LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR? PART 14B

66 12 6
                                    

Pas ngerjain part ini dan nulis: 'we create our own heartbreaks through expectation,' Bangse sampe ngambil waktu buat manggut-manggut di depan layar. So damn true! Nggak peduli konteksnya apa, ekspektasi bikin kita jadi berharap, dan berharap seringnya bikin kita jadi... kecewa. Kalian pernah ngerasain hal serupa nggak? Atau ini cuman yang Bangse dan Saras rasakan aja--makanya jadi takut ngelakuin hal serupa?

Eniwei, sebelum membaca, Bangse ingetin lagi: vote and comment. Cuman itu yang bikin novel ini hidup di Wattpad. Mwah!




"Halo?"

"Bentar, Sar—lagi nanggung nih soalnya," kata cowok itu lengkap dengan suara duarr-duarr-boom di belakangnya. Nggak perlu dijelaskan pun, Saras bisa menebak Adam lagi ada di mana: Insert Coin, barcade kesukaannya di Cikini. Dia pernah diajak sekali ke sana, jadi lumayan familier dengan atmosfer di sana. Barcade adalah tempat nongkrong unik yang menawarkan perpaduan sempurna bar dan tempat dingdong yang populer banget di tahun 90-an—yang bisa dipastikan, sebagian besar target market-nya adalah milenial seperti dirinya. Suasana di tempat itu selalu hidup dan energik, dengan musik diputar dari speaker yang dipasang di empat sudut ruangan dan suara mesin dingdong yang khas memenuhi udara.

Cowok itu mengumpat pelan ketika Guile, karakter Street Fighter favoritnya sepanjang masa, dihajar habis-habisan oleh Zangief-nya mas-mas mahasiswa bermuka tua yang duduk di sebelahnya. Dia pun menerima konsekuensi kekalahannya itu dengan turun dari bangku dan membawa botol birnya menjauh dari pusat keramaian, sementara kurang dari semenit dia langsung digantikan oleh mbak-mbak poni lempar dengan pink streak mencolok di pelipis kanannya. Just like the old time, batinnya.

Dulu pun, Adam hampir selalu kalah oleh lawannya di mesin dingdong, entah itu Street Fighter, game tembak-tembakan macam House Of The Dead, bahkan Tetris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu pun, Adam hampir selalu kalah oleh lawannya di mesin dingdong, entah itu Street Fighter, game tembak-tembakan macam House Of The Dead, bahkan Tetris. Iya, Adam juga langganan jadi pecundang pas main Tetris.

"I'll be quick, ujarnya, "Gue nelepon cuman mau ngingetin supaya lo berhenti main kucing-kucingan dengan perasaan lo."

"What?" Ditodong terang-terangan seperti itu tentu saja langsung bikin Saras tergagap. "Ng-ngomong apa sih—"

Cowok itu menghela napas. "Nggak perlu nyangkal, dan nggak perlu juga berlagak nggak ngerti maksud omongan gue tadi. I need you to understand this: the things you hide in your heart sooner or later will eat you alive. Itu yang bikin gue maju, Sar. Nunjukin perasaan gue ke elo meskipun jelas-jelas tahu nggak bakalan happy ending."

Saras mengerjap. That explains the kiss last night, pikirnya.

"At least I try. And I don't have any regrets." Adam menyesap birnya lagi. Setelah mendesah ahh pelan, cowok itu melanjutkan, "Bolanya ada di tangan lo sekarang. What are you gonna do with it?"

LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang