Bab 1: Menemukan Titik Temu
Gemuruh ombak pantai mengisi penuh indra pendengaran Jaemin. Gemuruh yang familiar di tempat yang sudah lama tidak dikunjunginya. Jaemin menyugar rambutnya ke belakang menikmati udara senja yang merasuki tubuhnya.
Suasananya masih sama. Terasa sunyi dan sepi seperti tujuh tahun lalu. Jaemin merindukan suasana ini. Setelah sekian lama tidak berkunjung, pria dengan tubuh yang dibungkus oleh mantel tebal itu sengaja terbang dari New York menuju Busan hanya untuk melepaskan penatnya sekaligus menggugurkan rasa rindu pada kota seribu kisah.
Persetan dengan kemarahan ayahnya setelah mengetahui anaknya pergi menuju Korea Selatan. Persetan dengan keluarganya yang pasti akan mencarinya. Saat ini yang Jaemin inginkan hanyalah waktu untuk menenangkan diri setelah dihadapkan beberapa kabar mengejutkan dalam waktu bersamaan.
Pertama, kabar pernikahannya dengan Winter yang tiba-tiba saja berubah menjadi lebih cepat. Kedua, kabar Minju yang telah memiliki seorang kekasih. Jaemin tersenyum kecut menyadari dirinya telah jatuh hati sendirian selama bertahun-tahun.
Merindu, mencintai, memuja, sepertinya hanya Jaemin seorang yang merasakannya. Sementara sang puan tidak membalas kembali rasa yang bersemayam itu.
Jaemin memang belum siap untuk bertemu kembali dengan Minju. Mengetahui perempuan itu saat ini berada di Seoul, tanpa pikir panjang Jaemin langsung pergi mengunjungi Busan hanya untuk menenangkan pikiran serta hatinya.
Namun, sepertinya semesta tidak mengizinkan hal itu. Tepat saat langit berubah berwarna jingga kemerahan sepenuhnya, Jaemin mengangkat kameranya hendak membidik matahari yang sebentar lagi tenggelam.
Ia mengarahkan kameranya ke segala arah mencari objek yang cocok dengan latar belakang pelataran senja saat ini. Gerakan tangannya terhenti ketika menemukan titik objek yang menampakkan seorang perempuan berambut panjang tengah berdiri membelakangi.
Tanpa pikir panjang, Jaemin langsung membidiknya. Ia tersenyum lebar saat melihat hasil jepretannya yang tampak bagus. Ombak pantai yang mendayu, matahari yang tampak tenggelam setengahnya di atas laut biru, serta seorang perempuan dengan sebagian rambut panjangnya yang melambai-lambai di udara akibat terkena arus angin.
Perlahan, Jaemin melangkah lebar mendekati tepi pantai berniat mencari objek lainnya yang dapat dijadikan model dari jepretan kameranya. Pria itu memandang teduh matahari yang selalu dilihatnya pada saat senja ketika jaman sekolah.
Pandangannya seketika menurun melihat perempuan yang menjadi objek bidikan kameranya beberapa menit lalu, berbalik badan hendak berjalan pulang. Langkah Jaemin terhenti tanpa disadari. Matanya menatap lurus dan terkejut pada perempuan yang sangat familiar dalam ingatannya.
Kim Minju.
Perempuan yang saat ini berdiri di hadapannya adalah Kim Minju. Takdir, kebetulan, disengaja, ataupun tidak, Jaemin hanya ingin mengatakan secara jelas bahwa ia belum siap untuk menghadapi hal ini. Pria itu termangu di tempat berusaha untuk mencerna kejadian saat ini.
Berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup kencang, Jaemin mengangkat kedua sudut bibirnya menampakkan senyuman tulus dan hangat yang ditunjukkan untuk perempuan yang sama terkejutnya dengan dirinya. "Hai, Kim Minju?" sapanya kemudian setelah mengumpulkan keberanian.
Minju tampak terdiam dengan tangan kanan yang memegang erat ponsel di sebelah telinganya. Sepertinya ia baru saja mendapatkan panggilan mendadak. Jaemin seketika merasa tidak enak hati karena telah mengganggu.
Sungguh di luar dugaan dirinya akan bertemu dengan Minju. Ia kira Minju tidak akan kembali lagi ke Busan karena sibuk dengan pekerjaannya di Seoul. Tetapi ternyata salah besar. Wanita berusia 26 tahun itu berada di tempat yang sama dengan dirinya.
"Ah, ya.. aku akan ke sana, Jeff."
Perkataan Minju baru saja membuat Jaemin terbungkam. Lengkungan senyum yang tersungging perlahan memudar. Jeff? Seketika benak pria itu dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.
Seusai memutuskan sambungan teleponnya, Minju lantas bergegas pergi meninggalkan pesisir pantai melewati tubuh Jaemin yang masih berdiri di posisinya. Jaemin menatap kepergian Minju yang kini berlari menjauh menuju tepian jalan raya.
Ia tersenyum miris menyadari perempuan itu belum membalas sapaannya. Jadi, pemikirannya selama ini benar bahwa hanya dirinyalah yang jatuh hati sendirian selama bertahun-tahun?
●●●
[N]
Minju-Jaemin atau Minju-Jaehyun?
laudaisie
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You
FanfictionSequel of 'There's a Feeling That Goes to You' "Jangan pergi kembali. Tidak masalah hatimu telah berlabuh pada orang lain. Melihat dirimu bahagia saja sudah cukup bagiku."