Siluet jingga sudah mulai menampakkan cahayanya. Jungkook berada diruang kamarnya. Menatap cahaya jingga dari atas balkon rumahnya. Rasanya begitu indah dan damai. Dulu saat senja inilah takdir mempertemukan mereka untuk pertama kali.
"Jungkook Sayang... " Hyejin masuk kedalam kamar Jungkook perlahan. Hyejin benar menyayangi anak semata wayangnya. Maka Hyejin ingin menjelaskan semuanya. Jungkook menoleh sesaat ke arah Ibunya yang berjalan mendekat.
Hyejin kini berdiri disamping Jungkook. Mengusap lengan kekar Jungkook dengan lembut. Hyejin rindu dengan anaknya. Jungkook yang manja dan juga ceria.
"Jungkookie... " Ucap Hyejin sesaat memecah hening. Jungkook menatap sosok wanita cantik disampingnya.
"Apa kau bahagia nak?" Tanya Hyejin lirih. Matanya menatap kedua mata bulat milik anaknya.
"Apa Ibu bahagia sekarang?" Jungkook balas bertanya. Hanya ada hening sesaat.
"Ibu bahagia jika kau juga bahagia sayang... Apa yang Ibu cari jika bukan untuk kebahagiaanmu." Jawab Hyejin. Jungkook tersenyum tipis. Matanya beralih menatap kembali langit senja.
"Aku bahagia... Andai saja semua terjadi atas rencana Tuhan. Aku akan bahagia Ibu, jika saja semua kejadian ini tidak terjadi. Aku akan bahagia jika saat itu Ibu... " Ucapan Jungkook terjeda. Nafasnya seolah tercekat menahan tangisnya. Jungkook tak ingin menjadi lemah. Tapi kejadian ini membuatnya menjadi rapuh.
"Jika saja Ibu tidak dibutakan oleh cinta. Dan berakhir membunuh Ibu kandung Tae-Hyung." Airmata Jungkook pun pecah. Bersama dengan Hyejin yang juga terisak mendengar jawaban anaknya.
"Aku tahu semua Ibu... Aku tahu semua yang kalian lakukan...Kenapa Ibu setega itu... Kau bukan Ibuku yang dulu...Kau.. " Jungkook tak sanggup melanjutkan ucapannya. Dadanya sesak karna tangisnya. Tubuhnya terduduk dengan derai airmata. Rasanya kakinya tak mampu menopang beban hidupnya.
Hyejin pun menangis tersedu. Berusaha memeluk anaknya namun dia urungkan. Hyejin menangis menatap anak kesayangannya menangis terisak dibawahnya sambil sesekali memukul dadanya karna sesak. Hyejin tak menyangka usahanya untuk bersama cintanya dan membahagiakan anaknya berujung duka.
"Ma-afkan Ibu nak... Maafkan kesalahan Ibumu ini..." Hyejin ikut teduduk dihadapan Jungkook. Tangisnya pun tak kalah menyayat hati. Hyejin benar-benar menyesali perbuatannya yang nyatanya justru menjadi pedang menghunus anaknya.
"I-ibu... Kita pergi saja dari sini. Kita tinggalkan semua dan mulai lembaran baru lagi. Hadapi kesalahan Ibu... Ib-u... Apa Ibu bersedia melakukannya demi aku Ibu?" Ucap Jungkook disela tangis pilunya. Matanya seolah memohon untuk dikabulkan.
Hyejin pun tanpa banyak berpikir menganggukkan kepalanya dengan cepat. Kemudian memeluk tubuh Jungkook dengan erat. Jungkook membalas pelukan Ibunya. Mereka menangis bersama.
"Kita pergi sayang.. Apapun akan Ibu lakukan demi dirimu.. " Ucap Hyejin mencium kepala anaknya.
.
.
.Taehyung masih berdiam didalam kamar apartementnya. Memutuskan untuk tidak pulang hari ini. Taehyung masih memikirkan ucapan Yoongi yang menyebut Ayahnya.
Pikirannya berkecamuk. Taehyung hanya punya jawaban pada Namjoon dan Jungkook. Tapi sepertinya mereka tak akan bisa memberitahu Taehyung dengan mudah. Maka hanya ada satu orang lagi harapan Taehyung yang bisa membantunya memecahkan teka teki ini. Kim Soekjin. Pasangan Namjoon.
Taehyung meminun wine diatas meja. Sudah hampir satu botol dia habiskan sendiri. Taehyung hanya ingin tenang sebentar saja. Dan Taehyung merindukan Jungkook, adik tirinya sekaligus mantan kekasihnya.
Taehyung tanpa sadar menghubungi Jungkook. Taehyung hanya ingin menatap Jungkook nya. Taehyung hanya ingin menatap semestanya.
Hening sesaat setelah panggilan Taehyung terhubung.
"Hyung...?!" Jawab Jungkook pelan disebrang sana.
"Hmmm...datanglah ke apart. Ada yang ingin aku tanyakan padamu." Jawab Taehyung lirih. Dan kemudian Taehyung mematikan panggilannya.
Jungkook dengan cepat mengemudikan mobilnya. Menerobos jalanan padat malam hari di Seoul. Jungkook tahu, Taehyung sedang tidak baik-baik saja. Jungkook pun juga rindu rumahnya.
Setelah hampir setengah jam perjalanan. Jungkook tiba di apartement mewah milik Taehyung. Berharap malam ini mereka bisa saling memahami diri. Kembali saling menyelami dalamnya hati. Hingga tak lama Jungkook sudah berada didepan pintu apartement Taehyung.
Menekan beberapa angka disamping pintu. Tanggal lahir Jungkook adalah pin masuk apartement Taehyung. Dan hingga sekarang pun itu tak terganti. Pintu terbuka, terlihat ruangan gelap dan dingin. Jungkook melangkahkan kakinya secara perlahan.
Di pantry dapur terlihat lampu menyala. Taehyung duduk didepan meja dengan sebotol wine dihadapannya. Jungkook melangkahkan kakinya mendekati Taehyung.
"Hyung~"
Taehyung tak bergeming. Tangannya mengamit botol dimeja hendak menuangkan kedalam gelas sebelum tangan Jungkook mencegahnya.
"Cukup Hyung! Kau sudah mulai mabuk." Jungkook mengambil botol wine itu dan menaruhnya sedikit jauh dari jangkauan Taehyung.
Taehyung menatap Jungkook dengan mata berkaca. Terlihat sayu dan begitu putus asa. Jungkook pun berusaha menahan agar airmatanya tidak turun. Ini bukan Taehyung nya yang tegas. Ini bukan Taehyung nya yang selalu tegar dengan segala masalah. Taehyung sekarang terlihat rapuh. Sama dengan dirinya.
"Aku lelah Jungkook..." Satu kalimat dan airmata mereka pun mengalir dari sudut mata mereka secara bersamaan. Mata mereka saling tatap dalam binar kesedihan.
"Hyung~aku... " Ucapan Jungkook terjeda saat tiba-tiba Taehyung memeluk tubuhnya. Taehyung menangis dengan tubuhnya yang bergetar.
Jungkook yang baru melihat tangisan dari sosok Taehyung pun hanya mampu membalas pelukan kakak tirinya dengan tangis yang coba dia tahan. Tangannya mengusap lembut tengkuk serta kepala Taehyung. Tangan Taehyung memeluk erat perut Jungkook. Mereka larut dalam kesedihan.
Sesaat mereka hanya mampu menangisi jalan takdir mereka yang terasa rumit.
.
.
.
Setelah beberapa saat mereka kini terlihat tengah duduk di sofa ruang tamu. Duduk bersebelahan dengan tanpa kata yang terucap. Hanya saling pandang dengan tangan mereka saling menyatu. Hal yang biasa mereka lakukan saat bersantai dulu. Saat mereka masih dalam ikatan cinta.Mereka saling merindu. Namun semesta tak mendukung rasa itu.
"Jungkook... Bagaimana jika kita pergi saja dari sini. Kita hidup berdua bersama meninggalkan duka kita disini. Apa kau bersedia?" Ucap Taehyung dengan lembut. Tangannya masih menggenggam erat jemari Jungkook.
"Hyung~bisakah kau sabar sebentar lagi. Aku akan kembali pada rumahku setelah aku menyelesaikan semua." Jungkook mengusap punggung tangan Taehyung.
"Menyelesaikan apa yang kau maksud Jungkook?" Taehyung mencoba memancing Jungkook untuk bicara.
"Hyung... Bisakah kau maafkan Ibuku?" Taehyung yang mendengar permintaan Jungkook pun seketika melepas genggamannya. Raut wajahnya berubah menjadi tegang.
"Kenapa aku harus memaafkan orang yang sudah membunuh Ibuku Jungkook?! Masih kurang kah kebahagiaan yang selama ini Ibumu raih dengan cara kotor!?" Taehyung tersenyum smirk sembari memalingkan wajahnya dari Jungkook.
"Hyung aku mohon tolong dengarkan aku sebentar... Aku tahu Ibuku bersalah karna dia dibutakan oleh cinta.. Tapi ada satu orang yang berperan besar dalam kematian Ibumu Hyung... " Taehyung seketika menatap Jungkook dengan tajam. Tangannya menggenggam erat jemari Jungkook lagi.
"Katakan padaku Jungkook.. Siapa orangnya?! Demi Tuhan aku mohon padamu... Siapa dia? Kau pasti sudah tau segalanya." Taehyung mengemis akan jawaban dari Jungkook.
Sumpah mati Jungkook tak akan mengatakan pada Taehyung jika Ayahnya adalah dalang dari kematian istrinya. Ibu Taehyung.
Disaat Taehyung tahu Ayahnya sendiri adalah pembunuh Ibunya, disaat itu juga Jungkook yakin, dunia Taehyung akan hancur berkeping.
ᨏᨐᨓ ᨓᨐᨏ
Halooo kalo lupa cerita ini harap baca lagi yaa ✌🤭
Jangan lupa vote dan komen kalian guys 💚💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Love {Vkook} 🔞
RomanceCinta datang diwaktu yang tidak tepat.... Namun saat takdir senja membawa mereka kembali pada rumah mereka.... Dimana dulu senja pula yang mempertemukan mereka.... Akankah semua masih terasa sama? Warning area 🔞 BxB Homopobics Go Away ‼️ Vkook S...