4. Wanita di Masa Lalu

174 18 0
                                    


Yoongi menatap kue buatannya dengan tatapan berbinar. Kue yang dia buat untuk merayakan hari ulang tahun pernikahannya bersama Namjoon. Ia tidak sabar untuk menikmati kue itu bersama suaminya nanti.

“Waaah, kamu melakukan pekerjaan yang baik, Gi.”

“Tentu saja,” Yoongi melirik sahabatnya, “Terima kasih, hyung.”

“Bagaimana dengan yang lain? Apa kamu memerlukan bantuanku?” tanya Seokjin, sahabat sekaligus orang yang sudah Yoongi anggap sebagai kakaknya.

Pria manis itu menggeleng pelan, “Tidak perlu, kak. Aku sudah melakukan reservasi untuk makan malam kita. Pulang nanti tinggal menyelesaikan payment saja.”

“Aku heran, di sini kan yang berperan sebagai ‘suami’ itu dia. Kenapa harus kamu yang repot-repot menyiapkan kejutan?”

“Justru itu kak, karena aku yang menyiapkannya, nanti kejutannya jadi semakin kejutan.”

Dua pria itu tertawa setelah mendengar ucapan Yoongi. Hingga harus terhenti saat seorang karyawan datang dan menginterupsi keduanya, “Yoongi hyung, ada yang nyariin.”

“Siapa?”

“Gak tau. Dia cantik kak, tinggi kaya model.”

Seokjin menatap Yoongi sambil memincingkan sebelah alisnya, “Siapa?”

Ia menggeleng, melepas apron yang dari tadi membalut tubuhnya, “Tolong buatkan kami caramel macchiato ya.”

“Okay. Dia duduk di meja nomor 9.”

“Siapa, Yoongi?” tanya Seokjin lagi.

“Gak tau, kak. Sebentar, ya.”

Yoongi meninggalkan dapurnya. Cafenya tidak terlalu ramai, jadi dia langsung menemukan sosok yang dimaksud karyawannya tadi. Tampak cantik, sedang memoles make-up di wajahnya. Yoongi segera menghampirinya.

“Maaf, apa kamu menunggu lama?”

Wanita itu mendongak, menatap Yoongi dengan senyuman manis di wajahnya, “Hello, Yoongi. Apa kabar?”

Yoongi mengernyit bingung, tapi tetap duduk di hadapan wanita itu, “Apa kita saling mengenal?”

“Bagaimana kabar namjoony?”

Mata Yoongi melebar begitu mendengar nama suaminya keluar dari mulut wanita itu.

“Maaf, aku tidak datang ke pernikahan kalian. Aku sibuk sekali waktu itu karena baru saja memulai karirku sebagai model secara profesional di London.”

Yoongi bersyukur karena tiba-tiba saja seorang waiters datang menghampiri meja mereka, membawakan dua gelas minuman yang dingin. Paling tidak dia terselamatkan untuk tidak merespon ucapan wanita itu.

“Wah, kamu memesan caramel macchiato? Namjoon juga sangat menyukai caramel macchiato.”

Kembali tubuh Mikazea menegang begitu nama Namjoon keluar dengan mulusnya dari mulut itu.

“Ah, kamu belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kabar Namjoon? Apa dia masih suka makan banyak seperti dulu?”

Yoongi meremas tangannya yang terasa dingin. Ia tidak suka wanita itu terus-terusan menyebut nama Namjoon. Terlebih lagi dia mengatakan hal-hal yang dia tidak tau mengenai pria tampan itu.

“Ah ya! Namjoon juga sangat suka warna ungu. Aku bingung padanya, biasanya kan laki-laki tidak suka warna ungu.”

“Apa Namjoon masih serius seperti dulu? Aku ingat dia pernah memarahiku karena aku duduk di sampingnya ketika dia sedang membaca buku. Padahal aku tidak merecokinya. Aku hanya duduk di sampingnya dan dia langsung menyuruhku menjauh.”

𝘒𝘶𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢.

“Namjoon juga sangat mudah kena flu, tapi dia tidak pernah bilang kalau dirinya sedang sakit. Membuat orang-orang repot.”

“Bisakah kamu berhenti?”

Tiba-tiba Yoongi mengeluarkan suara yang terus ditahannya sejak tadi, dia sudah tidak tahan dengan semua celotehan wanita itu tentang Namjoon, terlebih lagi semua hal yang diucapkannya terasa asing bagi Yoongi. Seakan-akan dia ingin menunjukkan padanya kalau dirinya lebih kenal Namjoon.

“Apa maksudmu mengajakku bertemu?” tanya Yoongi dengan nada yang terdengar dingin, hilang sudah rasa segan dan takutnya sejak tadi, berganti menjadi marah dan muak pada sosok di depannya itu.

Yoongi yakin setelah mendengar semua kata-kata yang diucapkan wanita itu kalau alasan dia bertemu dengannya bukanlah sekedar ingin bertemu saja.

Wanita itu pun mulai diam ketika mendengar nada dingin yang keluar dari mulut Yoongi, “Ah, aku belum memperkenalkan diri, ya? Namaku Hyejin, aku mantan kekasih Namjoon. Kamu pasti tau alasan kami harus berpisah.”

Yoongi hanya diam meski sebenarnya dia terkejut setengah mati. Namjoon tidak pernah bercerita bahwa dia memiliki kekasih saat keduanya masih berteman.

Menyadari Yoongi tidak akan menjawab pertanyaan retoriknya tersebut, Hyejin pun melanjutkan kalimatnya, “Kupikir dengan pergi ke London, aku akan bisa melupakannya, tapi ternyata sampai saat ini aku masih mencintainya.”

Sosok Namjoon yang pendiam namun perhatian, terkesan dingin namun justru sangat melindungi. Sampai saat ini Hyejin masih tidak bisa melupakannya dan dia bertekad untuk mengambil apa yang selama ini menjadi miliknya. Mengambil Namjoon dari Yoongi.

“Aku ingin kamu mengembalikan Namjoon kepadaku, Yoongi.”

Yoongi menarik nafas dalam-dalam. Dadanya terasa sesak dan kepalanya mendadak pusing, “Namjoon bukan barang, jadi tidak ada yang bisa dikembalikan.”

“Kami saling mencintai, Yoongi. Tidak kah kamu sadar kalau dia menikahimu karena terpaksa?”

𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘶. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶.

“Aku tidak akan menceraikannya.”

“Kalau begitu apa kamu akan pergi jika dia yang menceraikanmu?”

Yoongi tercekat, nafasnya seperti tersangkut di tenggorokannya, membuat dadanya terasa semakin sesak, “Aku tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini.”

Yoongi berdiri dari duduknya, sekuat tenaga ia mencoba untuk tidak jatuh walaupun kakinya terasa lemas sekali saat ini. Keadaan dadanya yang mendadak sesak juga tidak membantu sama sekali.

“Kamu tau siapa yang akan Namjoon pilih, Yoongi.”

Yoongi memukul kepalan tangannya ke atas meja, membuat beberapa pengunjung yang ada di sana melihat kearah mereka. Mata bulatnya menatap Hyejin yang terlihat tidak gentar dan justru balas menatapnya dengan sengit.

“Pembicaraan kita selesai.”

Dengan langkah yang lebar, Yoongi meninggalkan cafenya. Meninggalkan Hyejin yang tersenyum menatap punggung pria manis berkulit pucat itu.

[ NAMGI ] - Last VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang