Part. 21

442 87 23
                                    

Duduk disebuah kursi dibawah pohon. Taehyung nampak termenung menatap hamparan bunga ditaman yang berada ditengah rumah sakit. Ia sendiri. Tak ada sosok orangtua yang bisa ia ajak berkeluh kesah. Taehyung seperti hilang arah.

Rasa sedih dan kecewanya ia pendam sendiri. Lamunannya kembali pada ingatan ketika ibunya masih ada. Taehyung kecil sering mengadu dan bercerita jika ia mendapatkan kenakalan di sekolah. Dan ibunya akan dengan kata-kata bijak selalu memberikan nasehat pada Taehyung. Tapi semua sudah berubah. Keluarganya sudah hancur. Dan percintaannya tak semulus yang ia harapkan. Hingga terasa tepukan di bahunya.

"Apa yang kau pikirkan, Tae?" Tanya Namjoon sebelum ikut duduk disampingnya. Taehyung pun masih terdiam.

Namjoon paham Taehyung sedang tidak baik-baik saja. Semua terlihat dari raut wajah kesedihan Taehyung. Namjoon pun ikut diam menatap lurus ke depan.

"Jika kau tak ingin cerita, tidak masalah. Aku akan menemanimu disini. Jangan merasa kau sendiri, Tae." Namjoon pun kemudian kembali terdiam.

"Hyung─" Taehyung mulai bersuara. Namjon mengalihkan pandangannya menatap Taehyung.

"Jungkook─sedang mengandung anakku." Namjoon sedikit terkejut mendengarnya. Tapi Namjoon bingung dengan raut kesedihan Taehyung.

"Kau tidak menyukainya?" Senyum getir nampak diwajah Taehyung sesaat.

"Bagaimana mungkin aku tidak menyukai anugerah terindah itu, hyung. Aku sangat senang mendengar itu." Taehyung mulai menitikkan airmatanya. Namjoon semakin bingung.

"Apa yang terjadi, Tae?"

Tenggorokan Taehyung seolah tercekat saat akan bercerita tentang dirinya yang akan kehilangan darah dagingnya. Dadanya kembali terasa sakit.

"Anakku─anakku dengan Jungkook. Janin anakku tidak berkembang, hyung. Anakku... Dia meninggal dalam kandungan." Dengan mata berair Taehyung bercerita kesedihannya. Namjoon terkejut mendengar itu semua. Tangannya pun kemudian terulur menepuk pundak Taehyung.

"Apa Jungkook tahu hal ini?"

"Itulah yang membuatku semakin hancur, hyung. Bagaimana aku harus bilang pada Jungkook dalam kondisi saat ini. Dokter mengatakan Jungkook harus segera melakukan operasi pengangkatan janin. Jika tidak─keselamatan Jungkook yang dipertaruhkan." Taehyung mengusap wajahnya kasar. Airmata masih terus meluncur keluar dari matanya.

"Taehyung aku turut bersedih mendengar ini. Aku tahu akan sulit bagi Jungkook menerima. Tapi pada akhirnya kau tetap harus berterus terang pada Jungkook, Tae. Akan lebih menyakitkan jika Jungkook tahu dari orang lain." Namjoon mencoba memahami Taehyung.

"Aku tak tahu harus bagaimana mengatakannya, hyung. Ini terlalu menyakitkan bagiku, terlebih Jungkook."

"Kau harus bisa. Kita disini bersama kalian. Kalian pasti bisa menghadapi ini semua. Bertahanlah, Taehyung." Namjoon kembali menepuk pundak Taehyung sebagai dukungan.

.
.
.

Jungkook tengah duduk menanti kedatangan Taehyung. Sudah lebih hampir dua jam Taehyung keluar kamar dan belum kembali. Jungkook hanya mengira Taehyung menemui dokternya. Ini hari ketiga setelah kondisi setelah Jungkook sadar dari komanya.

Tak lama pun datang dua perawat untuk mengganti infus ditangan Jungkook. Jungkook tersenyum kecil saat dua perawat itu datang menyapanya.

"Suster, apakah aku masih belum boleh pulang? Luka diperutku sudah hampir mengering." Ucap Jungkook basa basi dengan perawat.

"Maaf tuan Jungkook, anda diharuskan untuk tetap menjalani perawatan disini sampai paska operasi nanti." Jawab salah satu perawat dengan ramah. Jungkook sedikit bingung mendengar penjelasan perawat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twilight Love {Vkook} 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang