"Nan, Lo nggak merasa diri Lo berlebihan?" Tanya Andrea pada Keenan sembari berusaha menaruh tasnya ke kabin. Sudah lama Andrea merasakan perasaan ini. Perilaku Keenan terlalu berlebihan. Bahkan, Ia merasa bahwa semua ini tidak masuk akal.
"Sini Gue bantu," Keenan merebut tas Andrea. "Biasa aja Gue. Berlebihan gimana maksud Lo?"
"Ya berlebihan. Aneh. Nggak ada di dunia ini orang yang otaknya kaya Lo!" Andrea mendengus kesal dan duduk di window seat, sesuai dengan nomor yang tertera pada tiketnya.
Keenan tersenyum. Ia sangat paham apa yang ada dalam pikiran Andrea. Ia tidak pernah keberatan menggelontorkan uang untuk Andrea. Ia anggap ini adalah bentuk permintaan maaf telah meninggalkannya dulu. Meskipun uang yang ia hasilkan tidak sebanyak itu, ia akan tetap usahakan apapun untuk Andrea.
"Duit Gue banyak dan Gue anak pejabat. Nggak usah bingung."
Andrea melotot, "Papa Lo jadi ikut pemilihan DPR?!"
Keenan mengangguk, "Iya, baru jadi tahun kemarin."
"Aduh mampus Gue. Ntar repot kalo kita ketahuan!"
"Ngapain repot? tinggal suruh orang beresin, gampang."
Andrea kembali menghembuskan napas kesal. Meskipun ia tidak terkenal dan tidak memiliki banyak teman, tetap saja ia sangat takut citra dirinya hancur. Ya memang, ia paham bahwa harga dirinya sudah diambang jurang. Namun, masih ada harapan untuk tidak terjun ke dalamnya. Andrea seketika melotot. Ia langsung menyalakan handphonenya dan membuka aplikasi khusus wanitanya.
"Shit!" ucapnya setengah berbisik.
Ia lupa bahwa di pesawat tidak bisa menyalakan internet. Kini ia hanya berpasrah semoga hari itu bukanlah masa suburnya. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika hal itu terjadi. Andrea memukul kepalanya. Bodoh sekali ia bisa tergoda untuk melakukannya.
Perjalanan dari Prancis menuju Indonesia memerlukan waktu yang cukup lama dengan satu kali transit. Mereka melewati sisa perjalanan dengan sedikit canggung, entah apa alasannya. Andrea merasa malu dengan kejadian yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu.
"Lo mau langsung ke Jogja?" Tanya Keenan.
Mereka berjalan beriringan keluar Bandara. Rasa takut kini muncul pada benak Andrea. Apa yang akan terjadi nanti? melihat mantan kekasihnya menikahi adiknya. Akankah dia menangis? Atau marah? Andrea menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, mencoba menenangkan pikiran dan hatinya.
"Iya, Nan."
"Naik apa? Uang masih ada?"
Andrea mengangguk, "Lo nggak perlu khawatir. Gue masih ada pegangan kok."
"Sorry Gue nggak bisa ikut Lo balik karena harus laporan ke Kedubes."
"It's okay. Lo udah sangat membantu Gue, Nan. Makasih ya."
"Kabarin Gue kalo udah sampai."
Andrea tersenyum ke arah Keenan. Ia melambaikan tangannya ke arah Keenan yang berjalan menjauhinya. Ganteng banget sih, batinnya.
"Sayang udah jadi milik orang."
Andrea kemudian mencari taksi dan segera pergi ke stasiun untuk pulang menuju rumahnya. Rumah yang sudah lama ia hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putar Balik!
Romantizm"Lo nggak perlu segitunya buat tahu tentang gue, Nan. Kita udah lama berakhir." Keenan menghentikan langkahnya. "Hubungan kita berakhir, bukan berarti gue berhenti cinta sama lo." "Terus kenapa lo tunangan sama orang lain kalo masih cinta sama gue?"...