⋆⁺₊⋆ ☾VII - Taman Hiburan Sunshine𖤓 ⋆⁺₊⋆

19 3 0
                                    

Semua berkumpul dikamar asrama Maki, Yuma, Jo dan Harua. Tidak ada yang berbicara sedari tadi. Yang terlihat hanyalah tatapan tajam Jo kepada Taki.

Taki merasa agak bersalah pasal kecerobohannya tadi. Bisa-bisanya ia membiarkan bola melesat kearah Jion. Jika K dan Nicho tidak sigap bisa saja hari pertama Jion yang seharusnya bahagia malah berujung keruang UKS.

"Bodohnya aku..." lirih Taki penuh penyesalan.

"Sudah lah Taki, tidak apa-apa kok. Aku tahu kau tidak berniat begitu." ucap Ej seraya menenangkan Taki. "Lagi pula Jion baik-baik saja. Tidak perlu cemas." sambungnya.

Clekk.

K dan Nicho telah kembali setelah membuntuti Jion ke asramanya. Hanya sekedar meminta maaf dan menengok keadaan saja ya pren.

K segera merebahkan tubuh kekarnya di kasur Maki, seraya memainkan liontin perak miliknya, atau yang memiliki julukan 'Silver Fang'. "Bagaimana bisa sampai ke Jion ya?"

"Padahal aku tidak pernah melepasnya, dan selalu ku kenakan." gumamnya.

"Hm, bisa saja tidak sengaja terlempar saat kau tengah berlatih." Fuma menyahuti.

"Tapi, kalian tahu ini simbol sakral ras kita... Kalau sampai sembarangan orang tahu ya...tamat lah."

Hening...

Tidak ada suara sama sekali dari kamar itu. Hanya terdengar suara para murid yang tengah menikmati siang hari di pantai Sunshine. Sisa beberapa hari lagi adalah hari paling menantang setiap tahunnya. Seharusnya mereka banyak berlatih, namun akhir-akhir ini ada banyak rencana yang membuat latihan NIGHTBALL terlengserkan dari daftar wajib.

Nicho seperti biasa, melihat-lihat sosial media pribadinya. Kebetulan ia melihat sebuah video menarik di platform media Instragram, yang berisi wahana taman bermain baru di Sunshine City. 'Pasti seru.' batinnya.

Nicho menghampiri K. Ditunjukannya sebuah postingan reels yang tadi ia temukan. K sebenarnya hanya ikut saja jika yang lain ikut, namun pergi ke taman hiburan sebenarnya sedikit membuang waktu. Melihat raut wajah antusias Nicho membuat K tidak enak untuk menolak.

Jo yang mengetahui itu lantas menegur rencana Nicho. Tapi teguran itu tentu memiliki alasan. Jo merasa bahwa akhir-akhir ini mereka semua terlalu sering bermain, bahkan sampai melupakan tujuan mereka. Apa gunanya memiliki tekat yang kuat jika tidak dilaksanakan? Jo mengutarakan sisi khawatirnya. Jika tahun ini mereka kalah bisa-bisa mereka diceramahi oleh bapak pelatih.

"Aku bukan tidak suka, hanya saja aku takut jika kita terkena ocehan dari bapak kepala botak itu." tuturnya lesu.

"Kita sudah berusaha keras. Setidaknya kita beristirahat dulu saja tidak apa-apa kok kak Jo. Jangan berfikiran negatif." ujar Taki kepada musuh bebuyutannya itu.

Maki kembali berdiri di atas meja.

Dukk.

Aduh, pasti sakit ya terpentok langit-langit.

"Jadi tidak ini??"

"Aku padahal ingin sekali menyantap jajanan yang ada di taman hiburan. Lagi pula kita butuh ketenangan yaitu bermain." celoteh Maki penuh semangat.

Taki sudah kembali ke mode lawak yang dengan cepat mengikuti Maki berdiri di atas meja. Keduanya berjingkrak-jingkrak penuh semangat.

"Turun! Rusak kalian yang ganti!" pekik Jo.

⋆⁺₊⋆ ☾𖤓 ⋆⁺₊⋆

Kwak Kwak.

"Taki!! Sudah cukup Taki!!" yap, suara Nicholas terdengar hingga dasar wahana. Bisa-bisanya Taki tertawa terbahak-bahak disaat Nicho menjerit ketakutan. Sudah 2× Taki mengajak kakaknya itu menaiki wahana yang mendebarkan jiwa. Jika bisa mendengar isi hati Nicho, hati nya tentu telah berkata, 'Dasar anak laknat!'

BestFriend - andTEAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang