Alpha Sakit

480 42 8
                                    

Big Boy. 5

***

Dokter keluarga tidak bisa mendiagnosa sakit yang diderita oleh Sebastian. Laki-laki itu tidak keracunan makanan, tidak pula demam atau reaksi alergi lainnya. Tapi sejak dua hari lalu Sebastian jadi lebih sensitif, sering merasa mual bahkan lebih banyak ngomel.

"Kamu kok seperti sedang hamil saja." Gabriel yang pagi itu menyuapi Sebastian berkomentar, melihat Alphanya pucat pasi.

Mendengar komentar Gabriel, Sebastian tiba-tiba terpikir sesuatu. Bagaimana kalau memang iya?

"Apa? Mau ku panggilkan dokter lagi?"

"Iya, tolong."

Theodore menurut saja, memanggil dokter pribadi keluarga De Loughrey. Dan saat laki-laki paruh baya itu tiba, yang dicek keadaannya bukan Sebastian melainkan Gabriel. Dia semula tidak mau, memangnya dia sakit apa sampai harus diperiksa begitu. Tapi dengan bujukan Theodore akhirnya Gabriel mau. Dan sesuai dugaan, Gabriel memang tengah mengandung.

Sambil termenung, Gabriel tidak mengalihkan tangan dari perutnya. Dia sama sekali tidak tahu ada kehadiran lain dalam dirinya. Usia kandungan sudah satu minggu. Ada jiwa lain yang tumbuh.

Itu menjelaskan kenapa Sebastian mual tidak jelas dan Theodore yang selera makannya semakin tidak wajar. Memangnya ada orang aneh yang makan sushi dengan selai stoberi? Atau mencelupkan apel kedalam kecap asin?

Dokter kepercayaan keluarga itu mengucapkan selamat, dia diberi tahu untuk tidak langsung mengabarkan kehamilan pada keluar besar. Entah itu keluarga Gabriel atau Sebastian dan Theodore.

Kedua Alpha itu masing-masing memeluk Gabriel yang masih belum sadar dari keterkejutannya. Kenyataan kalau dia mengandung di usia yang menurutnya masih terlalu muda, membuatnya takut.

Theodore dan Sebastian saling bertukar pandang, mereka merasakan hawa dingin, dingin yang teramat sampai menusuk. Feromon Gabriel tidak lagi manis, cenderung ke pahit. Bau yang bisa dirasakan indra kedua Alpha itu.

"Tidak apa, sayang, tidak apa."

Tangis Gabriel pecah. Lama sekali dia menangis sampai mata dan hidungnya bengkak, Gabriel yang dasarnya memang punya bentuk mata kecil, menangis sampai bengkak justru membuat bola matanya semakin tenggelam. Dan itu, tampak menyedihkan.

Pasalnya bukan cuma Gabriel, dua Alphanya ikut merasakan sesak. Sejenak kamar Sebastian jadi ruangan dengan aura paling menyesakkan. Sampai akhirnya Gabriel kelelahan dan tertidur. Membawa serta rasa gundahnya ke alam mimpi.

Sebastian mengekori Theodore, mereka harus secepatnya menentukan jalan keluar. Bodoh juga mereka yang gak berhati-hati. Pikirnya, kan Gabriel belum masuk siklus heat, tapi siapa yang tahu ada jiwa lain yang tidak sabaran menyusup diantara mereka.

"Gak ada pilihan, kita bisa minta Gabriel gugurkan, tapi jangan beritahu keluarganya."

Theodore tampak tersinggung dengan ucapan Sebastian, ketara dari raut wajahnya yang keruh, "Gak mau coba diskusikan dengan Gabriel dulu?"

"Jangan egois."

"Terus tindakanmu mengambil keputusan tanpa persetujuan Gabriel itu gak egois?!"

Dua Alpha itu saling lempar feromon, guna mengintimidasi satu sama lain. Belum pernah mereka terlibat perdebatan yang begitu serius seperti sekarang ini.

"Jangan atur aku, Theodore."

"Dan jangan bertindak seolah Gabriel cuma milik mu."

Theo bangkit. Dia gak mau memperkeruh suasana. Nyatanya amarah Theo lebih sulit dibendung ketimbang Sebastian yang frontal. Wajahnya tenang menyimpan banyak emosi. Maka dia memilih untuk menyingkir.

"Gabriel yang memutuskan, bukan kau!" Ucapnya, menunjuk Sebastian dengan jarinya, sebelum berbalik dengan langkah berat.

***

Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang