07. Berubah Pikiran

2 0 0
                                    

Hening yang berbalut dengan rasa canggung menghinggapi mereka yang masih saling memandang.

Harus memuaskan keinginannya memandangi wajah sang istri yang begitu cantik. Dalam dekapannya Helena masih berusaha memberontak dan mendorongnya agar menjauh.

"Apa kamu takut padaku?"

Helena mengangguk tanpa sadar mengundang tawa ringan dari sang suami yang semakin gemas dengan tingkahnya.

"Aku suamimu, tidak perlu takut padaku." Haris membelai pipinya lembut.

"Lepaskan. Saya hampir tidak bisa bernafas," pinta Helena yang berusaha untuk bergerak.

Haris menyerah lalu melepaskan pelukannya dan beranjak dari tubuh istrinya. Sementara Helena langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Kenapa masuk tanpa mengetuk pintu?" Helena bertanya dengan wajah kesal.

"Sudah aku ketuk, tapi tidak ada sahutan dari kamu. Jadi aku masuk saja karena, khawatir terjadi sesuatu padamu."

Helena menyipitkan matanya curiga.
"Kamu yakin?"

Dengan kepala mengangguk Haris menjawabnya,"Boleh aku bertanya?"

"Katakan," jawab Helena.

Haris memperbaiki posisi duduknya dan memberikan secarik kertas yang berada di saku celananya.

"Aku menemukan surat ini di meja kamarku," kata Haris memberikan kertas itu pada Helena. "Apa tidak ada kesempatan bagiku untuk memperbaiki hubungan rumah tangga kita?"

Helena menggeleng, "Jangan mencoba menolaknya. Saya sudah memberitahumu ini sejak lama, kenapa kamu masih saja menolak?"

Haris meraih kedua tangan mungil milik istrinya.

"Kita masih bisa mempertahankan rumah tangga kita, Len. Kali ini biarkan aku yang berjuang untuk menyakinkan kamu, kumohon."

Dengan gerakan perlahan Helena melepaskan tangan suaminya lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Bisakah kali ini aku yang meminta sesuatu padamu? Selama ini kamu selalu menuntutku untuk senantiasa memahami dan menurutimu. Apakah tidak ada kesempatan yang sama untukku?"

Tahun ketiga pernikahan yang semakin sulit sungguh menyurutkan semangat Helena untuk mempertahankan hubungan yang sudah mereka jalin. Pada awalnya dia memang tidak pernah terpikirkan untuk berpisah atau mengakhiri hubungan ini, terlebih selama ini ia sangat mencintai suaminya. Namun, setelah sekian tahun berusaha Helena akhirnya memilih mengakhiri rasa sakitnya dengan cara berpisah dalam pernikahan.

"Bukan begitu maksudku, Len. Aku sedang berusaha memahami kamu, tapi kumohon tidak dengan perceraian ini. Kamu boleh saja menyerah tapi jangan akhiri pernikahan kita. Kumohon."

Helena melempar kertas tersebut tepat didepan wajah Haris. Lalu mendorong sang suami untuk segera pergi dari kamarnya.

"Pergi! Saya tidak mau mendengar alasan apapun darimu. Jangan temui saya sampai kamu menandatangani surat perceraian itu."

Bantingan pintu terdengar keras hingga mengundang perhatian pelayan yang kebetulan masih terbangun. Melihat kondisi yang tidak memungkinkan Bi Rumi enggan mendekati Haris.

---

Keesokan paginya Haris menunggu istrinya yang belum kunjung keluar dari kamarnya sejak semalam. Beberapa kali dia berusaha mengetuk pintu tapi tak ada sedikitpun jawaban dari Helena.

"Istriku. Ada yang perlu aku katakan padamu, bisakah kamu keluar sebentar? Dengarkan penjelasan aku dulu," pinta Haris keenam kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love : After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang