Kantor Helena mendadak ramai setelah rumor mengatakan kalau Haris mengantarkan bos mereka langsung ke lobby.
Pemandangan itu tentu menjadi perbincangan hangat bagi para pekerja Helena. Dari pagi sampai menjelang siang, mereka tak henti-hentinya membicarakan peristiwa langka pagi tadi.
Begitupun dengan Laras yang merupakan sekretaris dari Helena. Kehebohannya membuat sang bos kewalahan menghadapinya.
"Diamlah sebentar, Ras. Kepala saya hampir pecah mendengar mulutmu mengoceh," protes Helena.
"Jangan malu-malu sama saya, Bu."
Helena memijat keningnya pening, "Daripada kamu bicara ngga jelas, lebih baik kamu ambilkan saya teh. Saya jadi haus!"
Laras berlari keluar. Sesaat Helena bisa merasa tenang, namun tak berselang lama tiba-tiba ruangannya diketuk dari luar.
"Ada apa lagi?!"
Pada saat Helena berbalik dia tidak menemukan Laras, melainkan sosok suaminya yang tengah berdiri menatapnya dengan senyuman sambil memperlihatkan rantang makanan.
"Aku bawakan makan siang untukmu, istriku. Ayo kita makan sama-sama!"
Belum sempat mencerna apa yang sedang terjadi, Haris sudah lebih dulu menarik tangan Helena untuk ikut duduk. Dengan telaten pria itu mengeluarkan satu persatu hidangan yang dibawanya diatas meja.
"Makanlah. Aku bingung akan memasakkan kamu apa, tapi aku harap kamu menyukainya. Cobalah."
Haris menyodorkan sendok pada istrinya. Helena mengambil dan mencicipi lauk-pauk.
"Mana yang kamu suka?"
Helena menunjuk pada ayam mentega, "Siapa yang membuatnya?"
"Suamimu," jawab Haris dengan senyuman lebar.
Mendengar jawaban Haris tentu membuat Helena terkejut, hampir saja dia menyemburkan nasi yang sedang dikunyahnya.
"Pelan-pelan. Aku tidak akan memintanya jika kamu suka, minum airnya dulu." Haris memberikan segelas air pada Helena.
Dengan perasaan yang masih terkejut Helena meminumnya. Sementara tangan Haris menepuk-nepuk punggung serta mengusap-usap air yang membasahi dagu istrinya.
"Kalau kamu suka, aku bisa membuatkannya lagi besok. Atau ada menu lain yang kamu mau?" Tawar Haris terlihat antusias.
Helena bangkit dari duduknya, "Saya sudah kenyang. Terimakasih makanannya."
Melihat perubahan sikap istrinya membuat Haris menjadi sedih. Harapannya pupus ketika mendapati Helena tak begitu menyukai makanan yang dimasaknya.
Sementara Helena yang sejak tadi berusaha bersikap acuh pun menjadi tidak tega sendiri. Selama ini dia tentu tahu rasanya diabaikan dan tidak dihargai.
Meskipun ragu, Helena kembali mengambil mangkuk kecilnya dan memakan makanan tersebut sebagai bentuk menghargai Haris.
"Pepes ikan. Bisakah kamu membuatnya?" Pinta Helena tanpa menatap Haris yang sudah teramat senang melihatnya.
Tanpa ragu Haris menuruti permintaan Helena. Biarlah dia kerepotan memasak, asalkan istrinya dapat memakan makanan yang disukainya.
"Kapan kamu selesai bekerja?"
"Mungkin malam nanti. Kenapa bertanya?"
Haris memberikan sebuah tiket pada Helena, "Ayo pergi makan malam denganku. Kita habiskan waktu lebih banyak diluar. Selama ini aku belum pernah mengajakmu pergi, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love : After Marriage
RomanceKehidupan pernikahan tidak seindah yang dibayangkan oleh Helena dulu. Usai menjalani pernikahan lebih dari tiga tahun akhirnya waktu yang ditakutkan olehnya datang. Pada malam perayaan pernikahan mere Brnikahan mereka. Namun, siapa sangka pada mala...