"Kamar Lo sebelah situ, kalau ada apa-apa tinggal ketok tembok aja pasti Gue denger."
Andrea menatap ke sekeliling ruangan ini. Sebuah apartemen pada bangunan kuno dengan dua kamar saling bersebelahan. Tidak begitu luas, namun sangat nyaman dan indah dengan jendela besar yang mengarah ke bangunan tua kota Paris. Letaknya yang cukup jauh tidak menghalangi Andrea untuk dapat menatap menara Eiffel, meskipun hanya sebagian kecil.
Keenan berjalan meninggalkan Andrea yang masih memandang ke arah luar dengan tatapan terpana. Ia mengambil secangkir teh hangat yang sebelumnya sudah ia buat. Ia merasa sangat bahagia. Bahagia dengan apa yang ia dapatkan hari ini dan dua puluh sembilan hari ke depan. Tak masalah baginya jika harus mempertaruhkan apapun di dunia ini, termasuk hubungannya dengan Kejora.
"What a beautiful place, Keenan. Kok Lo pinter banget cari apartemen sebagus ini," Andrea meraih cangkir yang disodorkan oleh Keenan. Wajahnya tampak berseri, meskipun sedikit memerah karena dinginnya udara kota Paris.
"Gue pernah punya impian bawa Lo kesini, An, ke Paris. Gue pikir Gue nggak akan pernah wujudin impian itu."
Andrea tersenyum. Ia meraih tangan Keenan dan menggenggamnya lembut. "You did it."
"Yah, meskipun dengan banyak paksaan sih," Lanjut Andrea.
Keenan terkekeh. "I'm sorry, An."
"Untuk?"
"Semuanya."
"Gue udah pernah bilang kan, nggak usah merasa bersalah. Gue baik-baik aja."
Meskipun nyatanya tidak. Andrea kembali mengingat betapa mati-matiannya ia melupakan Keenan dan berusaha move on dari hubungannya hingga akhirnya bertemu dengan Randy yang ternyata jauh lebih brengsek dari Keenan. Semua kini menjadi runyam. Otaknya sudah tidak sanggup untuk berpikir jernih. Ia dipaksa untuk menerima kenyataan pahit tentang Randy yang menghamili adiknya dan Keenan yang memaksa kembali masuk ke kehidupannya.
"An?"
Andrea menoleh ke arah Keenan, "Oui?"
"Kamu kenapa ngalamun?"
"No, I'm not."
"Bien. Kalo gitu gue masuk kamar dulu. Butuh apa-apa tinggal ketok aja."
Andrea mengangguk. Ia kemudian melihat Keenan yang melangkah membelakanginya. Dalam sedetik, Andrea merasa sangat ingin untuk memeluk tubuh indah itu. Ia ingin kembali merasakan hangatnya dekapan kedua tangan itu. Meletakkan kepala pada pundaknya dan melepas semua beban yang ia rasakan. Andrea menghela napas kasar. Hari pertama ini membuat ia merasa ada harapan untuk kembali pada cinta pertamanya.
Andrea memilih untuk fokus pada ponselnya. Ia berencana untuk kembali mencari pekerjaan, tidak ingin terus bergantung pada Keenan. Meskipun mencari pekerjaan di Prancis tidaklah mudah, Andrea yakin ia akan mendapatkannya segera. Ia memiliki sertifikasi C1 dengan nilai yang memuaskan. Nilai Akademiknya pun tergolong tinggi. Andrea memang pintar karena hanya dengan cara ini dia dapat bertahan hidup.
"Lo mau cari kerja di mana?" Andrea terlonjak kaget.
"Keenan!"
"Gue bisa masukin Lo ke kedutaan, An. Mau?"
Andrea mendengus kesal, "Udah nggak Zaman kerja pake orang dalem coy!"
"Tapi emang lagi ada posisi kosong."
"Oh ya? di mana?"
"Pangkuan Gue."
"Seriously?"
"Yeah, itu pun kalo Lo mau."
Andrea memicingkan matanya, melihat ke arah Keenan, "Bener bener Lo ya!" Ia kemudian mencubit perut Keenan dengan susah payah. Keenan yang merasa geli pun tertawa. Tak ingin kalah, Ia berbalik menggelitik perut Andrea. Keenan meraih pinggang Andrea dan mendudukkannya di meja makan.
Andrea tersenyum cerah dengan napas yang masih terengah-engah. Keenan menatap dalam mata wanita yang masih menjadi penghuni di hatinya. Ia meletakkan tangannya di samping tubuh indah Andrea dan mulai mendekatkan wajahnya.
Andrea mulai ragu dan sedikit memundurkan wajahnya, "Eh.. Nan.."
Napas Keenan mulai terasa berat. Ia dengan cepat meraih tengkuk Andrea dan mengecup bibir merahnya. Andrea terdiam dan mencoba mencerna kejadian tersebut. Semua ini terjadi dengan cepat. Andrea memandang Keenan yang masih menatapnya lembut.
shit!
Andrea sudah tidak perduli lagi. Ia memegang kedua pipi Keenan dan dengan cepat mencium bibirnya. Bibir mereka saling beradu. Saling mengungkapkan perasaan campur aduk lewat ciuman. Keenan semakin intens melumat bibir mungil Andrea. Bibir yang selama ini ia idamkan.
Andrea melepaskan ciumannya. Ia memejamkan matanya, tidak sanggup untuk melihat wajah pria yang ada dihadapannya.
"Ann.."
"Ya?" Jawab Andrea dengan suara yang berubah menjadi sedikit serak.
"I'm sorry!" Dengan cepat Keenan menggendong tubuh Andrea dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Keenaaaan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putar Balik!
Romance"Lo nggak perlu segitunya buat tahu tentang gue, Nan. Kita udah lama berakhir." Keenan menghentikan langkahnya. "Hubungan kita berakhir, bukan berarti gue berhenti cinta sama lo." "Terus kenapa lo tunangan sama orang lain kalo masih cinta sama gue?"...