LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR? PART 6A

111 20 8
                                    

Huallooooooooooooooooooooooooooooowwwww~

Colek semua pembaca novel ini satu per satuuuu^^ Apa kabar kelen semuaaaa?

Buat kalian yang ngikutin Bangse di Karyakarsa, kayaknya tahu deh kalo MANDARIN udah tamat di sana. Sekarang Bangse lagi nyiapin novel baru. Tapi sementara ngerjain, kalian punya request nggak, pengen baca cerita apa lagi? Ada tema yang bisa kalian sarankan buat Bangse tulis? Drop your suggestions, Bay-beee~ Bangse pasti baca!


Mwa mwa,

CHRISTIAN SIMAMORA

--



enam

HARUSKAH AKU TERSENYUM KARENA KITA BERTEMAN?

ATAU HARUSKAH AKU MENANGIS KARENA KITA TAK AKAN PERNAH LEBIH DARI ITU?


Meskipun beneran nggak ngapa-ngapain sama Adam tadi malam, entah kenapa perasaan awkward yang memberati dadanya bisa disamakan dengan cerita teman-temannya saat terbangun dengan one night stand mereka keesokan paginya.

Dimulai sejak terjaga tadi, jantung Saras nggak henti-hentinya berdebar seolah-olah baru saja menghabiskan bergelas-gelas espresso. Dia bahkan berhati-hati sekali saat membuka pintu kamar, juga setengah berjinjit saat berjalan ke dapur. Dan di tengah perjalanan, Saras memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Lalu menghela napas lega ketika tahu cowok itu masih tertidur lelap di sofanya.

But of course, perasaan senangnya nggak berumur lama. Saat sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri di dapur, Saras mendengar langkah kaki berat sedang menuju ke arahnya. Dan itu dia orangnya, satu-satunya alasan kenapa bulu kuduknya meremang seperti ini. Nggak hanya nervous, Saras sampai nggak berani untuk balas menatap cowok itu, bahkan ketika mendengar suara beratnya menyapa dari pintu dapur. "Hei."

"Hei."

Setelah diam-diaman cukup lama, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya, "Mau sarapan apa, Dam? Di sini nggak banyak pilihan tapi. Adanya Super Bubur—tapi tinggal satu, jadi kalo lo mau, buat lo aja. Ada Mie Sedaaap juga—gue cuman beli yang gue suka aja: jadi cuman ada yang rasa ayam bawang dan ayam bakar limau." Diam lagi. "Oh, gue juga ada biskuit. Sari Gandum. Kalo lo pengennya itu, gue saranin sekalian bikin kopi juga. Kan enak tuh biskuitnya bisa dicelupin ke kopi."

Karena dari tadi diam saja, Saras pun mengangkat wajahnya. Dilihatnya Adam balas menatapnya dengan puppy eyes. Nggak, yang ini lebih mematikan. Mengingatkannya pada ekspresi anjing gendut yang dipaksa berdiet oleh tuannya—kayak terluka gimana gitu.

"Uhm, nggak. Gue... mau minta maaf dulu." Adam menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tadi malam kelakuan gue bener-bener berengsek banget."

"That's okay, I—"

"No! Lo nggak usah berpura-pura segala. Gue memang berengsek, Sar. Udahlah gue ngerayu-rayu lo buat nemenin gue ke pesta Visage cuman buat jadi pacar pura-pura, pulangnya gue malah mabuk dan bikin lo malu di Sushi & Sake, dan ujung-ujungnya gue...." Napasnya tertahan untuk beberapa lama. "... bikin lo nggak nyaman di rumah lo sendiri." Adam menggigit bibir bawahnya. "Gue minta maaf, Sar. Gue nggak tahu apa yang merasuki gue tadi malam. Sebenarnya bisa aja gue make alkohol sebagai alasan, tapi kenyataannya gue berulah dan ngerepotin lo jauh sebelum itu. So, so sorry, Sar. Beneran."

Saras mendesah. "Gue juga nggak akan berpura-pura. Last night was messy, but the situations were still under control."

"Tapi tadi malam—" Adam seperti tersedak air ludahnya sendiri, "—gue beneran nyium lo kan? I-it wasn't a dream at all, right...?"

LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang