Alpha Aneh

524 40 12
                                    

Big Boy. 4

***

“Alpha.”

“Ya, Sunshine?”

Theodore tengah bergelut dengan tabletnya ketika Gabriel menarik ujung kaos laki-laki itu. Posisinya Theodore duduk bersila di depan meja kecil sementara Gabriel tidur telentang di atas karpet bulu disampingnya.

“Sebastian aneh.” Tanpa melepaskan genggaman pada ujung kaos Theodore, Gabriel menjawab sembari menatapi langit-langit ruang tamu.

“Apa yang aneh?” Theodore menjawab tanpa menoleh.

Gabriel duduk tegap, sepasang matanya memicing pada Theodore yang sepenuhnya terkunci pada layar tablet entah melakukan apa itu.

“Coba lihat makanya, nanti tahu apa yang aneh.”

Theodore menyerah dan memilih untuk menuruti kesayangannya. Mengikuti pada arah jari Gabriel menunjuk lurus pada kolam pada halaman belakang rumah mereka, tampak Sebastian tengah berjemur di bawah terik matahari yang rasanya begitu menyilaukan hari ini. Ditambah lagi setelan serba panjangnya, sekarang dia paham kenapa Gabriel menyebut Sebastian aneh.

“Alpha bangsawan itu memang aneh ya?”

“Yah, gak semua. Beberapa kurang kerjaan seperti suami mu satu itu.”
Padahal Theodore asal bicara, tapi diangguki oleh Gabriel.

Theodore bangkit, ia meringis merasakan panas pada kulit tangannya ketika berhasil mendekati Sebastian.

“Tidak bekerja Yang Mulia? Jika tidak, bisakah tingkah mu lebih normal sedikit saja. Siapa yang sedang kau coba tarik perhatiannya dengan berjemur di siang bolong seperti ini?”

“Gaby lah, siapa lagi.”

“Untuk informasi saja, Gabriel bilang kau aneh.”

Theodore undur diri setelahnya karena kalau boleh jujur dia masih belum mau mati karena dehidrasi dengan akurasi sinar matahari yang panasnya langsung menembus kulit.

Gabriel tertawa lepas dari ambang pintu, alasan mengapa Sebastian berjemur adalah karena dirinya. Dan tatanan rambutnya, serta pakaiannya. Semuanya ulah tangannya.

“Kemari kamu anak nakal.”

Gabriel buru-buru berlari dari kejaran Sebastian lantas bersembunyi di belakang punggung Theodore.

“Cuacanya agak panas,” kata laki-laki itu sebelum berbalik untuk memeluk Gabriel dan menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Membawa serta Gabriel dalam pelukannya.

“Kerja bagus kawan.”

Sebastian mengacungkan jempolnya dengan puas, setidaknya dia tidak terlihat bodoh sendirian. Gak lama setelahnya dia melepaskan setelan serba panjang itu dan ikut masuk ke kolam renang. Baik Sebastian atau Theodore sendiri kompak menggoda raut jelek Gabriel.

Meski kesal, Gabriel sama sekali gak melepaskan pelukannya, dia justru mengalungkan kedua tangannya, berpegangan pada bahu kokoh sang Alpha. Sampai Sebastian mendekati mereka, laki-laki yang satu itu memang dikenal lebih cabul ketimbang Theo. Terlihat dari tangannya tanpa permisi memalingkan wajah Gabriel lantas disambarnya bibir itu. Tanpa rasa sungkan, Sebastian mengecap bibir Gabriel di depan Theo.

Jangan kira Theo hanya diam dan memandangi, tangan laki-laki itu diam dibawah sana sibuk mengusap perut rata Gabriel, sambil mengecupi lehernya.

Gabriel pusing, dia tadinya cuma mau mengerjai Sebastian, kenapa sekarang situasinya berbalik menjadi dia yang dikerjai?

"Gaby sayang ...." si pemilik nama merinding, Sebastian memanggil namanya dengan seduktif diiringi tiupan pada telinganya. Wajahnya terpantau sudah merah, Gabriel gak menyembunyikan ekspresi wajahnya, membuat dua Alpha itu semakin gencar mengerjainya.

Tangan Theo yang semula hanya mengusap lembut pada perut Gabriel, kini dengan lancangnya bermain dengan putingnya. Gabriel mengeratkan pelukannya pada Theo, dinginnya air kolam gak lagi terasa dingin dengan semua rangsangan yang dia terima.

Sebastian melirik Theo, keduanya sama-sama minta persetujuan. Sebastian pikir gak ada salahnya mereka melakukannya di kolam renang, pengalaman baru menurutnya, tapi Theo takut Gabriel merasa tidak nyaman. Tapi semuanya kembali lagi pada Gabriel.

Sambil mengusap rambutnya, Sebastian meminta persetujuan Gabriel. Anak itu langsung menganggukkan kepalanya tanda dia setuju. Mungkin untuk sebagian orang hal seperti itu justru merusak momen, tapi bagi Sebastian dan Theodore kenyamanan Gabriel masih yang paling penting untuk mereka. Dan setelah diberi izin, kedua Alpha itu sama sekali tidak menahan diri.

Halaman belakang rumah yang sebelumnya ramai karena suara tawa Gabriel kini dihiasi dengan suara lenguhan Gabriel. Sebastian menyentuh disana dan Theodore disini. Sama sekali dia tidak diberi celah bernafas. Celananya pun sudah ditanggalkan, tersisa kaus putih yang rasanya sia-sia dia pakai.

Ini memang bukan pertama kalinya untuk Gabriel, bohong kalau mereka tidak berhubungan setelah malam resepsi, Sebastian mana mau melewatkan malam semacam itu. Tapi tetap saja, melakukan hubungan dengan dua Alpha itu masih membuat Gabriel gugup setengah mati. Tanpa sadar dia meremas bahu Theo.

"Rileks sayang, rileks."

Gabriel melemparkan senyuman pada Theo, laki-laki itu mengecupi seluruh wajahnya, yang nyatanya itu hanya pengalihan, Sebastian di belakangnya menyerang dengan agresif, dengan sekali hentakan seluruhnya kepunyaan laki-laki itu tertanam di dalamnya. Theodore terkekeh mendapati ekspresi terkejut Gabriel. Kenyataannya semua Alpha sama saja.

Theodore menahan tubuh Gabriel agar kepala tidak masuk kedalam air, sementara Sebastian di belakangnya mencengkram kedua pinggang Gabriel. Desahan dari kedua belah bibir Gabriel begitu manis di dengar kedua Alpha itu. Rasanya mereka seperti terhipnotis untuk membuat Gabriel terus mengeluarkan suara seperti itu. Mendayu-dayu, merengek dengan mata sayu dan wajah merah seperti tomat. Gabriel meski sedang disetubuhi pun masih tampak ayu.

"Apakah itu nikmat?" Sebastian memeluknya dari belakang, membisikkan kata-kata tidak senonoh pada Gabriel. Disambut dengan anggukan kepala dan suara terbata-bata. Bagaimana bisa dia menjawab dengan benar ketika Sebastian terus mengenai titik manisnya sementara Theodore tidak berhenti mengocok kepunyaan mereka dibawah sana. Gabriel pusing.

Gabriel memanggil mereka dengan sebutan Alpha adalah sesuatu yang lumrah, tidak perlu diambil pusing. Tetapi berbeda dengan Gabriel yang mendesahkan Alpha setiap kali dia merasa nikmat, itu menyematkan penghargaan tersendiri untuk mereka.

Sebastian memelankan temponya, Gabriel baru saja pelepasan, dia masih sangat sensitif. Walau dia sangat ingin menghancurkan Gabriel, setidaknya sebelum Gabriel menangis Sebastian tidak akan menahan diri. Laki-laki itu menggeram rendah, saat Gabriel kembali menjepitnya dibawah sana.

Sebastian naik lebih dulu usai pelelasannya, sisanya dia serahkan pada Theodore. Gabriel tampak sayu, siapa yang tahu kalau seks didalam air justru lebih banyak memakan tenaga. Theodore kuat sekali bisa menahan tubuhnya dengan Sebastian yang seperti orang kesetanan.

"Tidak apa, ayo naik dan bersihkan dirimu."

Gabriel menggeleng, "Theo bagaimana?"

"Wajahmu sudah lelah, lain kali kita bisa melakukannya."

Nyatanya tidak begitu skenario yang terjadi, usai Theo menggendong Gabriel sampai kamarnya, laki-laki itu tidak langsung membantu Gabriel membersihkan diri, justru melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda, toh Gabriel tidak menolaknya, suaranya sampai serak. Sebastian yang mendengarnya sampai ngeri, siapa yang tahu kalau dibalik wajah tenang itu Theodore lebih ganas.

***

Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang