Omega memecahkan masalah

423 44 12
                                    

Big Boy. 6

***

Berbanding terbalik dengan dua Alphanya, Gabriel pagi itu bangun dengan suasana hati yang teramat bagus.

Kalau biasanya dia mau terima makan apapun yang disajikan Theodore, hari ini Gabriel minta menu sarapan yang spesifik.

Ya Theodore sih gak masalah, dia senang saja memasak untuk Gabriel.

Dan seperti biasa, kalau jam dinding sudah menunjuk angka sembilan, artinya Sebastian sudah di kantornya. Mengurusi semua perkara kerajaannya yang sama sekali Gabriel tidak ketahui.

"Alpha. Apakah Sebastian akan menikah lagi?"

Theodore menurunkan kembali sendoknya. Topik yang diangkat Gabriel gak bagus untuk teman sarapan mereka. Tidak di depan sepiring panekuk manis dengan buah blueberry diatasnya, tidak.

Ditambah hubungannya dengan Sebastian belum membaik sejak malam itu. Dua Alpha itu belum bertukar sapa lagi semenjak perdebatan soal kandungan Gabriel.

"Tidak tahu Sunshine."

Cuma itu yang bisa Theo katakan. Toh, dia sebenarnya juga gak keberatan kalau Sebastian mau menikah lagi.

Mau bagaimanapun Theodore tetap Alpha pada umumnya.

Menemui kondisi dua Alpha menikahi satu Omega bahkan hidup di satu rumah bersamaan saja sudah langka. Tapi bukan berarti Theodore tidak pernah terpikir dia mau memonopoli Gabriel untuknya saja.

***

"Sebastian~"

Yang punya nama saja belum sampai membuka pintu rumah, Gabriel cepat satu langkah, dan ketika lelakinya masuk ke netra, dipeluknya tubuh itu erat-erat.

Theodore yang duduk gak jauh dari mereka tampak tak acuh. Membuat Gabriel semakin sadar kalau dua Alpha itu sedang tidak baik-baik saja.

Rencananya selanjutnya adalah membuat dua laki-laki itu duduk bersebelahan menghadap padanya.

"Menurut kalian, bagaimana aku harus memperlakukan Mongmong."

Keduanya reflek menukikkan alisnya.

"Siapa Mongmong?"

Tindakan Gabriel selanjutnya makin membuat rahang dua laki-laki itu menganga lebar. Mereka saling melirik, tanpa sepatah kata saja mereka sanggup menarik kesimpulan.

Sebenarnya apa niat Gabriel bertanya pada mereka, kalau dia sudah lebih dulu menamai segumpal daging itu, apanya yang Mongmong?! Batin Sebastian.

"Itu semua kembali padamu, Gaby. Kamu yang memutuskan."

"Tapi aku tidak suka dengan pertengkaran kalian, kasihan Mongmong."

Ah, telinga Theodore mulai iritasi mendengar nama itu. Jelas sudah, apa keputusan mereka.

Walau belum saling mengucap kata maaf, Sebastian dan Theodore kembali bersikap seperti biasanya.

Gabriel tersenyum lebar, sampai-sampai matanya hilang. Setidaknya dua Alpha itu gak harus berlawanan kubu. Tinggal masalah mereka selesaikan sendiri.

***

"Iya, iya. Jangan melihat ku begitu."

"Tidak ada yang melihat mu."

"Memangnya kenapa sih kalau namanya Mongmong, itu kan baru janin, belum jadi anakmu."

"Setidaknya lebih bagus sedikit, apanya yang Mongmong?!"

Theodore mengulangi ucapan Sebastian lewat raut wajah laki-laki itu ketika Gabriel pertama kali mengenalkan mereka dengan nama buah hati mereka.

Sayang, Gabriel belum begitu terlelap ketika dua Alpha itu sibuk protes soal Mongmong itu.

Langkahnya sengaja dibuat menghentak-hentak, supaya dua Alpha itu sadar kalau yang mereka bicarakan dengar semuanya.

Mereka saling melirik.

"Habis sudah."

***

Fyi. Gaby itu gampang ngambek.

Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang