7. Satu Panggilan Yang Terjawab

172 16 0
                                    



“Namjoon-ah!”

Si pemilik asma mendongak untuk melihat tamu yang disebutkan oleh Hoseok sebelumnya. Dia pikir itu adalah Yoongi yang akan mengantarkan makanan untuknya seperti kemarin, tetapi ternyata sosok yang berdiri di depan pintunya itu malah sosok dari masa lalunya.

“Hyejin?”

Namjoon tampak bingung dengan kehadiran mantan kekasihnya itu. Sepengetahuannya, Hyejin saat ini menetap di London. Lalu kenapa wanita itu malah berada di dalam ruangannya?

“Kenapa sampai terkejut seperti itu? Kamu tidak mengharapkan kehadiranku?” tanya wanita itu sambil berjalan kearah meja Namjoon.

“Bukankah kamu sekarang menetap di London?”

“Aku ada pekerjaan di sini, jadi aku menyempatkan diri mengunjungimu,” jawabnya sambil tersenyum.

“Ada perlu apa denganku?” tanya Namjoon datar.

Sejak menikah Namjoon memang berusaha menjaga agar tidak ada gosip atau pun rumor yang beredar tentang dirinya.

Dia menjaga jarak dengan wanita atau pria yang pernah ia kenal, bahkan wanita yang berhubungan dengannya karena alasan pekerjaan.

Walaupun pernikahannya dengan Yoongi tidak didasari oleh cinta dan hanya untuk kepentingan bisnis, tetapi Namjoon masih ingat dengan sumpah pernikahannya dan dia tidak akan mengingkarinya.

Banyak wanita yang mencoba menggodanya, tapi Namjoon selalu menolak dengan alasan dia telah menikah. Namjoon memang pria dengan idealisme yang tinggi, walaupun tanpa didasari cinta, dia tidak akan mengkhianati pernikahannya dengan Yoongi.

“Kenapa dingin sekali padaku? Apa kamu tidak merindukanku?” tanya Hyejin yang sekarang sudah berdiri di depan meja Namjoon. Wanita itu mencondongkan tubuhnya kearah mantan kekasihnya.

“Hyejin-ah, aku sudah menikah.”

“Lalu? Kamu tidak mencintainya, Joonie.”

Namjoon menghela nafas. Hyejin memang orang yang keras kepala bahkan sejak dulu mereka masih bersama.

“Aku masih mencintaimu, Namjoon-ah.”

Hyejin berjalan ke samping kursi yang diduduki oleh Namjoon dengan satu tangannya memegang bahu lebar itu.

“Ceraikan Yoongi dan kembalilah padaku.”

Namjoon menengadahkan kepalanya untuk melihat Hyejin dan hal ini dimanfaatkan wanita itu untuk mencium bibirnya.

“Bos! I–”

Hyejin segera mengakhiri ciumannya saat terkejut mendengar suara sekretaris Namjoin yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

Sedang pria tampan itu menampakkan ekspresi yang biasa saja. Berbeda sekali dengan Hyejin yang merasa kesal setengah mati.

“Ada apa?”

“Ini.. bahan untuk meeting kita nanti. Kamu meninggalkannya di rumah,” Hoseok berjalan dengan hati-hati menuju meja kerja Namjoon dan meletakkan berkas-berkasnya di atas meja.

“Aku permisi dulu.”

“Terima kasih. Sekalian bawa wanita ini.”

Mata Hyejin membulat sempurna, “Namjoon-ah, kamu belum menjawab pertanyaanku!”

“Nona, silahkan keluar,” tegur Hoseok.

Hyejin berdecak sebal. Dia semakin kesal saat melihat Namjoon mengacuhkannya dan justru kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

“Nona, keluar, atau mau saya panggilkan security?”

“Iya! Aku keluar!”

Hyejin memekik tidak terima. Dia menatap Namjoon dengan sinis sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu dengan langkah kaki yang dihentak kasar.

Keadaan begitu sunyi setelah kepergian wanita itu. Hoseok mengurut pelipisnya kemudian menatap Namjoon. Tapi pria itu tengah mengeluarkan smartphonenya untuk menerima sebuah panggilan.

“Kenapa, Yoongi?”

Mendengar nama itu disebut, membuat Hoseok enggan membahas kejadian yang dilihatnya. Dia memutuskan untuk pergi, memberikan ruang pada bosnya untuk berbicara.

“𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘬𝘶?”

Namjoon tersenyum, menatap tanggal pernikahan yang sudah dia lingkari oleh tinta merah, “Aku mau.”

“𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘯𝘰𝘯𝘵𝘰𝘯 𝘧𝘪𝘭𝘮 𝘥𝘶𝘭𝘶 𝘺𝘢.”

“Baiklah.”

Panggilan itu berakhir. Panggilan telepon dari Yoongi untuk yang baru pertama kali Namjoon jawab selama dua tahun pernikahannya.

[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang