Bab 3: Berbahasa Denganmu
Minju terdiam memandang laki-laki yang duduk di hadapannya. Laki-laki dengan setelan kemeja putih berlengan pendek yang dipadukan dengan celana jeans. Benar-benar terlihat seperti anak remaja. Jaemin tidak banyak berubah, rupanya. Hanya saja pria bermarga Na itu kini tampak lebih dewasa.
Banyak sekali pertanyaan yang ingin diajukan oleh Jaemin. Namun, semuanya tertahan begitu menyadari keadaan yang telah berubah. Berbeda dengan yang lalu, yang terasa dekat bahkan untuk bertanya acak pun tak ragu.
"Bagaimana kabarmu?" Pada akhirnya Jaemin hanya bisa menanyakan pertanyaan klasik yang tentu saja sudah terjawab melihat keadaan lawan bicaranya saat ini. Terlihat bahagia. Bahkan tanpa kehadiran dirinya pun, gadis berwajah mungil itu tampak lebih bahagia.
Minju mengulum kedua bibirnya. Ia tidak menyangka hari ini merupakan hari pertemuannya dengan Na Jaemin yang sebelumnya selalu ia tunggu kehadirannya. "Aku baik. Bagaimana denganmu?"
Jaemin tersenyum tipis. Ia kembali mendengar suara lembut Kim Minju setelah bertahun-tahun. Terdengar manis bahkan hampir membuat dirinya gila. Jujur saja, Jaemin masih berharap Minju memiliki sedikit perasaan kepadanya. Jaemin akui, ia telah kalah. Ia kalah akan perasaannya sendiri.
Melihat wujud Kim Minju hari ini, Jaemin ingin sekali memeluk erat tubuh wanita itu seakan tak membiarkan wanitanya pergi untuk barang sejengkal saja. Minju telah berubah. Enam tahun yang lalu, wanita itu secara sukarela memeluk dirinya. Namun saat ini, Minju tampak enggan untuk menatap tepat pada manik matanya seolah benar-benar mengibarkan saling asing.
"Kim Minju, aku merindukanmu."
Lirihan Jaemin berhasil membuat jantung Minju berdebar cepat. Kalimat yang keluar dari mulut pria itu, sungguh di luar dugaan. Apa katanya? Jaemin merindukan dirinya? Bukankah pria itu sudah memiliki tunangan?
"Selama enam tahun kemarin sampai saat ini, aku masih merindukanmu. Aku rindu segala hal tentangmu, Kim Minju. Aku selalu menunggu kabarmu tiap hari, meskipun tahu aku tak akan pernah mendapatkannya. Dan hari ini, setelah waktu yang lama, aku bertemu denganmu. Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk melihat wajahmu. Kukira semesta tidak akan mempertemukan kita kembali. Ternyata perkiraanku salah. Dan aku bahagia melihat keadaanmu yang tampak baik-baik saja."
Minju semakin dibuat kalut dengan kalimat kian kalimat yang terlontar dari bibir Jaemin. Minju merasa bersalah atas Jaemin yang selalu menunggunya. Serta Jaemin yang selalu merindukannya. Perasaan Minju saat ini benar-benar kacau. Tidak mungkin bukan dirinya kembali jatuh pada pria di depannya ini?
Butuh waktu yang lama Minju menghilangkan perasaannya pada Na Jaemin. Ditambah saat ini ada Jaehyun yang selalu mencintainya. Tidak mungkin dirinya terjatuh pada lelaki yang sama seperti enam tahun lalu hanya karena saling berbahasa rumit seperti saat ini.
"Aku bahagia melihatmu kini telah banyak berubah. Termasuk perasaanmu," ujar Jaemin kemudian. Ia tersenyum getir. Seandainya saat ini Minju masih menunggu dirinya, Jaemin tak akan berpikir panjang untuk segera melamar wanita itu. Memang terdengar jahat untuk dirinya yang kini telah bertunangan dengan wanita lain.
Winter seharusnya mendapatkan pria yang lebih baik dari dirinya. Pria yang dapat mencintai wanita cantik itu tanpa harus merasakan luka seperti saat bersama dengan dirinya.
"Maaf." Minju menatap Jaemin dengan penuh rasa bersalah. Ia memainkan jari-jemarinya untuk menghilangkan rasa gugup yang terus menderanya. "Maaf untuk semuanya Na Jaemin. Aku tidak tahu kau menungguku selama bertahun-tahun. Karena kupikir, kau telah bahagia juga dengan kehidupanmu. Bahkan kudengar, kau telah bertunangan." Minju tersenyum kecil. Ia memandang secangkir kopi yang perlahan terasa dingin.
"Seharusnya kau bahagia dengan wanita yang telah kau pinang," tandasnya kemudian. Mengakhiri kalimat yang sebelumnya tertahan di benaknya. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia ajukan, namun ia memilih untuk menahannya.
Jaemin tertawa. Respon pria itu tak lepas dari penglihatan Minju yang semakin dibuat bingung. "Kau belum bertanya, apakah aku bahagia dengan pertunangan ini? Tentu saja tidak, karena ini adalah keinginan ayahku. Aku tidak bisa mencegahnya." Setelah mengatakannya, Jaemin meneguk habis secangkir kopi hitam yang sebelumnya menganggur.
Jaemin kembali menatap Minju. Kali ini tatapannya lebih dalam seakan berusaha menyelam jauh ke dalam manik mata wanita di hadapannya. "Kim Minju, seandainya kehidupan berlanjut. Kumohon di kehidupan selanjutnya, tunggu aku." Minju terdiam kaku. Kalimat Jaemin berhasil menghantam keras hatinya. Minju tidak pandai membaca ekspresi. Namun melihat mata teduh milik Jaemin, pria itu seakan tidak ingin melepaskan dirinya.
Na Jaemin telah jatuh hati pada dirinya sebegitu dalam; itu yang Minju rasakan.
"Jangan pergi kembali. Tidak masalah hatimu telah berlabuh pada orang lain. Melihat dirimu bahagia saja sudah cukup bagiku."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You
FanfictionSequel of 'There's a Feeling That Goes to You' "Jangan pergi kembali. Tidak masalah hatimu telah berlabuh pada orang lain. Melihat dirimu bahagia saja sudah cukup bagiku."