⋆⁺₊⋆ ☾XII - Dalang Panti?𖤓 ⋆⁺₊⋆

17 1 0
                                    

Enam belas belas pemuda tampan berjalan beriringan di hutan bukit Riveryz demi menemukan bangunan tua yang dimaksud.

Membosankan. Itulah yang ada dibenak Taki. Mengapa dirinya harus melakukan semua ini? Ya memang maksud ajakan mereka baik, hanya saja garing sekali obrolannya. Ditambah oleh orang yang berada disebelahnya, Sunoo. Aneh memang Sunoo ini. Dia bilang dia tidak ingin dekat-dekat, tapi malah dirinya yang mendekat. Nyamuk aneh.

Sunghoon dan Jo. Mereka berjalan di depan bersama yang lain. Keduanya mirip. Sama-sama dingin dan emosian. Walau Sunghoon masih bisa dibilang lebih kalem.

Berbeda dengan K dan Heeseung. Mereka berdua malah dengan santai dan akrab membicarakan banyak hal. Tidak peduli jika keduanya berasal dari dua ras yang saling bertentangan.

"Sudah sampai." ucap Sunghoon.

Dan benar saja. Bangunan tua itu masih berdiri kokoh meski dengan pondasi yang sudah rapuh. Bangunan itu terlihat menyeramkan karena telah terbengkalai. Tapi pikir positif saja, bisa jadi di dalamnya aman.

Baru saja membuka pintu, Nicho yang tidak berhati-hati malah menginjak sebuah perangkap. Alhasil sebuah perangkap hampir menjatuhinya dari atas. Untung Taki sigap menarik tubuh kakak laki-lakinya itu.

"Astaga, ini rumah sudah buruk seperti ini saja masih diberi perangkap. Siapa juga yang mau kemari?" celetuk Jo kesal.

"Lalu apa yang kita lakukan disini bodoh?" tanya Sunghoon.

"Iya juga sih."

Tanpa pikir panjang mereka berpencar. Misi kali ini adalah mengumpulkan berbagai dokumen tentang kejahatan para vampir. Rumah ini dahulu adalah markas mereka sebelum akhirnya terbengkalai.

Di setiap bilik memiliki dokumen dan berkas tersembunyi. Tidak boleh ada yang terlewat. Satu berkas adalah satu informasi penting.

Fuma bersama Jo dan Harua. Ketiganya berada di lantai paling bawah. Tapi yang mengejutkan adalah di lantai bawah itu terdapat banyak sekali alat penyiksaan, seperti jeruji, rantai dan juga krangkeng. Mirisnya di dalam sana juga terdapat tulang-tulang mayat para manusia serigala hasil percobaan gelap.

Kini tubuhnya mulai bergetar hebat. Netra hijau nya berusaha untuk tidak melihat apa yang terjadi. Semua kenangan itu rasanya ingin dia buang dari pikirannya, namun apa daya. Keringat dingin bercucuran. Tubuh Jo hampir tumbang sepenuhnya jika tidak ditahan oleh Fuma.

"Apa kau baik-baik saja, kak?" tanya Harua khawatir.

"Ki... Kita akan masuk sedikit lagi..." balas Jo yang berusaha untuk berdiri kembali meski tubuhnya saat ini tengah terguncang hebat.

"Tidak perlu memaksa jika semua itu masih menghantui pikiranmu." tutur Fuma.

Jo menggelengkan kepala. Mana mungkin seorang loup-garou harus mundur hanya karena trauma? Memalukan.
Begitulah yang Jo pikirkan.

Jo menghembuskan napas lalu kemudian berjalan mendahului Fuma dan Harua. Keduanya yang khawatir dengan cepat mengikuti Jo.

Fuma memotret semua informasi ini. Dan menaruh beberapa hal penting kedalam tasnya. Fuma kemudian membuka sebuah kerangkeng yang ditutupi oleh kain. Fuma mematung sesaat. Mayat ras nya kini tergeletak tak bernyawa. Tubuhnya masih utuh dan belum membusuk. Bisa jadi dia baru dipindahkan kemari beberapa hari yang lalu.

Di samping kemarahannya, Fuma menyadari bahwa serigala itu memiliki mata yang indah, persis seperti Jo. Keduanya sungguh mirip.

Jo yang ternyata telah berada di belakang Fuma hanya bisa mematung. Tidak, dia tidak mengeluarkan eskpresi marah atau dendam. Hanya diam tak berkutik.

"Kakak..?" panggilan lirih dari Harua berhasil membuat pergerakan bagi Jo.

Jo lantas berjongkok dan memosisikan tubuhnya sejajar dengan Fuma. Ditatapnya lamat-lamat sosok serigala betina itu. Saat dielus, rasanya amat hangat nan nyaman. Jo juga meraih tangan adiknya agar dapat menyentuh serigala itu. Kemampuan Harua bekerja. Kemampuannya untuk mengetahui perasaan suatu mahkluk.

"Bukankah ini sudah berlalu 11 tahun, Rua adikku?" tanya Jo.

"Ibu..."

"Apa!!?"
Ternyata tiga belas teman mereka yang lain telah berada di belakang ketiganya. K yang paham segera membungkam mulut yang lain. "Lihat situasi." lirihnya.

Jo kini masih menggenggam erat tangan sang adik. Pikirannya campur aduk. Sebelum akhirnya air mata terjun bebas, sama seperti Jo kecil yang dahulu memohon dibebaskan dari panti asuhan vampir. Tidak menangis sampai meraung, tapi tetap saja sedih.

'Dia masih sama seperti saat itu.'

Heeseung memberanikan diri mendekati Jo. Diberikannya secarik kertas. Harua meraih kertas itu lalu membukanya. Foto itu nampak tak asing baginya.

"Jion!?"

Foto yang Heeseung berikan tadi.... Persis... Itu Jion. Tapi apa yang ia lakukan dengan Giri? Dirinya sedang memberikan sebuah buku tebal ke pada Giri. Yang aneh adalah pakaian yang mereka kenakan. Mengapa mereka mengenakan tudung berwarna merah? Padahal sudah jelas tudung merah adalah tudung yang digunakan oleh kaum vampir.

Nicho berspekulasi, bisa jadi bahwa Jion dan Giri bekerja sama dengan para vampir!? Konyol. Mana mungkin? Tidak mungkin kan pria sebaik Giri yang mau menampung anak-anak serigala malang tanpa arah itu kini berkhianat? Dan Jion, tidak mungkin gadis polos seperti Jion pandai memanipulasi orang. Keduanya jelas-jelas juga merupakan ras serigala.

"Terkadang, orang yang kalian percayai lah penjahat yang sesungguhnya." tutur Heeseung.

Mendengar penuturan Heeseung, Ej langsung teringat akan masa lalunya. Kakaknya yang mati karena sifat manusia yang berego tinggi dan manipulatif. Tidak ada orang yang baik. Tidak ada orang yang dapat di percayai, selain dirinya sendiri.

Tapi kembali lagi, sebagai sekelompok ras serigala sudah sepatutnya saling percaya satu sama lain. Karena serigala harus selalu mempertahankan sikap sosial mereka. Dan seorang penghianat tentu akan segera di keluarkan dari kelompok, dengan catatan penghianatan yang ia lakukan akan sangat berdampak pada keselamatan kelompok.

"Kita bahkan tidak bisa 100% mempercayai satu sama lain. Tapi tidak mungkin seorang anggota dari suatu kelompok berkhianat. Apa lagi orang itu adalah orang yang sangat penting bagi kelompok. Kepercayaan itu penting, meski tidak selamanya kepercayaan dapat membawa dampak positif di-era milenial ini." ujar Ej.

"Lalu, memangnya gadis itu anggota kalian? Kalian saja sudah di khianati." balas Sunghoon yang segera memojokkan ucapan Ej.

"Tidak. Jion sudah menjadi anggota kami. Sejak pertama kali dirinya menginjakan kaki di Sunshine City." balas K tegas kepada Sunghoon. "Tidak ada bukti yang menguatkan teori bahwasanya kak Giri dan Jion berkhianat." sambungnya.

Hening sekejap. Semua larut pada pikiran dan masalah masing-masing. Rencana awal mereka saja belum selesai sudah di tumpuk misi baru.

Ini tidak akan menjadi serius jika tersangkanya bukan orang yang paling mereka sayangi. Kedua tersangka itu, tetaplah bagian dari ras manusia serigala. Ras yang dipimpin oleh seorang alpha wolf terpilih yang terpercaya.

Harua mencengkram erat lengan Jo. Tubuhnya menegang. Detak jantungnya berdegup dua kaki lebih kencang. Apa yang anak ini rasakan?

"Ada apa dengan mu, Rua?"

"Kita... Kita harus keluar sekarang!!!"

⋆⁺₊⋆ ☾—D.P—𖤓 ⋆⁺₊⋆








Halo pren
Singkat aja part kali ini
Maaf, soalnya aku bingung plus udh ngantuk
Ini kalau aku gk buka buka sosmed ya bingung ber abad-abad ini wkwk
Okeh mon maap kalau ada kesalahan, jan lupa voment
Dan, sorry ya kalau up nya lama, soalnya aku lagi padet jadwal sekokahnya hehe
And bye bye o pren

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BestFriend - andTEAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang