Usai merasa tubuhnya membaik. Helena membuat keputusan untuk segera pindah dari rumah yang sedang ditinggalinya selama ini. Semalaman dengan diam-diam dia merapikan dan memasukan barang-barangnya ke dalam koper tanpa meninggalkan satupun.
Merasa semuanya sudah masuk ke dalam koper. Helena beranjak pergi dari rumah pada keesokan harinya.
Sebelum pergi Helena berpamitan lebih dulu dengan Bi Runi dan pelayan lainnya yang sudah dengan baik merawatnya selama tiga tahun belakangan. Tak lupa dia memberikan hadiah kepada mereka sebagai ucapan terimakasih.
"Nyonya akan pergi sekarang?" Bi Runi membantu membawakan koper milik Helena ke dalam taksi.
Helena tersenyum lembut, sudah empat kali Bi Runi bertanya demikian padanya. "Iya, Bi. Jaga diri baik-baik disini. Jika ada kesempatan aku akan menghubungi Bibi."
Bi Runi memeluk tubuh Helena dengan air matanya. Perasaan tidak rela mulai menghinggapinya. Selama ini dia selalu berharap bisa menyatukan Nyonya dan Tuan mudanya, meski semua berakhir jauh dari bayangannya.
Helena melepaskan pelukan Bi Runi dan menghapus air matanya, "Cabut semua tanaman yang aku tanam. Haris tidak pernah menyukainya selama ini. Kalau perlu semua hiasan rumah yang berhubungan denganku segeralah dibuang."
"Baik, Nyonya." Bi Runi meraih tangan Helena, "Bagaimana jika Nyonya Riana datang dan menanyakan Anda?"
"Mintalah Nenek meneleponku. Aku yang akan menjelaskannya pada mereka. Bibi tidak perlu cemas."
Helena masuk ke dalam taksi lalu melambaikan tangannya pada mereka.
Bi Runi mengangguk mengiyakan. Tangan kanannya membalas lambaian tangannya untuk mengantarkan kepergian Helena yang sudah jauh jaraknya.
'Bibi yakin kalau Nyonya akan datang kembali. Apapun yang terjadi nanti, Bibi harap Nyonya Helena lah yang menjadi istri satu-satunya Tuan Haris.'
Sudah tiga hari berlalu sejak pertemuan terakhir Helena dan Haris di rumah mereka. Semua urusan diantara mereka tampaknya akan berakhir dalam hitungan hari bersamaan dengan surat perceraian mereka yang sedang diproses.
Bagi Haris pernikahannya dengan Helena adalah sebuah neraka baru yang sengaja diciptakan begitu rapi oleh gadis sok polos bernama Helena yang tak lain istri sahnya. Andai lima tahun yang lalu dirinya tidak bertemu dengan Helena, mungkin saja hari ini dia masih hidup bersenang-senang tanpa adanya gangguan dari gadis itu.
Bahkan setelah tiga tahun sejak pernikahan mereka berlangsung sampai saat ini. Dirinya sama sekali belum pernah menyentuh ataupun sekedar tidur bersama dengan Helena. Selama ini dia selalu mencari alasan agar tidak bertemu atau berinteraksi langsung dengan Helena. Sekalipun terpaksa, itupun hanya untuk menyenangkan Kakek dan Neneknya saja.
"Anda baik-baik saja, Tuan?"
Pedro mengetuk meja kerja milik Haris, kemudian meletakkan berkas terakhir yang akan ditandatangani oleh Haris pada hari ini.
"Siapkan mobilnya. Kita ke rumah Nenek malam ini, tidak perlu beritahu Helena kalau kita datang kesana. Mengerti?"
"Mengerti, Tuan."
Haris menyelesaikan pekerjaannya lalu beranjak keluar menuju mobil diikuti oleh Pedro dan seorang supir.
Berbeda dari malam sebelumya. Kali ini Haris tampak lebih gelisah dari biasanya. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Apapun itu dia tidak pernah segelisah ini sebelumnya, bahkan pada saat meninggalnya sang Ibunda.
"Tuan Haris," panggil Pedro dari kursi depan. "Saya ada informasi penting untuk Anda."
"Jangan bilang kalau Helena akan menyusul-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love : After Marriage
RomanceKehidupan pernikahan tidak seindah yang dibayangkan oleh Helena dulu. Usai menjalani pernikahan lebih dari tiga tahun akhirnya waktu yang ditakutkan olehnya datang. Pada malam perayaan pernikahan mere Brnikahan mereka. Namun, siapa sangka pada mala...