Berita Tak Mengenakkan

502 53 5
                                    

Big Boy. 2

***

“Theo?!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Theo?!”

“Ya, Sunhsine?”

Dari ruang belajarnya menuju meja makan, Gabriel merah sampai telinga. Marahnya padam saat itu juga. Niatnya mau mengadu pada sang Alpha, masyarakat masih belum bosan membahas pernikahannya. Memangnya apa sih yang salah dengan punya dua Alpha, kan dari awal bukan kemauan Gabriel juga. Dia cuma menepati janji, dia kan yang harusnya dikatakan korban.

Pemandangan Theodore yang tengah mengupas apel dengan apron yang melingkar posesif pada pinggang laki-laki itu. Theodore adalah laki-laki yang lebih sering menghabiskan waktunya dirumah, mengurusi makanan mereka, termasuk Gabriel, karena pekerjaannya bisa dibilang sangat fleksibel. Berbeda dengan Sebastian yang hampir tidak pernah pulang. Ketimbang Gabriel yang menikahi dua Alpha, ini lebih seperti Sebastian dan Theodore yang menikah dan Gabriel sebagai anak mereka.

“Buat apa?”

“Tanghulu, belakangan sedang ramai, barangkali kamu mau coba?”

Ah, ya. Gabriel sempat melihatnya beberapa kali orang-orang memakan itu. Apa yang spesial, itu kan cuma buah yang diselimuti dengan gula cair.

“Ada apa Sunshine?”

Gabriel sampai melupakan tujuan utamanya mendatangi Theodore. Ya siapa yang gak terpesona kalau laki-laki setampan Theodore gak malu dililit apron biru langit mengupas buah untuknya. Hal yang normalnya dilakukan oleh Omega sepertinya.

“Gimana tanggapan kamu sama ini?” Gabriel menunjukkan layar tabletnya, unggahan dari salah satu akun lengkap dengan foto dirinya tempo hari saat dia pulang dari kampusnya lengkap dengan keterangan tidak mengenakan.

“Cantik.”

Gabriel mendelik, ini bukan saatnya bercanda. “Yang serius dong, aku lagi marah.”

“Aku tahu Sunshine,”

“Memangnya kenapa dengan pendapat mereka? Orang-orang itu memperhatikan mu, mau sebanyak apapun ujaran kebencian atau pendapat buruk, biar saja mereka tenggelam dalam rumor. Kamu hanya perlu hidup dengan baik.”

Ya tetap saja, Gabriel kan tidak nyaman kalau terus-terusan dibahas. Sudah tiga bulan semenjak mereka menikah, dan hidup Gabriel gak banyak yang berubah, kecuali, dia harus menciun pipi Sebastian sebelum berangkat kerja, atau membiarkan Theodore mengantarkannya berangkat sekolah.

“Mengesalkan.”

Gabriel terduduk lesu, menggulir time line tanpa minat. Respon Theodore itu sangat berbeda dengan Sebastian, dia yakin laki-laki yang satu lagi pasti akan langsung mengambil tindakan, karena dia punya kuasa untuk itu.

Theodore paham betul dengan keadaan mood Gabriel yang tidak baik. Diusapnya pipi berisi milik Gabriel. Yang lebih muda menegakkan duduknya, menghadap sang Alpha. Setitik air mata tak terbendung menelusuri pipinya.

Theodore terkekeh, mengambil alih Gabriel agar duduk di atas pangkuan. Dia bubuhkan kecupan pada kedua pipi Gabriel. Bukannya tidak tahu, Theodore hanya berfikir kalau Gabriel sudah terbiasa menjadi buah bibir disekolah, makanya dia tidak mengambil banyak tindakan. Tapi siapa yang tahu kalau omongan orang-orang itu mulai membuat Gabriel tidak nyaman dan terkesan menggangu.

Gabriel terisak, tangisnya terasa begitu sesak, entah Theodore atau Sebastian pasti merasakan hal yang sama. Bisa dipastikan laki-laki yang lain akan langsung meninggalkan pekerjaannya dan memeluk Gabriel. Sementara itu Theodore berusaha menenangkan Gabriel.

“Apa yang terburuk?”

“Aku- aku hanya menghalangi kalian. Mereka bilang kalau aku tidak seharusnya berada diantara kalian.”

“Tentu kamu harus. Ini tempatmu sayang. Baik aku ataupun Sebastian menginginkanmu. Sunshine.”

Lama Gabriel menangis sambil memeluk leher Theodore. Bisa dipastikan bahwa matanya akan bengkak besok hari, tapi tidak masalah, Gabriel bisa bolos seharian karena Sebastian baru saja hampir merusak engsel pintu karena masuk dengan tidak sabaran.

“Gaby sayang...”

Alpha itu menarik kursi yang lain, duduknya berhadapan dengan Theodore. Jemari laki-laki itu menyingkap poni basah Gabriel. Hidung dan matanya, semua merah. Sebastian meraih sebelah tangan Gabriel, dia kecup telapak tangan itu sampai feromon semanis gula kapas itu memenuhi ruangan.

Gabriel harus banyak bersyukur karena dia punya dua orang yang begitu tulus untuknya. Harusnya omongan orang-orang itu tidak ada apa-apanya dengan perlakuan bak ratu dari dua Alpha ini.

***

Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang