11. Takdir

304 24 9
                                    




Sudah setahun berlalu sejak Yoongi pergi meninggalkan Namjoon. Pria itu sudah mencari hingga ke Jepang tapi dia tidak juga menemukan keberadaannya.

Saat itu kabar soal keberadaan Yoongi di Jepang ternyata bukanlah Yoongi melainkan hanya pria Jepang yang kebetulan wajahnya mirip dengan Yoongi.

Namjoon sudah hampir putus asa dan sedikit depresi karenanya. Sudah seminggu tidak masuk kantor, yang dia lakukan hanyalah berkeliling kota Seoul dari pagi hingga tengah malam meski tau Yoongi mungkin sudah tidak lagi berada di Korea.

“Bos, mau sampai kapan kamu hidup seperti ini? Sudah seminggu tidak masuk kantor,” Hoseok tidak habis pikir dengan tingkah Namjoon yang saat ini terbaring di atas kasur dalam keadaan mabuk.

Dia sangat lain dari biasanya. Namjoon bukanlah orang yang akan melalaikan pekerjaannya, tapi dia bahkan membolos dari kantor sampai seminggu.

“Sampai aku menemukan Yoongiku,” jawab Namjoon singkat.

Sejak kepergian Yoongi, dia memutuskan untuk pindah ke kamar utama dimana dulu menjadi tempat istirahat suaminya itu.

Sejujurnya Hoseok merasa miris dengan keadaan Namjoon saat ini. Pria itu semakin kurus dan tidak terawat. Rambut yang biasanya pendek dan rapi kini sudah memanjang hingga tengkuknya.

Begitupun dengan rambut wajah yang mulai tumbuh di sekitar dagu dan pipinya, bukti kalau dia sudah lama tidak bercukur. Dalam hati Hoseok sedikit mengutuk Yoongi yang sudah merusak hidup Namjoon.



Namjoon benar-benar takjub dengan impulsnya setiap mendengar kabar soal Yoongi. Pagi itu ia bangun seperti biasanya dan memutuskan untuk kembali bolos dari kantor untuk mengelilingi kota seperti kebiasaannya belakangan ini.

Saat tiba-tiba saja Namjoon mendapat kabar soal keberadaan Yoongi di Den Haag, Belanda. Dengan cepat ia langsung menyuruh Hoseok untuk mengurus keberangkatannya.

Dan di sinilah dia sekarang. Berdiri di depan jendela kaca salah satu kamar hotel yang berada di kota Den Haag, Belanda. Menatap pemandangan kota malam yang indah dengan wajah termenung seperti biasa.

“Aku masih tidak menyangka kita benar-benar sudah ada di Belanda. Rasanya tadi aku masih duduk di meja kerjaku.”

“Jika tidak suka, kembalilah. Aku bisa mencari Yoongi sendiri.”

Namjoon berjalan menuju salah satu sofa yang tersedia di sana. Menyesap minuman beralkohol yang sudah dituangkan ke dalam gelas.

“Sejak Yoongi pergi kamu jadi pemarah,” Hoseok menyusulnya, duduk di hadapan Namjoon lalu membuka sebuah kertas peta yang tergulung, “Kita harus memulai dari mana? Aku sangat clueless karena kamu saja tidak tau siapa orang yang menghubungimu dan mengatakan Yoongi ada di sini.”

“Aku juga tidak tau. Aku hanya berpikir aku harus menjemput Yoongi saat itu juga.”

“Baiklaaah.”

Namjoon tidak mendengarkan ketika Hoseok mulai berceloteh tentang titik lokasi mana saja yang akan mereka datangi untuk menemukan Yoongi. Ia menjadi bodoh setelah kepergian pria manis itu.

Namjoon menyandarkan tubuhnya pada sofa, kepalanya menengadah ke atas sambil menerawang pada atap kamarnya. Namjoon harap pencariannya kali ini akan membuahkan hasil.



Keesokan harinya, setelah berkeliling kota menggunakan mobil sewaan hingga bertemu dengan malam lagi, Namjoon dan Hoseok memutuskan untuk kembali ke hotel.

Sebelum itu, keduanya menepi untuk mengisi perut mereka di sebuah restoran yang ada di pinggir jalan.

“Sepertinya dia penipu. Kita berkeliling hingga aku merasa kelaparan, tapi Yoongi tidak juga ditemukan,” Hoseok berceloteh sambil menyantap makanannya yang masih mengepulkan asap panas.

“Besok kita pulang.”

Namjoon membuka dompetnya, hanya untuk menemukan satu lembar uang di sana. Ia kemudian menatap sekitar, “Aku mau menarik uang dulu, kamu tunggu saja di sini.”

Hoseok mengangguk, “Kamu tidak mau makan dagingnya? Buat aku saja, ya?”

Namjoon tidak menjawab dan memilih untuk beranjak pergi. Tetapi berteman sekian tahun membuat Hoseok memaknai bahwa pria itu tidak keberatan.

Ia melangkah sendirian di jalan yang sepi. Netranya terus memindai sekitar untuk menemukan mesin ATM. Hingga sebuah suara asing tertangkap di telinganya.

Suara itu terdengar lirih dan semakin keras di setiap langkah Namjoon.

“Hulp!”

Awalnya Namjoon berusaha untuk acuh. Keperluannya di sini adalah untuk menemukan Yoongi.

“Kan iemand me helpen!”

Tapi nalurinya berkata lain. Namjoon tidak bisa membiarkannya. Ia memutuskan untuk berbalik arah. Berlari memasuki sebuah gang kecil yang gelap untuk menemukan seorang perempuan yang tengah tersudut oleh tiga pria.

Namjoon tidak tau mereka siapa. Tapi melihat penampilannya sudah dipastikan pria-pria itu adalah orang jahat. Terbukti saat perempuan itu berlari ketakutan ke arahnya dan bersembunyi di balik punggungnya.

“Help mij, ze willen mij beroven.”

“Bemoei je niet met onze zaken!”

Pria itu menghela nafas, tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan, “I don't know what you're saying, but leave her alone, don't bother her.”

“Oh, dus je bent gewoon een buitenlander?”

Salah satu penjahat itu menyeringai. Dia menatap ponsel dan dompet yang ada dalam genggaman Namjoon. Jam tangan mewah yang melingkar di pergelangannya serta cincin di jari manis menarik perhatian mereka.

Penjahat itu melirik kedua temannya, kemudian tanpa mengatakan apapun langsung menyerang Namjoon.

Pria itu kewalahan saat harus melawan tiga orang sendirian. Salah satu penjahat melayangkan tinju di pipinya hingga Namjoon tersungkur.

Memanfaatkan kesempatan itu, dua penjahat lain menarik paksa dompet dan ponsel Namjoon beserta jam tangan juga cincinnya.

Itu cincin pernikahannya. Tentu saja Namjoon akan melawan. Menendang perut penjahat itu hingga jatuh dan terjadi perebutan yang sengit.

Merasa kesal, salah satu penjahat itu mengeluarkan sebuah pisau lipat. Dia menarik bahu Namjoon dengan kasar hingga tubuhnya berbalik dan menusuk pinggangnya.

Pertarungan itu berakhir setelah Namjoon ambruk tidak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari pinggangnya. Wanita itu segera menghampiri Namjoon setelah kepergian para penjahat. Tangannya yang bergetar memegangi bahu pria itu.

“A, are you okay?”

Nadanya bergetar hebat. Dia menangis lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon bantuan polisi.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang