Aldebaran masih terbaring lemah. Belum ada tanda-tanda jika lelaki itu akan sadar, membuat Andin cemas. Perasaan bersalah mulai menghampirinya.
"Ngapain Mbak Andin di sini?" tanya Elsa yang tiba-tiba sudah berada di depan ruang rawat Aldebaran.
Andin hanya melirik sekilas tanpa berminat menanggapi, yang justru semakin menyulut emosi Elsa.
"Mending Mbak Andin pergi deh, dari sini dan urus Askara. Bukannya kalian bakal balik ke Jogja?"
"Kenapa ya, Sa, kamu pengen banget aku pergi?" tanya Andin yang mulai jengah dengan setiap perkataan Elsa.
"Ya, karena kamu penyebab semua kekacauan ini."
"Aku?" Andin menunjuk dirinya sendiri. Ia semakin curiga dengan semuanya.
"Mbak Andin tuh, udah nggak berhak lagi di sini. Silakan pergi jauh-jauh dari kehidupan Aldebaran."
"Boleh aku tanya satu hal sama kamu?" Andin mencoba mengutarakan isi pikirannya yang berkecamuk.
"Tanya apa?"
"Apa saat kamu bilang Aldebaran pergi kuliah ke luar negeri itu sebenarnya dia sedang menjalani pengobatan?"
Deg!
Elsa kaget dengan pertanyaan yang diutarakan Andin. Bagaimanapun juga, Andin tak boleh mengetahui kebenarannya."Atas dasar apa Mbak Andin ngomong kayak gitu?"
"Atas dasar kebohongan yang kamu ciptakan." Andin berdiri dan menghela napas kasar. "Kamu nggak capek playing victim terus?"
"Mbak Andin ngomong apa, sih...." Elsa mencoba membela diri.
"Ternyata, kamu nggak sebaik yang aku kira."
"Jaga omongan Mbak Andin!"
Andin dan Elsa hampir saja bertengkar jika Rendi tak mencoba melerai.
"Bu Andin, Mbak Elsa cukup! Kita lagi di rumah sakit. Saya mohon ketenangannya," ucap Rendi.
Kini Andin mulai menemukan potongan puzzle dari masalahnya. Semua runtutan masalah antara dirinya dan Aldebaran tak lepas dari jangkauan Elsa. Mungkin dulu Andin mudah percaya dengan perempuan itu, tapi semakin ia curiga, Elsa mulai memperlihatkan watak aslinya.
"Ren, nanti kalau ada perkembangan soal Aldebaran tolong kabari saya, ya," ucap Andin yang hendak pamit kepada Rendi.
"Baik, Bu Andin. Saya akan mengabari jika ada perkembangan dari pak Al."
***
Keesokan paginya, Askara merengek untuk bertemu dengan Aldebaran. Sudah dua jam lebih anak itu berusaha membujuk Andin untuk mempertemukannya dengan Aldebaran, tapi tak digubris.
"Ada apa, Ndin?" tanya Sal yang muncul membawa seplastik sarapan.
"Askara minta ketemu sama Al."
"Yaudah temuin aja, siapa tahu dengan kehadiran Askara bisa bikin kondisi Aldebaran membaik."
Andin tampak mempertimbangkan perkataan Sal. Mungkin ada benarnya juga. Siapa tahu mempertemukan Aldebaran dengan Askara bisa membuat kondisi Aldebaran membaik. Ia lalu bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Namun di sana, ia harus kembali dihadapkan oleh Elsa.
"Mau ngapain Mbak Andin ke sini lagi?" tanya Elsa tanpa basa-basi.
"Ngapain kamu tanya-tanya?"
Elsa mendelik mendengar perkataan Andin. Keberadaannya dan Askara adalah suatu ancaman besar bagi Elsa.
"Ma, mau ketemu om ayah," kata Askara merajuk.
Sal lalu mengajak Askara masuk ke dalam ruang rawat Aldebaran. Awalnya mereka hampir dicegah oleh Elsa, tapi Andin segera menepisnya. Ia lalu menyeret tangan Elsa menuju taman rumah sakit yang lebih leluasa untuk mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut
FanfictionAldebaran Andin seolah tak menyangka dipertemukan kembali setelah sekian lama. Perasaan itu masih ada, tapi tertutup oleh rasa kecewa yang membara. Akankah penantian itu menggabungkan lagi kisah yang sempat terjeda? Atau malah semakin mengobarkan ap...