3. Sebuah Perhatian Yang Diabaikan

169 16 0
                                    


Namjoon melepaskan kacamata yang membingkai wajahnya kemudian memijit batang hidungnya dengan pelan. Mungkin sudah tiga jam dia menatapi layar komputer di hadapannya, kepalanya terasa sakit dan berdenyut nyeri.

Ia sedang bergerak untuk meregangkan otot-ototnya yang tegang saat smartphone di saku jasnya mendadak bergetar. Namjoon membuka pesan masuk dari Yoongi.

“𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨,” begitulah isi pesan singkat dari Yoongi yang tak pernah ia balas.

Namjoon menatap deretan angka di jam tangannya, sudah pukul dua belas kurang. Pantas saja Yoongi mengiriminya pesan seperti ini. Pria yang menjadi ‘suami’nya itu memang selalu mengiriminya pesan setiap hari walaupun dia tahu Namjoon tidak akan pernah membalas pesannya.

Pesan-pesan singkat penuh perhatian seperti ‘Jangan lupa makan’, ‘Kamu pulang jam berapa? Aku akan menunggumu’, ‘Kamu lembur? Mau kubawakan makanan?’, dan sebagainya yang tidak pernah sekalipun dibalas olehnya.

Namjoon tau dirinya terkesan sangat dingin dan kejam pada Yoongi yang jelas-jelas peduli dan perhatian padanya, tetapi semua yang dia lakukan adalah karena dia tidak ingin memberikan harapan kepada Yoongi.

Namjoon sudah mengatakan dari awal kalau dia tidak bisa mencintai Yoongi dan bersikap manis padanya hanya akan memberinya harapan semu. Namjoon sadar tingkahnya menyakiti Yoongi, tapi dia tidak bisa mencintainya.

“Bos, ini proposal yang kamu minta kemarin.”

Hoseok, pria yang menjabat sebagai sekretarisnya tiba-tiba saja masuk lalu meletakkan tumpukan lembaran berwarna putih dan hijau di atas mejanya.

“Ini sudah jam makan siang. Aku mau makan dulu,” kata Namjoon lalu berdiri dari duduknya.

“Lho? Tadi kamu bilang proposalnya harus segera dibawa kepadamu,” Hoseok gelagapan saat pria yang menjabat sebagai general manager itu justru dengan santai berjalan keluar dari ruangannya.

“Makan siang juga harus kulakukan sesegera mungkin. Ini perintah,” jawab Namjoon santai sambil memasukkan kembali smartphone di tangannya ke dalam saku jasnya.

[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang