6. Harapan

155 16 0
                                    

Mohon maaf untuk typo-typo yang bertebaran 😅



𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘶𝘣𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘦𝘯𝘢𝘬. 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘯𝘵𝘰𝘳. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬!

Bibir Namjoon tertarik membentuk sebuah senyuman saat membaca pesan dari Yoongi. Namjoon merasa tenang karena ternyata pria itu sudah kembali sehat.

Jujur saja Namjoon sangat panik tadi malam saat Yoongi mendadak pingsan karena demam. Dia sampai tidak tidur karena menjaga Yoongi yang tertidur di kamarnya.

Namjoon mulai bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi dia tidak ingin memberikan harapan kepada Yoongi, tapi di sisi lain dia tidak bisa membiarkannya.

“Mau sampai kapan kamu senyum-senyum sambil menatapi layar ponsel seperti itu?” pertanyaan Hoseok mengusik lamunan Namjoon.

Pria bertubuh tinggi itu pun menatap Hoseok yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi yang ada di depan mejanya.

“Apa aku tersenyum?”

Hoseok memutar matanya mendengar pertanyaan bodoh dari bosnya itu. Terkadang dia bingung dengan kelakuan Namjoon, pria itu sebenarnya cassanova atau malah pria polos yang tidak kenal arti cinta?

“Bagaimana ekspresiku tadi?”

“Kamu seperti pria yang sedang jatuh cinta.”

Mata Namjoon melotot. Jatuh cinta? Dia jatuh cinta pada Yoongi?

“Berhenti menunjukkan ekspresi bodohmu itu,” omel Hoseok sambil meletakkan proposal yang ada di atas meja Namjoon, “Pak Direktur sudah menyetujuinya, tapi dia ingin desain bungkus makanannya diganti. Dia juga ingin menggunakan wajah chef terkenal untuk promosinya. Mungkin jika tidak ada kendala, bulan depan produk ini bisa diluncurkan.”

Namjoon hanya mengangguk, sambil membaca kembali proposal yang sudah ditanda tangani oleh ayahnya. Mengabaikan Hoseok yang terus meneliti figurnya.

Hoseok memang dikenal sebagai pria polos tapi sebenarnya dia bisa melihat lebih dalam dari apa yang dilihat oleh orang lain. Hoseok sadar kalau sebenarnya Namjoon sangat perhatian pada Yoongi walaupun bosnya itu mati-matian menolak.

Masih tertinggal jelas dalam ingatannya saat Namjoon membatalkan perjalanannya ke Jepang sebab Yoongi ingin dia datang ke acara grand opening cafe pastry yang Yoongi rintis bersama sahabatnya.

Jangan lupakan juga bahwa Hoseok tau besok adalah hari ulang tahun pernikahan mereka kerena Namjoon menandai tanggal pernikahan di agendanya.

Walaupun terlihat dingin dan acuh, tapi sebenarnya Namjoon sangat peduli pada Yoongi dan Hoseok yakin Namjoon mencintai Yoongi walaupun sepertinya pria itu belum sadar akan perasaannya sendiri.



“Selamat siang!”

Namjoon meneliti figur Yoongi yang sedang berdiri di depannya. Tidak bisa dipungkiri kalau pria yang dia nikahi dua tahun lalu itu sangat menarik. Yoongi sangat manis melebihi seorang perempuan sekalipun. Namjoon merasa bodoh karena baru menyadari hal itu.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Namjoon, satu tangannya bergerak untuk mengecek suhu tubuh Yoongi saat pria manis itu sudah duduk di hadapannya.

“Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah merawatku semalam,” jawab Yoongi dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.

Dia meletakkan kotak makan di atas meja dan membukanya. Menyajikan makanan yang tampak lezat dan hangat untuk Namjoon, “Aku membawa makan siang untukmu.”

Kedua pria dewasa itu mulai hanyut dalam kesibukan masing-masing. Yoongi hanya memperhatikan Namjoon yang terlihat sangat lahap, sementara dirinya hanya memainkan kuku tangannya di atas meja.

“Namjoon-ssi, apa kamu sedang sibuk?”

Namjoon menghentikan aktivitas makannya sesaat begitu mendengar pertanyaan Yoongi. Sebenarnya dia akan lembur untuk membahas soal produk makanan baru yang akan diluncurkan bulan depan.

Tapi menatap wajah Yoongi yang terlihat memelas, membuat dia merasa tidak tega untuk menjawab bahwa dia masih sibuk, “Tidak. Kenapa?”

Mendengar jawaban Namjoon membuat Yoongi langsung tersenyum. Senyuman manis yang membuat dada Namjoon bergemuruh hebat.

“Tadi mama menelpon,” dia adalah orang tua dari pihak Namjoon, “Meminta kita untuk berkunjung ke rumahnya. Apa kamu mau?”

“Baiklah.”



Sore hari tepat pukul 4, Namjoon dan Yoongi pergi meninggalkan perusahaan tempat Namjoon bekerja. Sebelum itu, Yoongi meminta agar dia membeli bunga untuk sang mertua.

Maka di perjalanan, Namjoon menepikan mobilnya saat melihat penjual bunga di pinggir jalan. Sembari menunggu Yoongi, Demian mengirim pesan kepada Hoseok bahwa hari ini tidak jadi lembur.

“Apa bunga ini cantik?”

Namjoon menatapnya, Yoongi bersama buket bunga mawar putih yang dipadukan dengan hydrangea berwarna biru, “Kamu cantik.”

“Ya?”

"Bunganya cantik, mama akan menyukainya.”

Yoongi tersenyum manis, dia lalu membayar buket bunga itu dan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tua Namjoon.

Kedatangan mereka disambut dengan hangat, apalagi Yoongi. Setiap kali berkunjung ke rumah, Yoongi pasti akan disambut dengan meriah seakan-akan dia adalah anak kandung dalam keluarga Kim dan bukan lah seorang menantu.

Ibu Namjoon bahkan menyiapkan semua makanan kesukaan Yoongi saat berkunjung. Perlakuan mereka pada Yoongi benar-benar berbeda dari perlakuan mereka pada Namjoon.

Namjoon sampai berpikir mungkin Yoongi lah anak kandung kedua orangtuanya dan bukan dirinya. Tapi pria itu senang melihat bagaimana keluarganya memperlakukan Yoongi dengan baik.

Paling tidak Yoongi mendapatkan perlakuan yang pantas dari keluarganya karena Namjoon sendiri tidak bisa memperlakukan Yoongi sebaik itu.


[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang