03. Amnesia

63 2 0
                                    

Dua puluh menit berlalu dokter akhirnya keluar setelah mengecek keadaan Haris.

"Bagaimana keadaannya?" Helena bertanya dengan khawatir.

"Tuan Haris sudah membaik, tapi..." Dokter terdiam sejenak sambil menatap ragu kearah Helena yang menunggunya.

"Tapi apa, Dok? Apakah ada kondisi khusus yang perlu dikhawatirkan?"

"Mari bicarakan di ruangan saya."

Mereka pun beranjak pergi dan masuk ke dalam ruangan dokter. Secarik kertas diberikan pada Helena. Cukup lama dokter berbincang dengan Helena didalam sana sampai terasa sudah lebih dari setengah jam berlalu dan barulah dia keluar.

Helena mengetuk pintu ruang inap Haris. Didalam sana sudah ada Pedro yang senantiasa menjaga Haris.

"Pedro," panggil Helena lirih.

Dari ranjang Haris memperhatikan Helena dengan senyuman manis yang tak pernah sedikitpun dilihatnya.

"Tolong simpan ini," pinta Helena menyerahkan secarik kertas tersebut pada Pedro.

Pedro menerimanya, "Apakah Tuan baik-baik saja, Nyonya?"

"Dia mengalami amnesia. Dokter hanya menyarankan kita untuk tetap mendampinginya."

"Bagaimana kalau-"

"Istriku, kenapa kamu masih disana? Apa kamu tidak merindukan aku?" Haris menyela dan bertanya dengan nada manja.

Baik Helena ataupun Pedro, mereka sama-sama dibuat merinding oleh ucapan Haris. Reaksi keduanya tentu menarik perhatian Haris yang sudah memendam rasa kesal karena, Helena telah mengabaikannya sejak satu jam yang lalu.

"Kamu tidak ingin menanyakan keadaan aku? Aku baru saja terbangun," lanjutnya manja.

Tiga detik Helena tidak beraksi sampai Haris berniat beranjak dari ranjang untuk menggapai Helena.

"Jangan bangun dulu!" Helena menahan Haris dan memintanya untuk duduk kembali. "Istirahatkan dirimu dulu."

Haris menepuk-nepuk tepi ranjangnya, "Duduklah disini. Peluk! Aku kedinginan."

Wanita itu tampak ragu untuk naik ke ranjang. Merasa situasi ini sangatlah jauh berbeda dengan kebiasaan yang mereka lakukan dulu.

"Saya akan menjagamu disini. Kamu segeralah tidur, saya tidak akan kemana-mana lagi." Helena menjauhkan tangan Haris yang menggenggam tangannya.

Raut wajah Haris berubah. Sebelumnya yang tampak ceria, berubah muram setelah mendengarkan penolakan halus dari Helena. "Kamu tidak menginginkan aku lagi? Kenapa kamu terus mengabaikan aku? Aku punya salah padamu, istriku?"

Pertanyaan beruntun itu membuat Helena semakin pusing menghadapi tingkah manja suaminya.

"Dengarkan saya, Haris." Kedua tangan Helena menangkup wajah tampan suaminya, "Saya bukan lagi istrimu. Kita sudah menandatangani perjanjian perceraian. Jadi, jangan buat aku dalam keadaan sulit."

"Bercerai?! Mana mungkin aku menceraikan kamu, istriku. Jangan pernah berpikir untuk melakukannya. Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan kamu!" Haris menggeleng tegas menolak pernyataan Helena. 

Helena menghela nafasnya panjang. Dalam situasi saat ini tidak mungkin baginya memaksa Haris untuk mengingat apa yang sudah mereka lalui. Dokter pun tidak menyarankannya.

"Katakan pada saya. Apa kamu ingat siapa dirimu?"

Haris menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca, "Aku tidak ingat."

"Baiklah. Dengarkan saya baik-baik." Helena memperbaiki posisi duduknya, "Kamu adalah Haris Bamantara. Ibumu sudah meninggal saat usiamu enam tahun. Kamu dibesarkan oleh Damon dan Riana, Kakek dan Nenekmu."

Love : After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang