Kesempatan

218 46 8
                                    

Andin dan Askara bersiap untuk pergi jalan-jalan hari ini. Pantai menjadi destinasi yang ingin Askara kunjungi. Anak itu ingin sekali bermain pasir dan menikmati deru ombak di laut.

Sesampainya di pantai, Askara begitu antusias. Hal ini merupakan momen langka baginya. Pasalnya, selama ini Andin tak pernah mengizinkannya ke pantai karena alasan kesehatan. Apalagi melihat Askara yang lari-larian ditepi pantai membuat Andin sedikit khawatir dengan kondisi jantung Askara.

"Askara, jangan lari-lari, Sayang," teriak Andin. Ia lalu berusaha menyusul anaknya tersebut yang sudah berada di bibir pantai.

"Askara bikin apa?" tanya Andin.

"Askara lagi gambar, Ma," jawab Askara yang masih fokus mencoret pasir. Sesekali ia kesal karena hilang diterpa ombak.

"Ini siapa?" tanya Andin sambil menunjuk gambar yang kecil.

"Ini Askara, Ma."

"Kalau ini?"

"Ini punya Mama!"

"Terus yang paling besar ini?"

"Ini om ayah, Ma."

Seketika senyum di wajah Andin memudar mendengar perkataan Askara. "Kok, om ayah? Bukannya ini papa Sal?" Andin mencoba mengoreksi.

"Tapi Askara maunya om ayah, Ma," kata Askara sambil menundukkan kepalanya.

Sadar dengan suasana hati anaknya, Andin segera berusaha untuk mengembalikan mood Askara.

"Askara mau minum kelapa muda?"

Askara mengangguk, ia masih tak berani menatap Andin.

"Yaudah, kamu tunggu di sini, ya..., mama beli dulu di situ. Jangan ke mana-mana. Ok?"

"Iya, Ma."

"Janji, ya...."

"Sama es cream boleh?"

Andin tertawa kecil. "Boleh, dong...."

"Horee! Makan es cream," seru Askara senang. Ia pun duduk kembali di pasir sambil menunggu Andin membelikan pesanannya.

Setelah beberapa saat menunggu pesanan, Andin kembali ke tempat Askara berada. Namun anak itu sudah tidak ada di tempatnya membuat Andin panik seketika.

"Askara!" seru Andin mencoba memanggil Askara, berharap putra kecilnya mendengar.

Merasa tak ada jawaban, Andin semakin panik. Tiba-tiba kepalanya terasa memutar dan pandangannya mengabur.

***

Andin mengerjapkan mata perlahan. Ia merasakan pusing yang menderanya tiba-tiba. Andin melihat sekeliling, ternyata ia sudah berada dibangsal rumah sakit dengan tangan terinfus.

"Sus, anak saya di mana?" tanya Andin kepada perawat yang kebetulan sedang memeriksa kondisinya.

"Ibu tenang dulu, ya...."

"Saya nggak bisa tenang, ANAK SAYA DI MANA?" Andin semakin histeris. Ia tak tahu lagi harus bagaimana jika Askara tidak ketemu.

Mendengar keributan di dalam, Aldebaran segera menghampiri.

"Ndin, tenang, Ndin," ucap Aldebaran yang mencoba menenangkan Andin.

"Askara...."

"Iya, kamu tenang dulu. Askara aman sekarang."

Andin terdiam sejenak, menghentikan tangisnya. "Kamu tahu di mana Askara?"

"Askara sedang ditangani sama dokter."

BertautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang