7.

16 2 0
                                    

Acara makan-makan sudah selesai dan hari juga semakin gelap. Satu persatu tamu sudah mulai pulang dan tersisa keluarga inti pemilik acara. Aku membantu Mami dan Mba Marni—pembantu disini—untuk membereskan beberapa piring kotor dari luar, hanya memasukinya kedalam rumah sih. Papah dan Arjuna juga sedang melipat-lipat bangku portable dan menaruhnya kembali ketempat asal. Setelah itu kami semua duduk di ruang tamu, Papah kembali dari kamar setelah mandi dan bebersih diri kemudian duduk di salah satu sofa yang sepertinya memang tempat duduk beliau.

"Ira kamu masih mau makan gak? Mami mau angetin sate klataknya nih." Ucap Mami dari dapur membuat aku segera menghampiri beliau. Gak enak teriak-teriak di rumah orang.

"Gak usah Tante, Ira besok ngantor kok." Tanganku memegang bahu Mami yang sibuk memisahkan sate dengan bumbunya.

"Gapapa, Mami bungkusin ya buat besok kamu sarapan." Mami hendak menyalan kompor namun aku tahan.

"Eh! Sini aku aja Tante," Aku mengambil alih spatula dan teflon dari tangan Mami.

"Dilepas aja dari tusukannya Ra, Mami siapin tempatnya dulu ya." Kini raga itu berjalan menjauh kearah rak-rakan di ujung ruangan.

Aku sibuk membolak-balik daging sebelum dikagetkan dengan keberadaan Arjuna di sampingku yang hendak mencuci gelasnya.

"Eh, gausah di cuci Jun biar aku aja nanti abis ini," Tangan kiriku menahan tangan Arjuna untuk mencuci gelasnya. Oh iya, kami mencoba untuk mengganti panggilan lo-gue menjadi aku-kamu mulai dari sekarang. Karena kalau dipikir-pikir, kurang etis aja orang pacaran kok masih ngomong layaknya teman sih.

Arjuna tersenyum singkat sebelum menyudahi kegiatan mencucinya, tangannya ia keringkan di lap sebelum mencubit-cubit gemas pipiku. "Ini lagi cosplay jadi pembantu apa calon mantu sih? Hmm?" Arjuna bersuara menahan gemas sembari tangannya masih menekan-nekan pipiku.

"Juna ish! Tangan kamu kan kotor, nanti aku jerawatan tau!" Gerutuku dan menyentak tangannya pelan. Arjuna tertawa melihatku, pasti dia bakal bilang mukanya kayak bebek, bibirnya maju dua meter.

"Muka kamu kayak bebek, bibirnya tuh maju dua meter." Tuh kan!

"Mas kamu sana deh, ngerecokin aja." sungut kesal Mami membuat aku punya kesempat mencubit tangan Arjuna pelan.

"Sssh, sakit Ra, tega ya kamu." Arjuna mendramatiskan diri dengan menggelengkan kepala dan berjalan mundur keluar dari dapur. Mami tertawa melihat kelakuan putra kandungnya.

Selagi menunggu daging di teflon sedikit panas, aku menoleh ke meja makan dan mendapati satu wadah plastik sekali pakai sedang disiapkan Mami. Kemudian aku menuangkan daging tersebut kedalam wadah secara perlahan.

"Bumbunya Mami taruh di plastik yang beda ya Ra, takut basi kalau disatuin."

"Iya Tante, makasih banyak ya. Lumayan aku besok ke kantor bisa bawa bekel." Aku tertawa pelan sembari menutup wadah plastic dan menerima satu plastic lagi berisi bumbu.

Mami mengelus lenganku pelan, beliau kini mengambil nampan berisi sejumlah potongan buah yang tidak habis. Aku berinisiatif memindahkannya ke piring yang lebih kecil dan menyusunnya.

"Orang tua kamu tinggal dimana Ra?" Tanya Mami.

"Mamah sama Ayah di Solo, Tan. Katanya kalau udah pensiun enakan disana, adem gak kayak disini." Mami tertawa pelan, akupun juga begitu. Tangan kami masih menyusun buah di piring dengan pelan, seakan memang sengaja agar ada waktu untuk mengobrol lebih lanjut.

"Kamu udah lama kenal Arjuna?"

Aku menoleh kearah Mami, there she is wawancara dimulai. "Udah Tan, kebetulan aku sama Juna sempat satu smp dan kepisah di sma. Aku kenal sama dia lagi karena diajak main waktu dulu sama Gilang, Tante kenal kan?"

"Ya Ampun! Gilang yang gendut itu kan? Sekarang udah kurus ya dia Ra?"

"Udah Tan, katanya biar gampang punya cewek jadinya diet mati-matian." Jawabku dengan guyon. Mami terlihat sudah selesai dengan kegiatannya, kini wanita itu mengelap jarinya dengan tisu dapur yang ada di meja makan.

"Mami kaget loh, waktu Juna telfon kalau dia mau ngenalin calon istri. Mami kira dia abis ngehamilin anak orang." Suara Mami mengekspresikan keterkejutannya layaknya mendapatkan berita buruk. "Karena Juna sampai sekarang belum pernah ngenalin cewek lagi, terakhir pacarnya pas sma, itupun Mami gak sengaja ketemu pas ngambil rapor di sekolah." Aku hanya menganggukan kepala dan ikut membersihkan jari dengan tisu dapur.

Mami menaruh piring tersebut ke dalam kulkas, "Kalian pacarannya udah lama?"

Aku gugup menjawabnya, bingung harus jawab seperti apa. "E-ehm, kita pacaran baru jalan tiga bulan Tan. Karena Juna pikir waktu kita temenan udah lebih lama dan ngerasa udah saling kenal satu sama lain. Jadi ya... gak mau buang-buang waktu lagi Tan." Jelasku dengan gugup, jari tanganku saling meremas satu sama lain.

"Mami emang kepengen Juna nikah tahun ini, karena kami sekeluarga termasuk Raja ada rencana pindah ke Palembang, Ra. Tapi nunggu Raja lulus sd dulu sih," Penjelasan Mami make sense, karena Arjuna pernah bilang kalau orang tuanya memang ingin pindah keluar pulau.

"Papahnya Juna juga punya warisan di Palembang, pengen di urus langsung sama Papah. Itung-itung menikmati pensiun juga sih Ra, kayak orang tuamu." Mami menggeret keluar salah satu bangku dari meja makan, membuat aku juga ikut duduk dihadapan beliau.

"Mami harap kamu jadi tujuan terakhir Juna ya Ra, kadang Mami suka bingung kenapa Juna gak pernah deket sama cewek atau ngenalin pacarnya ke Mami." Ya Ampun Mami anakmu itu playboy Jaksel! "Mami juga sedih kalau lihat Juna di umur yang sekarang sibuk cari uang tapi gak ada yang ngurusin," Lanjut Mami dengan pandangan keluar menatap Arjuna yang duduk di ruang tamu sedang berbincang dengan Papah.

Tiba-tiba tangan Mami memegang tanganku yang diatas meja makan, aku menoleh dan mendapati beliau tersenyum teduh denganku. "Mami sudah tau kamu dari dulu, sering denger aja sih kalau Gilang lagi cerita pasti ada nama Ira yang disebut. Mami percaya sama Ira buat jadi pendamping hidup Arjuna, Mami harap anak Mami juga akan dipercaya orang tua kamu jadi suami kamu ya, Ra."

Aku membalas senyumannya tak kalah lebar, "Doain kita ya Tante, restu dari Tante dan Om sangat membantu kami buat kedepannya." 

Try Harder, Love Harder.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang