Alpha pergi

278 37 12
                                    

Big Boy. 10

***

Sebastian lupa sudah berapa lama mereka dalam posisi itu.

Usai merayakan ulang tahunnya dengan nonton film sampai larut malam. Theodore berpesan kepadanya. Katanya dia titip Gabriel sejenak.

Mana tahu Alpha satu itu mati-matian mengusahakan persetujuan cuti supaya dia bisa pergi ke luar kota.

Sejak bangun dari tidurnya sampai sekarang Gabriel belum berhenti menangis.

"Sudah sayang, Theo cuma pergi sebentar, dia akan kembali. Bagaimana kalau kita sarapan? Ada yang Gaby mau?"

Itu adalah bujukan Sebastian yang kesekian pagi ini.

Nyatanya belum ada yang berhasil meruntuhkan kegihihan Gabriel. Dan itu sedikit membuat Sebastian iri. Membayangkan seberapa sayangnya Gabriel pada Theodore sampai rela menangis selama itu hingga kedua matanya bengkak dan wajahnya merah.

Oh, dia gak tahu saja Gabriel mana pernah absen merengek setiap malam pada Theo karena suaminya yang satu lagi lebih asik bercinta dengan berkas di kantor.

Sebastian makin pusing. Bukan cuma karena bingung bagaimana menenangkan Gabriel, dia juga khawatir kalau tangisnya tidak berhenti.

Katanya orang yang tengah mengandung itu tidak boleh terlalu emosional.

***

"Pulang kau kemari Theodore Aldridge!"

"Ya kan aku harus bekerja bodoh, memangnya dengan apa aku menafkahi Gabriel dan dua anak kita?"

"Ya setidaknya ucapkan perpisahan pada Gabriel. Dia belum berhenti menangis."

Sebastian melirik Gabriel yang sudah kembali terlelap, akibat kelelahan menangis.

Jangan kira Theodore tega pergi tanpa meminta izin. Nyatanya sudah dari jauh-jauh hari, tapi Gabriel begitu enggan melepaskan Theodore. Sedikit saja Theo membahas soal pekerjaan, Gabriel akan mendiaminya seharian.

Itu membuat pusing.

"Ya ya, aku pulang. Setidaknya bantu bujuk Gabriel, aku cuma pergi satu minggu."

Sebastian melirik sinis layar ponselnya. Walau dia tahu Theo tidak bisa melihatnya.

"Seminggu saja, supaya kau juga merasakan mengasuh bayi besar itu. Dah, aku ada urusan."

Telfon dimatikan sepihak.

Sebastian baru akan mengeluh, tapi setelah dipikir. Mungkin begini posisi Theodore setiap harinya. Bedanya dia lebih sabar, kalau Sebastian kan sumbu pendek.

Sebenarnya Gabriel bukan tipe yang egois, dia akan iya iya saja membiarkan Theodore pergi ke luar kota untuk mengurus pekerjaannya.

Tapi dia cuma takut, kalau alurnya akan seperti Sebastian.

Laki-laki yang jarang pulang itu, membuat Gabriel sedikit demi sedikit merasa asing dengan kehadirannya, meski setiap malam mereka akan tidur sambil memeluk. Gabriel mulai tidak familiar dengan bau laki-laki itu.

Makanya, dia takut Theodore akan seperti Sebastian. Dia cuma takut kehilangan.

Dan Theodore sengaja meninggalkan mereka berdua supaya bisa merekatkan celah itu.

Berterima kasihlah lain kali Sebastian.

***

Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang