18.Wei WuXian (3)🗻

267 20 1
                                    

.
.
.
.
.

~~***~~

Senyum Jin GuangYao suam-suam kuku. Ia maju untuk memberi hormat kepada rombongan terakhir. Matanya secerah kilau kelereng, dan lengkung bibirnya menghasilkan sedikit ceruk di kedua pipi. Lautan putih dengan aku sebagai nodanya mengombak sesaat dan memberikan penghormatan balasan kepadanya. Seluruh manusia di dalam Aula Perjamuan kemudian bangkit melakukan hal serupa, lalu aku membungkuk ke segala sisi seperti yang rombongan Lan lakukan, dengan khidmat.

Jin GuangYao kemudian mengatur rombongan Lan agar menduduki tempat yang sudah disediakan, dan aku dengan kesadaran penuh memisahkan diri, mengambil tempat ternyamanku di samping Shijie juga Jiang Cheng.

Meja emas bergetar sedikit ketika Jiang Cheng mencomot sedikit daging dari pahaku. "Kau. Sudah kubilang jangan buat masalah!"
Aku melotot padanya, "Bukan aku!"

Jin GuangShan menuruni beberapa anak tangga meninggalkan singgasananya, berdiri di samping Jin GuangYao dan mulai berpidato. Kesan sombong itu terlalu kuat dan kelewat membanggakan diri. Hampir seluruh kata-katanya hanya seperti tong kosong berisi sekumpulan sampah. Meski banyak yang mengetahuinya, tidak satupun manusia di Aula Perjamuan menyela. Sebagian besar hanya mendengar begitu saja dan barangkali sudah menyumpal telinga mereka dengan camilan kecil berupa polong biji-bijian yang ada di hadapan, tidak berminat mendengarkan bualan sumbang itu sama sekali. Kalaupun ada yang mendengarnya berbicara, itu hanya sekte Gusu Lan saja.

Setelah berpuas diri menguasai panggung dengan kebanggan palsunya mengenai LanLing Jin serta beberapa kesuksesan perburuan malam di masa lalu, barulah Jin ZiXuan, orang yang seharusnya lebih diperhatikan hari ini mendapatkan sedikit atensi.

"Ini hanya pesta kecil yang kami buat untuk perayaan ulang tahun calon pemimpin masa depan. Kuharap semua tamu menikmati jamuan yang ada tanpa sungkan-sungkan."

Bulu-bulu Jin ZiXuan mengembang seperti kipas, berkibar-kibar dengan gagah. Merak itu tampan. Dia adalah yang terindah dan menjadi pusat dunia. Di belakang sana dia membungkuk sejenak memberi hormat. Pipinya hangat setelah mendapat sedikit pujian, dan dia tersenyum kepada semua orang.

Ekspresi kekecewaan dan dengki tersirat begitu samar di sudut yang lain. Jin GuangYao hanyalah angsa putih yang bulunya kecoklatan karena jatuh di atas lumpur setelah pernah ditendang ayahnya sendiri dari anak tangga paling atas menara sampai ke anak tangga paling bawah. Berguling-guling tanpa harga diri dan hanya bisa mengumpat dalam hati. Posisinya sekarang ini dia dapatkan dengan merangkak dan berdarah-darah di bawah kaki Jin GuangShan.

Bagaimana bisa Jin GuangShan hanya menyebut satu nama, padahal yang berulangtahun sebenarnya adalah dua. Bagaimana bisa dia menyanjung salah satunya dan membuang yang lain seakan-akan itu tidak pernah berarti? Padahal yang dibuang itu tepat berdiri di sampingnya saat ini.

Bagaimanapun Jin GuangYao mencoba, ia tetaplah angsa kotor yang tidak sebanding dengan merak jantan berbulu emas. Padahal mereka berasal dari indukan yang sama, tetapi hanya dirinya yang berubah menjadi angsa. Sayapnya bahkan tidak seanggun itu, dan tidak bisa berkibar-kibar untuk menarik perhatian orang. Satu-satunya hal yang bagus darinya adalah dia memiliki senyum yang menawan.

Perjamuan dimulai, beberapa pelayan mulai menyajikan satu demi satu jamuan diikuti gelas-gelas arak yang terisi penuh. Rombongan berkabung itu sedikit berbeda. Tidak ada gelas arak di meja mereka karena peraturan sekte mereka melarang mereka meminum arak. Jin GuangYao sangat paham itu, dan dia yang menginstruksikan para pelayan agar tidak meletakkan gelas arak di meja mereka.

Cloud RecessesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang