Ancaman

226 46 15
                                    

Pagi-pagi Elsa sudah berada di kantor Aldebaran. Rasanya ia sudah gatal ingin memberi peringatan kepada Andin untuk tak terus mengganggu pujaan hatinya tersebut. Keberadaan Andin disekitar Aldebaran membuat posisinya terancam. Bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti ia yang akan tersingkirkan.

"Elsa, kamu ngapain?" tanya Andin saat melihat Elsa menghampiri dirinya.

"Aku mau bicara sama Mba Andin," kata Elsa sinis.

Elsa dan Andin menuju taman belakang kantor. Tak enak jika harus berbicara disekitar karyawan lain, apalagi ini menyangkut hal pribadi.

"Apa sih, yang mau kamu bicarain?" tanya Andin langsung.

"Aku mau Mba Andin keluar dari kantor ini."

"Apa? Kamu gila, Elsa." Andin terkejut dengan pernyataan Elsa barusan.

"Mba Andin yang gila..., ngapain coba balik lagi ke sini."

"Sa..., aku juga nggak mau di sini. Tapi aku butuh pekerjaan ini."

"Masih banyak perusahaan yang bisa Mba Andin coba, kenapa harus milik Aldebaran?" Elsa mulai geram dengan Andin.

"Kamu apaan, sih, Sa...."

"Jangan Mba Andin pikir gunain Askara bisa bikin Aldebaran balik lagi," ucap Elsa sarkas.

"Jangan pernah kamu bawa-bawa Askara, ya." Kali ini Andin mulai tak tahan dengan sikap Elsa yang menyudutkannya. Apalagi membawa anaknya dipembicaraan ini.

"Emang bener, kan, kamu balik ke sini dengan dalih pengobatan Askara itu juga buat dapetin Aldebaran lagi? Jangan mimpi deh, Mbak."

Plaak!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Elsa. Andin sudah tak mampu lagi menahan emosinya.

"Sekali lagi kamu menyangkut-pautkan Askara dengan masalah ini, aku nggak akan segan-segan kasih peringatan ke kamu." Andin berlalu meninggalkan Elsa yang masih shock dengan tamparannya barusan. Namun, ia berhenti sejenak sambil berkata, "Dan satu hal lagi, Sa, kamu nggak usah takut kalau aku bakal rebut Aldebaran. Lima tahun lalu aku udah menyerah, dan aku akan tepati janji itu."

Sepasang mata yang memperhatikan Andin dan Elsa terperangah kaget. Ia penasaran, janji apa yang dimaksud Andin lima tahun lalu.

***

Aldebaran menunggu kedatangan Rendi dengan gelisah. Ia sangat ingin mengetahui informasi yang didapat oleh asistennya tersebut.

"Permisi, Pak," ucap Rendi memasuki ruangan Aldebaran.

Al yang melihatnya pun segera menyuruh Rendi untuk duduk. "Jadi, gimana, Ren?" tanya Aldebaran.

"Dari informasi yang ada, Bu Andin belum pernah tercatat mendaftarkan pernikahannya di KUA manapun, Pak," kata Rendi membuat Aldebaran terkejut.

"Tidak ada catatan pernikahannya yang terdaftar di KUA?"

"Betul, Pak. Ini saya juga mengecek status kependudukannya di Yogyakarta." Rendi memberikan sebuah map kepada Aldebaran. "Bu Andin tercatat sebagai pendatang di sana dan diketahui sudah membawa Askara saat itu."

Aldebaran memeriksa semua berkas-berkas yang dikumpulkan Rendi. Ia semakin penasaran dengan masalalu Andin.

"Kamu udah periksa siapa ayah kandung Askara?" Pertanyaan yang sedari awal membuat Aldebaran penasaran.

Rendi menggeleng. "Sayangnya, informasi tersebut dirahasiakan, Pak. Bu Andin hanya beberapa kali terlihat bersama Sal, setelah itu tidak ada laki-laki lain yang bersamanya."

BertautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang