9. Kosong

192 17 0
                                    



Sudah dua hari sejak Yoongi menghilang dan di sinilah Namjoon berada, berdiri di depan pintu berharap sosok itu akan muncul sesaat lagi.

Pagi itu, Namjoon terbangun dari tidurnya dan bersiap ke kantor seperti biasa. Tapi rumahnya tampak seperti tidak berpenghuni. Namjoon memutuskan untuk pergi menuju kamar Yoongi hanya untuk mendapati ruangan itu kosong.

Namjoon panik. Ia segera menghubungi Yoongi, tetapi seperti yang sudah dia duga, pria itu tidak menjawab panggilannya. Begitu juga dengan Seokjin, satu-satunya teman Yoongi yang dia kenal.

Sekarang Namjoon merasa menyesal karena tidak pernah mencoba mencari tahu soal teman-teman Yoongi. Ia tahu Yoongi cukup terkenal sejak mereka masih SMA, pria itu punya banyak sekali teman pria maupun wanita.

“Yoongi pergi,” kata Namjoon begitu Hoseok menghubunginya. Menanyakan apa ada yang terjadi karena sudah dua hari bosnya itu tidak ke kantor.

“Dia minta cerai?” Hoseok balik bertanya.

Namjoon berpikir bagaimana mungkin tebakan Hoseok bisa sejitu itu?

“Ya. Pengacaranya tadi datang dan memberikan surat permohonan cerai yang sudah ditandatangani olehnya.”

Terdengar suara helaan nafas Hoseok sebelum akhirnya sekretaris sekaligus teman baiknya itu berkata, “Aku sudah lama menduga hal ini akan segera terjadi.”

“Apa maksudmu?” jujur, Namjoon sedikit bingung dengan pernyataan Hoseok.

Memang selama ini dia dan Yoongi sedikit banyak saling canggung satu sama lain. Walaupun mereka telah menikah dan tinggal serumah, Namjoon memperlakukan Yoongi seperti seseorang yang hanya tinggal dengannya, bukan sebagai pasangannya.

Tetapi moment indah mereka malam itu membuat Namjoon yakin kalau selama ini dia sudah terjerat oleh kesabaran Yoongi dalam menerima perlakuannya yang dingin. Namjoon telah jatuh cinta pada pria manis itu.

Lalu kenapa sekarang Yoongi malah meninggalkannya? Bukankah dia mencintainya? Mereka telah saling jatuh cinta, bukankah seharusnya kehidupan rumah tangga mereka membaik?

“Kamu sudah menghubungi teman Yoongi?” lanjut Hoseok tanpa menjawab pertanyaan Namjoon sebelumnya.

“Sudah, dia juga tidak tau di mana Yoongi.”

“Aku tutup teleponnya. Kamu cepat datang ke kantor,” putus Hoseok lalu mematikan sambungan teleponnya.

Namjoon termenung, menyandarkan punggungnya pada sofa yang dia duduki. Mengapa tempat ini jadi terasa sangat sepi? Padahal selama ini pun dia dan Yoongi tidak saling berbicara. Namjoon sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak memperdulikan kehadiran Yoongi.

Ia melirik dapur yang kosong. Biasanya Yoongi akan menyiapkan makanan untuknya dan meskipun Namjoon tidak memakannya, pria manis itu tetap memasak untuknya. Namjoon tidak pernah melihat dapur itu terasa begitu kosong.

Sofa yang saat ini ia duduki adalah tempat dimana Yoongi selalu menunggunya pulang kantor sambil menonton drama.

Namjoon sedikit bingung dengan hobi Yoongi yang satu ini, pria itu sangat senang menonton drama dan terkadang dia bisa menangis karena terlalu menghayati tayangan yang ditontonnya.

Yoongi memang pria yang aneh namun justru tingkah lakunya itu membuat suasana baru dalam hidup Namjoon yang monoton. Selama ini Namjoon hanya tidak peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dan bersikap apatis pada perhatian yang diberikan orang lain padanya.

Yoongi sendiri adalah total oppositenya, pria itu selalu tersenyum, tertawa, dan banyak bicara. Namjoon dan Yoongi bagaikan langit dan bumi, di mana Yoongi adalah langit yang cerah dan Namjoon adalah dasar lautan yang gelap.

Namjoon beranjak dari tempatnya. Langkahnya yang gontai terhenti tepat di depan pintu kamar utama yang selama ini menjadi kamar pribadi Yoongi.

Selama dua tahun tinggal bersama, hanya dua kali Namjoon masuk ke dalam kamar itu, saat mereka pindah di sana setelah pulang dari Jerman dan dua hari yang lalu dimana Yoongi menghilang.

Kamar itu jauh lebih luas dari pada kamar yang ditempati Namjoon dan juga lebih terasa hangat. Bukan karena penghangat ruangan yang lebih baik, tetapi karena Yoongi yang menghuni kamar itu.

Semua yang ada pada Yoongi membuat Namjoon merasa hangat dan ini bukanlah kali pertama dia merasakan hal tersebut. Jauh sebelum Namjoon menyadari perasaannya pada Yoongi pun dia selalu merasa hangat saat bersamanya.

Kamar itu sangat rapi, perabotan yang ada di dalamnya juga tidak banyak. Hanya sebuah tempat tidur, sofa, dan dua buah meja kecil di sisi tempat tidur.

Namjoon membaringkan tubuhnya di atas kasur itu dengan pandangan yang menerawang. Kamar ini wangi Yoongi, campuran vanilla dan lavender yang sebenarnya sangat kontras namun justru sangat enak untuk dihirup, manis dan menyegarkan.

“Yoongi, kamu di mana? Pulanglah, aku merindukanmu.”

Namjoon menutup matanya. Dua hari ia tidak tidur, berada di kamar Yoongi membuatnya nyaman dan tidak butuh waktu lama sampai pria itu benar-benar terlelap di sana.

[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang