Andin menanyakan kepada pihak rumah sakit perihal siapa yang mendonorkan darah untuk Askara. Namun, pihak rumah sakit mengatakan jika sang pendonor tidak ingin identitasnya diberi tahu karena alasan tertentu. Andin pun sempat kecewa, tapi ia bersyukur ada orang baik yang bersedia membantunya.
Andin dan Sal lalu melihat kondisi Askara. Dari balik kaca yang memisahkan mereka, Andin merasa kasihan kepada Askara yang harus berjuang sendiri didalam sana.
"Mama tahu kamu anak yang kuat Sayang..., kamu pasti bisa melewati ini," gumam Andin.
Dokter datang dan menjelaskan kondisi Askara saat ini. Ia perlu memantau perkembangan Askara untuk memastikan bisa memindahkannya ke ruang rawat atau tidak.
Andin terduduk di depan ruangan Askara. Pikirannya masih bertanya-tanya perihal siapa pendonor itu. Bagaimanapun juga, ia harus berterimakasih karena sudah bersedia membantunya.
***
Tiga hari berlalu, kondisi Askara pun semakin membaik. Andin dan Sal bersiap untuk segera pulang dari rumah sakit.
"Ma...," panggil Askara.
"Ya, Sayang..., kenapa?" Andin menghampiri Askara yang sudah duduk dikursi.
"Askara besok boleh ikut Mama kerja, nggak?" tanya Askara pelan.
"Askara kan, harus istirahat, Sayang." Andin membelai kepala Askara, mencoba memberi putranya itu pengertian.
"Tapi Askara mau ketemu om ayah."
Andin dan Sal saling tatap. Kenapa juga Askara tiba-tiba ingin ketemu Aldebaran.
"Om ayahnya lagi sibuk, Askara." Kini Sal yang mencoba memberikan pengertian.
"Mau ketemu om ayah," rajuknya. Kalau Askara sudah begini akan susah untuk membujuknya.
"Ketemunya lain waktu aja, ya, nanti mama bilangin." Andin masih mencoba membujuk.
"Bener, Ma?"
Andin mengangguk dan membuat Askara berhasil luluh. Ia lalu kembali asyik dengan mainannya.
Setelah selesai berkemas, Andin menyelesaikan administrasi dan bersiap untuk pulang.
Entah direncanakan atau tidak, Andin tak sengaja bertemu dengan Aldebaran di lobi rumah sakit.
"Pak Al?" ucap Andin kaget—lebih tepatnya ia tak ingin Askara melihat Aldebaran di sini.
"Kenapa kamu kaget kayak gitu?" tanya Aldebaran heran.
"Nggak apa-apa," jawab Andin. Ia kemudian berlalu meninggalkan Aldebaran. Namun, ternyata ada Askara yang menyusulnya ditemani Sal.
"Om ayah!" seru Askara membuat Aldebaran tersenyum sumringah. Entah kenapa mendengar kata tersebut keluar dari mulut Askara membuatnya merasa nyaman.
Aldebaran merentangkan tangannya bersiap menerima Askara ke dalam pelukannya. Andin yang melihat hal tersebut tak bisa berbuat apa-apa. Melihat Andin khawatir, Sal berusaha menguatkannya dengan menepuk pundak Andin dan berkata, "Semua akan baik-baik aja."
"Om ayah ke sini mau jemput aku, ya?" celoteh Askara.
"Gimana, ya...."
"Yah, nggak jadi, deh," ucap Askara yang berubah ekspresi menjadi kecewa.
"Mukanya kok gitu? Senyum dong... Nanti om beliin mainan."
"Serius, Om?"
"Iya. Askara mau apa nanti om beliin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut
FanfictionAldebaran Andin seolah tak menyangka dipertemukan kembali setelah sekian lama. Perasaan itu masih ada, tapi tertutup oleh rasa kecewa yang membara. Akankah penantian itu menggabungkan lagi kisah yang sempat terjeda? Atau malah semakin mengobarkan ap...