𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨
🦋🦋🦋
Keesokan paginya,
Cuaca langit yang cerah tanpa mendung dan udara yang sejuk membuat suasana pagi menjadi lebih baik. Seperti halnya di sebuah sekolah yang mulai ramai. Di depan gerbang sudah berdiri beberapa anggota OSIS untuk berjaga-jaga. Mencatat dan memberi sanksi kepada para pelanggar ketertiban sekolah.
Di parkiran motor, terlihat kerumunan murid perempuan berkerumun. Mereka mengerumuni seorang remaja lelaki yang memakai jaket biru. Lelaki itu terlihat menerima banyak hadiah dan beberapa kali berfoto dengan murid perempuan.
"Makin terkenal tuh si Brandon,"
"Gue juga terkenal kalo lo lupa!" balas Nichole seraya memutar kedua bola matanya saat mendengar ucapan dari Tiana.
"Lo cemburu, ya?" Tiana menatap ke arah Nichole saat mendengar balasannya yang terkesan kesal.
"Gak. Ngapain juga gue cemburu sama tuh bocah," Nichole menunjuk ke arah Brandon saat mengatakan hal itu.
"Cemburu juga gak apa, Chole. Orang Brandon juga bucin menjurus tolol ke lo," Tiana kembali memperhatikan ke depan. Tepatnya ke arah remaja lelaki yang sedang dikerumuni oleh beberapa murid perempuan, yang ternyata Brandon.
"Kalian lihat Nero atau Meta?" tanya Leo setelah sampai di dekat Tiana dan Nichole. Leo yang memang berada tidak jauh dari tempat mereka segera menghampiri mereka berdua. Sebelumnya ia sudah menyerahkan tugasnya ke anggota OSIS yang lain. Yang masuk ke dalam jadwal jaga pagi di gerbang.
"Belum dateng mereka berdua. Kenapa?" jawab Tiana yang menolehkan ke arah Leo. Sedangkan Nichole hanya menatapnya sekilas dan kembali menoleh ke arah Brandon.
"Di cari guru buat acara OSIS. Kalian berdua ngapain di sini? Bukannya masuk kelas," Leo menunjukkan raut bingung melihat Tiana dan Nichole yang masih menggendong tas di belakang tetapi tidak segera masuk ke dalam kelas. Mereka berdua hanya berdiri di samping pos satpam.
"Kalo gue sih nunggu Meta. Kalo Nichole lagi mantau Brandon," jawab Tiana yang mencoba menggoda Nichole.
"HEH! Jangan sebar hoax! Mana ada gue mantau si bocah itu!" protes Nichole seraya memukul lengan kiri Tiana.
Leo menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan oleh adik tingkatnya yang tergila-gila oleh adik kembaran temannya itu. Di sana Brandon masih sibuk dengan kegiatan. Semakin dilihat lama, jumlah kerumunan bukannya berkurang malah bertambah. Untung gue gak ikutan kayak Brandon, batin Leo melihat keadaan Brandon miris.
Tak berselang lama, terlihat motor memasuki area parkir sekolah. Memarkirkan di tempat yang tidak begitu jauh dari kerumunan Brandon. Mereka adalah Nero dan Meta.
Meta segera turun dari atas motor dan merapikan seragamnya agar terlihat rapi. Sedangkan Nero melepaskan helmnya dan menyugar rambutnya ke belakang. Menerima helm yang dipakai Meta dan meletakkannya di atas motor. Setelah itu Nero segera turun dari atas motornya.
Tiana, Nichole dan Leo yang melihatnya segera menghampiri mereka berdua.
"Tumben lo berangkat siang?" tanya Leo saat sampai di hadapan Nero.
"Sorry, gue tadi bangun kesiangan. Jadi Nero nunggu gue dulu buat berangkat." bukan Nero. Melainkan Meta yang menjawab pertanyaan dari Leo.
Meta terlihat merasa bersalah karena ia yang membuat Nero berangkat ke sekolah. Mengingat ia yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah.
"Santai. Gue juga tadi ada keperluan di rumah," ucap Nero menanggapinya dengan santai. Ia tersenyum agar yang lain tidak terlalu memikirkan hal ini.
"Oh iya. Kembaran lo mana, Chole?" Nero mencoba mengubah topik pembicaraan dengan menanyakan dimana Nic kepada adik kembarannya.
"Gak tau tuh orang kemana. Tadi berangkat sama gue. Eh, sampai sekolah terus ngilang orangnya," Nichole menjawab dengan mengedikkan kedua bahunya. Seakan bodoh amat dengan apa yang dilakukan kakaknya.
"Gak di kasih tumpangan lagi, mampus lo!" timpal Tiana mendengar jawaban Nichole.
"Gue bisa tuh pulang sama orang lain. Contohnya sama Leo. Iya kan, Leo?" Nichole memasang wajah puppy eyesnya kepada Leo. Meminta Leo untuk mengiyakan apa yang ia ucapkan.
"Gu-" Leo yang akan menjawab pertanyaan Nichole terpotong oleh suara yang berasal dari arah lain.
"GAK BOLEH!"
Teriakan itu membuat bukan hanya Tiana, Nichole, Leo, Nero, dan Meta yang menatapnya. Melainkan hampir semua yang berada di parkiran menatap ke arah suara itu. Suara yang berasal dari seorang remaja perempuan. Terlihat dari pakaiannya, ia bukan anak sekolah ini. Karena ia memakai pakaian kasual, bukan seragam sekolah seperti mereka.
Remaja perempuan itu segera mendekat kearah mereka dengan setengah berlari dan wajah yang terlihat marah. Ia segera menarik lengan kiri Leo dan mendorong Nichole dengan keras. Nichole yang tidak siap, mundur beberapa langkah dan akan terjatuh di tanah aspal sekolah jika tidak ada yang menangkapnya.
Menolehkan kepalanya ke belakang, Nichole melihat Brandon yang sudah berdiri di belakang dengan pandangan mata ke arah remaja perempuan yang mendorongnya. Pandangan matanya tidak seperti pandangan seperti biasanya. Itu terlihat seperti tatapan mata marah.
"Lo gak usah dorong orang!" ucap Brandon setelah menegakkan Nichole dan berdiri di depannya.
"Oh, lo cowoknya? Bilangin tuh sama cewek lo! Jangan ganjen sama cowok orang. Apalagi dia udah tunangan," ucapan remaja perempuan itu membuat syok yang mendengar.
Mereka yang masih berada di sana terdiam dengan raut terkejut mereka. Minus Nero, karena ia hanya memasang wajah datar saat mendengarnya. Seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh perempuan itu. Bahkan Brandon yang sempat marah, menjadi bingung melihatnya.
"Tunangan? Siapa? Jangan bilang lo tunangannya Leo?" Meta yang sudah tersadar dari keterkejutannya segera bertanya.
"Kalo iya, kenapa? Lo naksir sama tunangan gue?" perempuan itu membalas dengan nada sewotnya. Ia mengeratkan pelukan di lengan Leo. Mencoba menunjukkan jika apa yang ia katakan memang benar apa adanya. Di tambah sikap Leo yang tidak ada kesan menolak atau menghindar.
"Wah.... Cowok kayak Leo bisa punya tunangan juga ternyata," Tiana takjub dengan apa yang ia lihat. Ia mengira Leo mengalami gangguan jiwa yang perlu psikiater. Karena ia jarang terlihat dengan perempuan manapun. Ia hanya berinteraksi jika itu tentang OSIS dan sekolah. Selebihnya hanya menganggap perempuan seperti angin lalu.
Bahkan, pernah ada yang menyatakan cinta kepada Leo. Tetapi hanya mendapat penolakan. Ia hanya berkata, "Gak,". Kemudian pergi meninggalkan perempuan itu. Seolah yang terjadi tadi hanya obrolan biasa.
"Leo, itu beneran tunangan lo?" Nichole menatap ke arah Leo meminta kepastian fakta dari orang yang terlibat.
"Hmm," Leo menjawabnya dengan deheman. Setelah itu ia menunjukkan kalung di lehernya dari dalam seragam putihnya. Terlihat kalung itu terdapat bandul berupa cincin. Perempuan yang berada di sampingnya juga menunjukkan cincin yang melingkar di jemari manis kirinya.
Kedua cincin itu sama, bahkan terbilang mirip. Hanya berbeda di diameter cincinnya. Milik Leo lebih besar dari milik perempuan itu. Hal itu menambah bukti dari ucapan si perempuan itu.
"Percayakan sama omongan gue sekarang!" ucap perempuan itu dengan wajah mengejeknya. Sedangkan mereka yang melihat menunjukkan tatapan beraneka macam raut.
🦋🦋🦋
Up up up
Jangan bosen nunggu dan tinggalkan jejak ya🥰
See u next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorphosis
Teen FictionWARNING!!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! 🦋🦋🦋 Metamorphosis Kisah empat remaja yang menjalani kerasnya kehidupan Persahabatan, cinta, musuh, keluarga, sedih dan senang bersatu menjadi bumbu dalam kehidupan 🦋🦋🦋 Cus baca dan kepoin kisah mereka ...