1. Relung Awan 🗻

1.9K 90 2
                                    

.
.
.
.
.
.

Anak tangga dari batu yang aku tapaki satu per satu ini sangat licin. Banyak lumut hijau yang sudah hampir menutupi seluruh permukaannya. Ditambah hujan baru saja mereda sehingga rute yang sedang kami tapaki sangat berbahaya. Anak kecil berusia sembilan tahun sepertiku yang hanya memakai sandal jepit usang hampir saja terpeleset dan bisa jadi terguling-guling sampai ke anak tangga paling bawah kalau saja nenek tidak memegang tangan kecilku erat-erat.

Kami sedang menapaki bebatuan menuju kawasan sakral peninggalan sekte termahsyur pada jaman dahulu. Tempat ini sebenarnya bukan kuil, melainkan lebih mirip seperti kawasan pondokan di peradaban lama yang digunakan untuk tempat tinggal serta mempelajari ilmu kultivasi agar mendapatkan kekuatan batin dan umur panjang.

Namanya Relung Awan.

Relung Awan letaknya ada di gunung terpencil di luar kota Gusu. Tempat ini seperti namanya, hampir selalu tertutupi oleh kabut tipis yang lembut seperti kapas, menutupi bangunan-bangunan berdinding putih dan beratap hitam, dikelilingi pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi tak berujung dan juga rerumputan.

Kebanyakan bunga yang tumbuh di tempat ini adalah bunga dengan varietas elegan seperti magnolia, kaca piring, dan krisan. Khusus pada area Paviliun Perpustakaan, ditumbuhi bunga-bunga gentian ungu yang indah. Semua bunga itu jarang bisa terlihat, dan apabila terlihat, itu hanya dalam sekali sapuan pandang.

Tempat ini diselimuti keheningan yang membuat jiwa-jiwa menjadi tentram. Kadangkala suara dentang dari menara lonceng akan menggema di seluruh penjuru ketika nenek membunyikannya untuk kemudian berdoa.

Di bawah cahaya rembulan, Relung Awan akan membias lembut serupa mimpi dan ilusi. Menjadikannya seperti sekeping taman surga yang jatuh ke bumi.

Kadang-kadang aku memandang ke tempat ini dari jendela rumah kami tepat di kaki gunung, dan keasrian yang berpadu membentuk harmoni di tempat ini selalu berhasil membuatku terpana. Suara gemersik daun yang tertiup angin, suara tonggeret, burung-burung kecil yang berkicau, juga semilir angin lembut yang memberi kehidupan.

Cuaca di sini cukup dingin, dan bertambah dingin sehabis hujan seperti sekarang. Kami sedang meniti anak tangga menuju pintu gerbang Relung Awan yang sangat sederhana. Nenek selalu mengajakku kemari setiap satu bulan sekali untuk membersihkan tempat sakral ini dan berdoa di dalamnya, kemudian setelah itu ia akan memandikanku di sebuah mata air dingin yang lokasinya berada di area belakang tempat ini. Katanya agar hatiku senantiasa sejuk dan tenang, serta agar aku selalu berpikiran jernih dan terbuka.

Sedikit akan kuceritakan tentang sekte termahsyur yang kumaksud, yang mendiami Relung Awan di era kultivasi.

Namanya sekte Lan.

Sekte Lan adalah sekte yang paling disegani oleh semua sekte di dunia kultivasi. Memiliki tabiat yang tenang dan bersahaja, serta setiap tindakannya selalu berada pada koridor peraturan sekte.

Bias wajah penghuni Relung Awan memancarkan kekhidmatan dan penuh keagungan. Pakaian sekte Lan adalah hanfu putih panjang dan lembut terbuat dari kain sutera yang sejuk dengan motif awan melayang pada kelepak kain di dada mereka. Pakaian lainnya memiliki bentuk yang hampir sama, berwarna biru telur atau cokelat susu hampir putih, menjuntai jatuh dengan lembut hampir menutupi kaki. Alas kakinya adalah sepasang sepatu bot putih yang berkilauan terkena cahaya.

Cloud RecessesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang