Malaikat kecil

308 45 12
                                    

Andin menyiapkan sarapan untuk Askara. Kondisi buah hatinya sudah membaik dan diizinkan pulang. Namun, Andin tak bisa terus menemaninya lantaran harus berangkat kerja karena ini hari pertamanya.

"Aku nggak apa-apa nitipin Askara sama kamu, Sal?" tanya Andin sekali lagi.

Sal menghela napas kasar. Sudah puluhan kali Andin menanyakan hal tersebut. "Santai, Ndin..., lagian aku juga bisa handle cafe dari rumah, kok."

Andin senang bisa mempercayai Sal. Ia tak pernah ragu-ragu jika menitipkan Askara kepada lelaki tersebut. Sal sudah seperti keluarga baginya. Lagipula, Askara juga sangat senang jika berada disisi lelaki itu.

"Yaudah, aku berangkat dulu, ya, takut telat." Andin mengambil tasnya di atas meja. "Mama berangkat dulu, ya, Sayang. Jangan nakal sama papa," ucap Andin sambil mencium kening Askara.

"Siap, Ma." Askara memberi gerakan hormat kepada Andin.

Melihat senyum Askara membuat Andin lega meninggalkan buah hatinya. Ia bisa sedikit tenang untuk fokus pada pekerjaannya. Andin tak ingin membuat kesalahan. Ini satu-satunya harapan agar bisa terus melakukan pengobatan kepada Askara.

Sesampainya di kantor, Andin segera bertemu staff personalia perusahaan. Ia dijelaskan dibagian mana ia bekerja dan apa tugas-tugasnya. Setelah selesai, Andin pun segera menuju meja kerjanya. Banyak karyawan lain yang menyapa dirinya—membuat seseorang dari dalam ruangannya tersenyum sinis.

***

Beberapa hari yang lalu....

"Fel, apa ada yang interview namanya Andin?" tanya Aldebaran ketika menemui Feli.

"Sebentar, Pak, saya cek dulu." Feli membuka map dan mencari nama tersebut. "Betul,  Pak. Kemarin ada yang interview atas nama Andin," lanjutnya.

"Kalau gitu kamu langsung suruh dia masuk besok," kata Aldebaran.

"Baik, Pak."

Aldebaran tersenyum sinis. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu, tapi aldebaran seperti mendapatkan sebuah kesempatan. Melihat Andin kembali membuat hatinya bahagia sekaligus membara. Ia akan membalas  rasa kecewanya Lima tahun lalu kepada Andin.

***

Andin sedang beberes. Pekerjaannya telah usai hari ini. Ia bersiap untuk pulang, tapi ditahan oleh atasannya.

"Nih, Ndin, tolong kamu revisi proposal ini," ucap atasan Andin sambil menyodorkan setumpuk map.

"Tapi, Pak, hari ini saya nggak lembur," kata Andin.

Atasannya tampak tak terima. Lelaki setengah baya itu terus memaksa Andin untuk lembur. Mau tak mau, Andin tidak punya pilihan. Ia terpaksa mengerjakan hal tersebut dan menunda rencananya pulang.

Di sela Andin mengerjakan pekerjaannya, ponselnya berbunyi.

"Halo," sapa Andin.

"Ndin, kok kamu belum keluar, sih?" tanya Sal.

"Hah?"

"Aku lagi ada di depan perusahaannya Aldebaran."

"Ngapain?" tanya Andin.

"Kok, ngapain, sih..., ya mau jemput Bidadari lah," jawab Sal gemas dengan reaksi Andin barusan.

"Mendingan kamu pulang aja, Sal. Hari ini aku lembur. Aku nitip Askara lagi, ya, sama kamu..."

"Halo, Mama kapan pulang?" Tiba-tiba suara Askara bergema diseberang sana.

"Askara? Kamu ngapain Sayang...."

BertautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang