlahan. "Dan gue awalnya not really paid attention to it, sampai akhirnya gue ngerasa emang seharusnya gue udah nikah sih. Apalagi emang yang mau gue kejar sekarang? Pekerjaan gue udh settle, gue termasuk udh financial stable, umur juga udah matang dan gue juga kejar-kejaran sama umur bonyok gue."

Arjuna menganggukan kepalanya, pria itu seperti setuju dan senasib dengan perkataanku.

"Kalau lo kenapa? Kenapa tiba-tiba nawarin hal konyol kayak kemarin ke gue?" Penasaranku di balas ketawa pelan oleh Arjuna. Mataku terperangkap dengan senyumannya. Aku udah pernah bilang belum, kalau Arjuna ini dulu semasa smp termasuk ke kategori culun? Bahkan sampai sma meski tidak satu sekolah, dandannya tetap culun. Entah apa yang membuat Arjuna mengubah tampilannya pas masa kuliah. Tapi dia berhasil membuat aku terpana dengan perubahannya.

"First of all gue minta maaf sama lo, kemarin terlalu mengejutkan bangetkan buat lo." Perkataan dari Arjuna aku setujui. "Sebenarnya apa yang gue alamin juga gak jauh beda dari lo. Gue capek di teror keluarga kapan kawin melulu, padahal kan kawin gampang." Aku tertawa mendengarnya. Benar, kawin gampang yang susah itu nikah dan melanjutkan hidupnya.

"Gue kepikiran nawarin lo karena selain gue emang udah siap, gue ngerasa apa salahnya kita nyoba? Toh, gue kenal lo udah lebih dari cukup." Arjuna menatapku dengan seksama. Matanya bergulir dari atas sampai bawah.

Aku diam sejenak, menelaah perkataan dia yang masih belum memuaskanku.

"Hmm, if I'm not wrong... jadi lo ngajak gue kawin kontrak sekarang?" Pertanyaanku mungkin lucu bagi Arjuna, karena pria tersebut kini terpingkal-pingkal mendengarnya.

"Gak gitu Ra! Kok lo kepikiran aja sih, kemakan sinetron lo!" Hardik Arjuna. "Jadi gini, gue tau kita emang gak menjalin hubungan apapun sebelumnya. Cuman bagi gue, kandidat yang cocok jadi istri gue itu sekarang emang lo."

Aku terdiam sebentar. "Maksudnya?"

Arjuna berdehem singkat, "Ra, lo sama gue udah lama kenal, hampir dua puluh tahun lebih. Sekarang gue gak punya pasangan dan lo juga. Gue udah siap nikah dan lo juga. Jadi fair kan buat kita? Kita coba untuk komitmen satu sama lain, bahasa alaynya sih pacaran."

Shit. "Lo serius mau jalanin komitmen ini sama gue?" Tanyaku menyakinkan dirinya dan termasuk diriku.

Arjuna menyesap kopinya dulu. Sebelum menjawab pertanyaanku dengan luges dan yakin. Yang mampu membawa kami ke hubungan berikutnya yang ternyata lebih serius dan lebih pasti.

"Gue mau dan gue serius untuk jadi suami lo."

Try Harder, Love Harder.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang