1. Perjodohan

315 17 0
                                    

“Kita berkumpul di sini di hadapan Allah untuk mempersatukan orang-orang ini dalam pernikahan suci. Cinta kepada Tuhan adalah teladan pengabdianmu, dan kamu tidak akan dibiarkan tanpa bimbingan mengenai maknanya.”

“Upacara pernikahan adalah tempat yang tepat untuk membaca Korintus. Inilah yang Tuhan katakan tentang cinta: Cinta itu sabar dan baik hati, tidak mengenal iri hati, tidak memberikan kesan palsu atau kesombongan palsu, tidak pernah jengkel, tidak pernah dendam, cinta juga tidak senang ketika orang lain berbuat salah atau terluka.”

“Cinta berpedoman pada kebaikan, selalu bersemangat meyakini yang terbaik, selalu penuh harapan.”

Pendeta itu berdiri di antara kedua mempelai pria yang berpakaian rapi dalam balutan tuxedo hitam pada tubuhnya. Para tamu undangan yang hadir di gereja itu pun langsung berdiri dari duduknya saat sang pendeta memulai dengan kalimatnya.

“Kim Namjoon, apakah engkau mengambil Min Yoongi untuk menjadi suamimu? Untuk memiliki, mencintai, dan menghargai dalam sakit dan sehat, disaat baik dan buruk?”

“Saya bersedia.”

“Min Yoongi, apakah engkau mengambil Kim Namjoon untuk menjadi suamimu? Untuk memiliki, mencintai, dan menghargai dalam sakit dan sehat, disaat baik dan buruk?”

“Ya, saya bersedia.”

Sang pendeta tersenyum, dia pun menarik masing-masing tangan kedua pria di hadapannya, menyatukannya dalam sebuah genggaman. Namjoon mulai membaca janji pernikahan yang telah ia hafal sebelumnya.

“Saya, Kim Namjoon, mengambil engkau Min Yoongi menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Tidak ada perasaan bahagia ataupun haru seperti yang biasanya ditunjukkan oleh seorang mempelai pria yang akan menikah dengan pasangan hidupnya.

“Saya, Min Yoongi, mengambil engkau Kim Namjoon menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Berbeda dengan Namjoon yang ingin semuanya berlalu dengan cepat, Yoongi justru mengucapkan setiap untaian sumpahnya itu dengan pelan dan berhati-hati.

Menatap sosok tinggi di hadapannya yang sebentar lagi akan menjadi suami sahnya itu dengan tatapan memuja dan penuh harap, seakan-akan Namjoon adalah satu-satunya pria yang pernah ada di dalam hidupnya.

Setelah keduanya selesai mengucapkan janji setia mereka, sang pendeta menyerahkan dua buah cincin sebagai pengikat hubungan mereka.

Dengan cepat Namjoon mengambil cincin yang berukuran lebih kecil lalu memasangkannya ke jari manis Yoongi, pria manis itu pun melakukan hal yang sama dengan cincin milik calon suaminya.

“Mari kita berkati kedua mempelai dengan tepuk tangan yang meriah.”

Kini mereka telah menjadi pasangan suami istri yang sah di hadapan Tuhan. Terdengar riuh tepuk tangan dari para tamu undangan yang hadir di sana.

Tampak asing, karena mereka hanya kolega bisnis keluarga dari kedua mempelai dan beberapa kerabat dekat. Tidak ada teman sekolah, sahabat, atau mantan yang hadir di sana.

Yoongi melirik  pria tinggi yang berdiri di sampingnya. Terlihat wajah dan matanya hanya menatap lurus ke arah para tamu yang hadir. Is mencoba untuk tetap tersenyum saat melihat bagaimana Namjoon mengepalkan jari-jari tangannya.

‘Maafkan aku, Namjoon-ssi..’

[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang