Bab 7: Hanya Teman
"Hai, Na Jaemin. Lama tidak bertemu."
Jaemin terkejut. Apa yang dilakukan Winter saat ini? Kenapa dia berada di Seoul? Dan juga.. kenapa wanita itu kini tepat berada di depan unit apartemennya?
Banyak pertanyaan yang hinggap di kepala Jaemin. Kehadiran Winter saat ini sungguh di luar dugaannya. Bukankah dia seharusnya berada di New York?
"Kenapa kamu ada di sini?"
Winter tersenyum, "Cuti."
Kedua alis Jaemin menaut. "Bukan, maksudku kenapa kamu tahu aku ada di sini?"
Winter tidak menjawab. Wanita itu memilih diam dan tersenyum. Melihat responnya seperti itu, Jaemin kebingungan. Namun, mengingat Haechan yang menyewa tempat tinggalnya seketika membuat Jaemin tersadar.
Ya, Haechan pasti memberitahukan Winter mengenai alamat detail tempat tinggalnya. Jaemin ingin sekali mengumpat pada temannya itu. Bisa-bisanya pria itu membocorkan alamatnya?
"Aku tebak, kamu pasti belum makan dari siang tadi." Winter lantas masuk begitu saja ke dalam unit apartemen milik Jaemin.
Jaemin terkejut, "Apa yang kamu lakukan?" Pria itu melangkah mengikuti Winter yang semakin berjalan lebih dekat menuju dapur.
"Ini sudah tengah malam. Kamu sebaiknya kembali ke kamarmu."
Winter masih menghiraukan perkataan Jaemin. Tangannya terangkat membuka lemari pendingin yang ternyata masih kosong.
"Ah, iya, kamu baru saja sampai di sini. Sebagai gantinya, kamu makan di tempatku. Sebentar, nanti aku ke sini lagi setelah selesai memasak." Tanpa menunggu balasan, Winter pergi begitu saja menuju unit apartemennya yang berada di seberang unit milik Jaemin.
Jaemin mengendikan bahunya. Ia memutuskan untuk mandi sebentar seraya menunggu Winter selesai memasak. Mau menolak tawarannya pun, rasanya sulit karena Winter keras kepala.
•••
"Jadi, kenapa kamu membatalkan rencana pernikahan?"
Winter menghentikan aktivitas makannya. Indra penglihatannya menatap Jaemin yang saat ini duduk di hadapannya. Pertanyaan pria itu mengejutkan. Tanpa awalan dan langsung pada intinya. Winter merasa gugup untuk sekadar menjawab.
"Ya.. itu menjadi pilihan terbaik untuk saat ini. Aku ingin fokus dahulu pada pekerjaanku. Akhir-akhir ini aku disibukan dengan beberapa event sehingga kurang fokus pada rencana pernikahan kita."
Jaemin sedikit memiringkan kepalanya, "Kenapa kamu mengambil cuti? Bukankah kamu ingin fokus pada karirmu?"
Sial. Winter terjebak atas alibinya sendiri. Semakin banyak bualan yang dibuatnya, semakin tinggi pula kecurigaan yang timbul. Ia ingin sekali menghilang saat ini. Kenapa Jaemin bertanya seperti itu seakan tidak terima dengan pembatalan rencana pernikahan? Bukankah ini yang diinginkan pria itu sejak lama?
"Aku bukan robot yang tiap hari kerja ya!" cibirnya kemudian, berusaha menutupi kegugupan.
Beberapa menit setelah Winter bersuara, keheningan mulai menyergap kembali. Hanya suara dentingan piring dengan sendok yang beradu menemani mereka di tengah kesunyian yang terjadi.
"Jae."
Meskipun panggilan tersebut nyaris tidak terdengar, Jaemin mendongak menatap Winter yang kini menatapnya balik.
"Kenapa kamu memilih tinggal di Seoul dibandingkan di Busan tempat asalmu?"
Winter bertanya dengan penuh kehati-hatian. Sejak menemukan foto mantan tunangannya bersama seorang wanita, rasa penasaran akan kehidupan pribadi Jaemin semakin tinggi. Siapa wanita itu? Kenapa Jaemin terlihat akrab bersama wanita itu?
Tidak dapat menyangkal kembali, Winter memang telah jatuh hati pada pria bermarga Na itu. Namun, semesta sepertinya kurang mendukungnya. Meskipun Jaemin berbicara hangat pada dirinya, namun Winter merasakan tembok dingin yang sulit ia runtuhkan.
"Seoul lebih nyaman mungkin?" Jaemin menjawabnya acuh tak acuh. Dia sibuk dengan makanannya yang tersisa sedikit lagi.
"Ah, iya. Lain kali jika kamu pergi ke Busan, ajak aku juga!"
"Untuk apa?"
"Aku penasaran dengan sekolah lamamu. Kata Haechan, di sana juga ada pantai yang seringkali kamu kunjungi. Pasti pantainya terlihat indah, apalagi kalau malam hari."
"Sejak kapan kamu tertarik mengunjungi Busan? Aku kira kamu biasa saja dengan tempat asalku itu."
"Ya.. karena kita sedang di Korea, aku jadi penasaran dengan tempat asalmu itu."
Winter menggigit bibir bawahnya. Seharusnya tadi ia tidak se-antusias itu. Semakin dirinya menunjukan rasa penasaran, semakin tinggi pula rasa kecurigaan Jaemin terhadapnya.
"Aku dengan Kim Minju hanya sebatas teman saja jika kamu penasaran dengan hal itu."[]
Jumat, 01 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You
FanfictionSequel of 'There's a Feeling That Goes to You' "Jangan pergi kembali. Tidak masalah hatimu telah berlabuh pada orang lain. Melihat dirimu bahagia saja sudah cukup bagiku."